Oleh: Muhammad Rizky Budiman
Jambipos-Pada zaman sekarang komunikasi menjadi hal yang paling penting dalam kehidupan, dan juga dalam dunia pendidikan. Karena komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia sekaligus berinteraksi dengan orang lain. Tata cara berkumunikasi ini sifatnya universal dan juga nada menjadi ciri khas.
Di daerah Minangkabau terkenal dengan budaya dan adat yang kental. Masyarakat di Minangkabau sendiri memiliki pepatah yang berbunyi Alam takambang jadi guru, yang mempunyai makna sendiri yaitu di jika kita berada dialam sekalipun masih ada unsur yang dipelajari.
Tetapi, harus disertai dengan filosofi masyarakat Minangkabau yaitu Adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Yang diartikan adat yang ada di minang harus sejalan dengan ajaran agama islam. Dari adat dan syariat yang ada diminangkabau melahirkan tata karma dalam berkomunikasi yaitu disebut dengan Kato Nan Ampek.
Akan tetapi dalam beberapa waktu belakangan, ketika zaman sudah berubah, teknologi informasi mulai merajai dunia, bahasa di minangkabau mulai mengalami penurunan apalagi dikalangan anak-anak.orang minang mulai terpengaruh dengan budaya global.
Dengan adanya desakan pemakaian bahasa Indonesia yang menjadi bahasa kedua orang di minangkabau sebagai bahasa nasional orang kuat. Dampak lainnya adalah ketika anak tersebut tidak lagi menggunakan bahasa ibu dalam kehidupan sehari-hari, anak-anak minang tidak lagi menjunjung tinggi adat-istiadat dan tata karma ,dan kesantunan terkhususnya dalam berkomunikasi menggunakan kato nan ampek.
Arti Kato Nan Ampek yaitu adab dan sopan santun ketika berkumunikasi dengan orang lain. Kato sendiri dibedakan atas kato mandaki. Kato malereang, kato manurun, kato mandata. Adat Minangkabau sangat mengutamakan rasa hormat kepada sesama masyarakat di lingkungan sekitar. Dalam berbicara Orang diminang sendiri berkomunikasi harus berhati-hati dengan lawan bicara, agar tidak menyinggung perasaan orang lain saat kita berbicara. Berikut inilah pembahasan tentang kato nan ampek.
1). Kato mandaki
Kato mandaki merupakan bahasa yang digunakan ketika berbicara dengan yang lebih tua atau orang yang dihormati. Berbicara dengan yang lebih tua harus menggunakan kata lemah lembut dan santun, ketika orang tua berbicara kita tidak boleh memotong pembicaraannya, dan membantah selagi itu benar demi kebaikan.
Berikut contoh kato mandaki yang kita gunakan dalam berbicara dengan yang lebih tua.
Ketika menyapa orang tua laki laki dengan sebutan bapak, ayah, papa, abi, mamak, mak etek dan lain-lain.
Ketika menyapi orang tua perempuan dengan sebutan mama, amak, anduang, dan-lainnya.
Ketika menyapa saudara laki-laki ibu dengan sebutan acik, mak etek, mak tuo, mamak, uncu, mak dang dan lain-lainnya.
Ketika menyapa saudara perempuan ayah dengan sebutan etek. Mak etek, mak uwo, dan lain-lainnya.
2). Kato manurun
Kato manurun merupakan bahasa yang digunakan ketika kita berbicara dengan yang lebih muda, Seperti adik. Ketika kita berbicara kepada yang lebih kecil hendaklah berbicara dengan kasih sayang, mengajarkan kepada hal yang baik, dan menghargai. Tidak dengan cara yang kasar, berteriak, mencaci maki.
Seperti pepatah minang “Nan tuo dihormati, nan keetek di sayangi, samo gadang dibaok bakawan” Idrus hakimy, Dt. Rajo Panghulu.
Contoh menggunaan kato manurun.
Orang tua ketika berbicara dengan anaknya
Pembicaraan guru kepada muridanya
Kakak dengan adiknya dan
Mamak dan kemenakannya
3). Kato malereang
Kato malereang merupakan bahasa yang digunakan kekita memliki hubungan sesama kekerabatan atau kepada orang yang kita segani. Kato melereang hampir sama dengan kato mandaki yang juga digunakan kepada yang lebih tua, namun perbedaannya adalah berbicara dengan orang yang disegani seperti tokoh adat, agama, dan pemimpin.
Di minangkabau ketika kita menggunakan kato malereang dengan pemuka adat, biasanya mereka menggunakan kata kata kiasan dan juga kata-kata penuh makna. Oleh sebab itu kita harus memikirkan terlebih dahulu apa yang dikatakan ketika dengan pemuka adat.
contoh penggunaan kata malereang.
4). Kato mandata
Kato mandata merupakan bahasa yang digunakan ketika dengan teman sebaya. Biasanya kata-kata yang digunakan bebas dan sedikit kasar apalagi pertemanan antara laki laki justru dengan itu hubungan pertemanan semakin akrab. Contoh kata ganti orang pertama laki-laki adalah awak, aden, ang dan lain-lain.
Contoh kata ganti orang pertama permepuan adalah kau, piak, awak, dan lain-lain
dan wak inyo sebagai kata ganti orang ketiga.
kata wak sendiri sama artinya dengan kita .
Dari uraian diatas terlihat jelas orang diminangkabau aturan dan tata krama dalam berkumunikasi. Di tengah masyarakat kato nan ampek ada kalanya terlupakan. Ini menjadi pemicu. Keributan dan merusak pertgaulan. Ketika kato nan ampek ini dilupakan seseorang, maka orang tersebut bisa dikatakan orang yang tidak tahu jo nan ampek.
Oleh itu menunjukan orang tersebut tidak memiliki sopan santun dan adab. Kato nan ampek harusnya kita gunakan dimana pun kita berada, baik itu secara tetap muka maupun melalui dunia maya atau telfon.
ketika kita menggunakan kato nan ampek akan bisa mengurangi kumunikasi dengan lawan bicara. Seperti ita melakukan lobi dan negosiasi. Pada dasarnya manusia senang dihargai dan dihormati. Apabila perhargaan itu lebih dulu kepada lawan bicara maka proses komunikasi yang akan kita lakukan akan terasa lebih lancar sesuai apa yang kita harapkan tanpa masalah dan hambatan.
Ucapan adalah cerminan dari diri kita sendiri. Setiap kata yang keluar dari mulut kita lawan bicara bisa menilai siapa diri kita sendiri, apabila perkataan itu kotor, maka itu refleksi kepribadian diri kita ketika berhadapan dengan lawan bicara.
Begitupun sebaliknya, apabila perkataan itu penuh dengan kesopanan maka kita dipandang memiliki penuh kesantunan terhadