Info Terkini

10/recent/ticker-posts

Widget HTML

 


Sejak Al Haris Bupati Merangin Hingga Gubernur Jambi, Sebagian Siswa SD 202 Tabir Belajar Di Luar Ruangan

Sejak Al Haris Bupati Merangin Hingga Gubernur Jambi, Sebagian Siswa SD 202 Tabir Belajar Di Luar Ruangan.

Jambipos, Merangin- Sejak Al Haris menjabat Bupati Merangin dua periode hingga kini menjabat Gubernur Jambi, ternyata sebagian siswa SD 202 Desa Beluran Panjang, Kecamatan Tabir, Kabupaten Merangin belajar di luar ruangan kelas, karena ruang kenal kurang. Pihak sekolah sudah berkali-kali mengajukan proposal penambangan ruangan, naun tak pernah digubris oleh Pemkab Merangin. 

 Pemerintah Kurang Perhatikan Pendidikan merupakan salah satu hal penting yang perlu di laksanakan di suatu negara, tidak terkecuali Indonesia. Dengan menempuh jenjang pendidikan maka dapat meningkatkan kualitas dari sumber daya manusia dan kualitas dari negara itu sendiri. Melalui pendidikan maka pemikiran seseorang akan lebih terbuka dan dapat berpikir secara luas.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdapat berbagai daerah-daerah yang beragam di dalamnya. Di setiap daerah pun sangat di anjurkan untuk mempunyai sekolah sekolah minimal pada tingkat Sekolah Dasar (SD), Desa Beluran Panjang, Kecematan Tabir, Kabupaten  Merangin, Provinsi  Jambi agar dapat membantu setiap masyarakat yang ada di setiap daerah untuk tetap mendapat ilmu pendidikan, setidaknya ilmu pendidikan yang paling mendasar yaitu pada bangku Sekolah Dasar (SD).

Namun, sayangnya pembangunan yang ada di SD,202  masih belum bisa merata di setiap wilayah yang ada di Indonesia. Pembangunan yang saya maksud di sini yaitu  kurang Ruang belajar Siswa 193,  Ruang kelas cuma lima kelas jadi anak-anak ada yang belajur di luar  

Lanjut Kepala Sekolah Samsudin mengatakan pada Jambipos, pihaknya minta pemerintah daerah  menambah ruang belajar mengajar dan pembangunan pagar sekolah kerena anak bebas bermain  luar sekolah.

Menurut Kepala Sekolah SD 202, Samsudin, kekurangan ruangan belajar kelas II  dan kelas IV yang bergiliran masuk dari tahun 2018 hingga sekarang pemerintah daerah belum juga memperhatikan sekolah SD 202 tersebut.

Kepala sekolah sudah mengajukan surat permohonan atau proposal terkait kekurangan ruangan belajar dan pagar sekolah dan perpustakaan pada 2020 namun sangat disayang belum ada tanggan dari pemerintah daerah sampai sekarang.

Dibidang pendidikan, tidak meratanya pembangunan pendidikan yang ada di setiap wilayah  Indonesia ini tidak luput dari kurangnya biaya   untuk  mendatangi setiap wilayah.

Tidak meratanya pembangunan pendidikan ini juga terkendala oleh waktu yang cukup lama jika ingin menyamaratakan seluruh pembangunan pendidikan yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Pembangunan pendidikan biasanya akan lebih di fokuskan pada wilayah-wilayah sekitar ibu kota dan kota-kota besar lainnya. 

Di wilayah ibu kota dan kota-kota besar lainnya akan terlihat begitu mencolok adanya perbedaan dalam segi pembangunan pendidikan. Baik itu dari infrastruktur yang ada di dalam satuan pendidikannya, sistem belajar, kurikulum, kompetensi yang ingin di capai, dan kualitas dari pengajar yang ada di dalam satuan pendidikan.

Perbedaan ini biasanya akan sangat terlihat ketika siswa yang berada didalam kata.  dikatakan  daerah yang sedikit terpencil dengan siswa yang cukup banyak, Terpaksa bersekolah begiliran masuk pagi ada masuk siang nya, tidak bisa disatukan.  

Biasanya siswa kelas IV ada A dan B  yang giliran masuk pagi, dengan berbagai fasilitas dan sistem belajar yang ada di daerah  di sekolah. Tidak meratanya pembangunan pendidikan di Indonesia biasanya akan di perkuat dengan banyaknya portal-portal berita yang mengangkat tema dan judul mengenai tertinggalnya kualitas pembangunan pendidikan yang berada di Kabupaten  Merangin. 

Portal-portal berita tersebut biasanya akan memperlihatkan sekolah-sekolah yang masih bisa dikatakan kurang layak untuk di jadikan tempat  menuntut ilmu, di lihat dari bangunan yang kurang memadai, jumlah pengajar yang masih sedikit, bahkan biasanya pakaian yang di gunakan oleh siswa/siswi tersebut masih dapat dikatakan kurang layak. 

Sekolah-sekolah seperti ini biasanya akan di temukan di daerah-daerah yang jauh dari kota-kota Bangko dan keadaan daerahnya pun masih tertinggal jauh dengan kemajuan teknologi. 

Di daerah yang masih kurang, ini pun  biasanya hanya memiliki jenjang pendidikan minimal hanya sebatas Sekolah Menengah Pertama (SMP), atau sebatas Sekolah Menengah Atas (SMA), pada daerah ini biasanya tidak memiliki jenjang pendidikan di tingkat universitas maka dari itu masyarakatnya akan berbondong-bondong untuk melanjutkan tingkat pendidikan di jenjang universitas di luar daerah tempat tinggal mereka. 

Biasanya mereka akan memilih untuk melanjutkan pendidikan di kota-kota yang ada di Pulau Jawa karena di anggap memiliki potensi yang lebih menjanjikan. (JP-Antoni) 



Berita Lainnya

Posting Komentar

0 Komentar