Ilustrasi Kartu Ceki |
Jambipos-Permainan
adalah suatu aktivitas yang dilakukan dengan tujuan untuk menghibur diri atau
orang lain, melatih keterampilan, atau bahkan untuk mencapai tujuan tertentu.
Permainan dapat dimainkan secara individu maupun dalam kelompok, dan dapat
dilakukan dengan menggunakan benda-benda atau media tertentu.
Permainan
sangat penting dalam kehidupan manusia. Bermain membantu manusia dalam
mengembangkan kreativitas, imajinasi, keterampilan social, dan emosional, serta
membantu memperkuat hubungan dengan orang lain. Selain itu, bermain juga dapat
membantu mengurangi stress dan meningkatkan kesejahteraan secara keseluruhan.
Dari banyaknya
jenis permainan, pada artikel ini penulis ingin membahas salah satu permainan
dari kartu. Permainan kartu merupakan jenis permainan yang menggunakan kartu
sebagai media untuk bermain. Terdapat banyak jenis permainan yang kartu yang
bervariasi di seluruh dunia, dengan aturan dan cara bermain yang berbeda-beda. Salah
satu permainan kartu tersebut adalah permainan kartu yang disebut ceki, koa
atau pei.
Ceki
sudah menjadi permainan kartu tradisional sejak lama. Dahulu permainan Ceki ini
sering dimainkan oleh para wanita, namun juga populer di kalangan masyarakat
Malaysia, Singapura dan Indonesia. Ceki atau Cekian, juga disebut koa atau peik
di beberapa negara lain, adalah jenis permainan kartu, kegiatan perjudian
tradisional suku kuno yang telah diwariskan secara turun-temurun. Saat ini,
popularitas Ceki sedikit menurun di Malaysia dan Singapura, namun masih sangat
populer di Indonesia. Permainan kartu Ceki konon berasal dari permainan kartu
kuno yang pernah dimainkan di Tiongkok kuno, dan permainan kartu Ceki adalah
sumber dari permainan mahjong yang kini menjadi tren di kalangan masyarakat
Tionghoa di banyak negara di dunia.
Di
Indonesia permainan koa atau ceki ini masih popular dikalangan masyarakat salah
satu daerah di Indonesia yang masih melakukan permainan koa atau ceki ini
adalah sumatera barat. Mulai dari wilayah pesisir, wilayah rantau hingga
wilayah Darek, kota-kota, sampai nagari-nagari paling pelosok di dataran tinggi.
Menurut cerita dari para tertua adat di
Minangkabau, permainan Koa atau ceki ini awalnya berasal dari Cina. Namun tidak ada pembahasan
tertulis yang membahas tentang permainan ini. Pembahasan
permainan ini terjadi secara lisan dan turun-temurun.
Kebanyakan dari mereka hanya mengetahui cara memainkan dan peraturannya saja. Tetapi mereka tidak mengetahui asal usul
nama-nama pada kartu Koa atau ceki tersebut.
Di
Minangkabau sendiri, koa atau ceki bahkan dianggap sebagai permainan anak nagari.
Biasanya dimainkan sebagai hiburan pada waktu luang di lapau (warung) dan
bahkan sering dimainkan di rumah orang Baralek (hajatan). Permainan ini
biasanya dimainkan setiap ada acara kumpul-kumpul yang melibatkan kaum
bapak-bapak.
Meski
permainan ini sering disamakan dengan judi, namun tidak sedikit yang
berpendapat bahwa Ceki atau koa ini juga termasuk judi. Mereka lebih suka
menyebutnya permainan ber-adat (main baradaik), bermain untuk bersenang-senang
dan mempererat silaturahmi (pertemanan).
Cara
bermain ceki atau koa
Koa
atau ceki bisa dimainkan oleh 2-6 orang. Namun di Minang, biasanya dimainkan
oleh 4 orang. Dibagi menjadi dua tim dan setiap tim beranggotakan 2 orang.
Rekan satu tim disebut mandan. Anggota tim harus dapat bekerja sama dengan mandannya.
Oleh karena itu, anggota tim biasanya memilih orang yang sangat berpengalaman
atau dekat dengannya untuk dijadikan mandan. Karena biasanya Mandan lah yang
paling tahu coki teman mainnya.
180
kartu digunakan dalam satu permainan (3 set/lakon). 1 set kartu berisi 10 kartu
yang berbeda. Jadi ada 30 jenis kartu dalam satu permainan. Setiap kartu memiliki
namanya sendiri. Oleh karena itu, hal pertama yang perlu dipelajari untuk
bermain koa adalah kenal dan hafal jenis kartunya. Berikut adalah daftar nama
kartu:
Nama
serta jenis kartu ini harus dihafalkan oleh setiap pemain, karena tujuan permainan
ini adalah untuk mengumpulkan kartu dalam jenis yang sama.
Kemudian
cara bermain selanjutnya atur strategi dengan mandan. Rekan satu tim duduk
saling berhadapan. Kemudian setiap orang dibagikan 11 kartu. Pemain pertama
mengeluarkan satu kartu dari tumpukan kartu di tengah dan kemudian membuang
satu kartu dalam keadaan terbuka. orang kedua kemudian dapat memilih dengan
mengambil kartu yang dibuang oleh pemain pertama atau mengeluarkannya dari
tumpukan kartu tengah. Dan begitu seterusnya.
Dan terakhir
kumpulkan kartu menang. Pemenang nantinya adalah orang yang berhasil
mengumpulkan 3 kelompok kartu. Seperti 3 mato (kartu dari jenis dan
bentuk yang sama), 6 kaki dan 2 klorok. Misal pada gambar
berikut:
3 kartu
paling kiri dengan jenis dan motif yang sama (sisiak), disebut Mato. 6 kartu berikutnya dengan
jenis yang sama (3 kartu hiu dan 3 kartu bengkok) disebut Kaki. 2 kartu berikutnya dengan
jenis sama (batuang) disebut Klorok.
Kartu itulah yang kemudian disebut sebagai coki. Keadaan kartu
seperti ini disebut dengan manunggu masuak. Artinya tinggal selangkah
lagi menuju kemenangan, tinggal mendapatkan satu kartu dengan jenis dan motif
yang sama dengan kartu klorok.
Sedikit
ribet dan membingungkan memang untuk dipelajari. Namun memang kartu ini bukan
untuk dipelajari, tapi dimainkan.
Didalam bermain ceki atau koa
terdapat bermacam-macam peraturan yang hanya berlaku dibeberapa tempat,
peraturan ini biasanya disepakati bersama-sama.
1. Peraturan
tidak bebas:
-
Tidak dibolehkan ceki dengan hiu (tidak boleh klorok hiu untuk
sampai) untuk mata atau kaki boleh dengan hiu.
-
Kartu hiu yang ada ditangan yang ingin dibuang diperbolehkan tanpa
terikat atau takabek oleh lawan yang ingin memakannya.
-
Ketika gantung, atau sudah batu dua kali tidak boleh memakan atau memegang hiu.
- Saat main kabek atau terikat Ketika kartu yang kita buang dimakan lawan dan saat mencabut kita dapat kartu yang persis sama maka kita tidak bisa membuangnya.
2. Peraturan
bebas:
-
peraturan bebas boleh menggunakan semua kaartu untuk coki
-
Ketika gantung, boleh koa dengan semua kartu
-
kartu yang telah di buang dan dimakan oleh lawan tidak dapat membuangnya lagi
(takabek/terikat) sampai pemain tersebut koa baru bebas membuang kartu yang
telah terikat tersebut.
Selain itu,
permainan Koa juga dipercaya memiliki unsur strategi dan psikologi yang
penting. Pemain harus pandai membaca gerak-gerik lawan dan membuat keputusan
yang tepat untuk memenangkan permainan. Hal ini membuat permainan Koa menjadi
menarik dan populer di kalangan masyarakat Minangkabau.
Perkembangan
teknologi dan modernisasi telah membawa permainan Koa ke level yang lebih luas
dengan memungkinkan permainan ini dimainkan secara online dan di platform
digital lainnya. Meskipun begitu, permainan Koa tetap menjadi salah satu permainan
tradisional yang dijaga dan dilestarikan oleh masyarakat Minangkabau. (JP-Penulis Adalah
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE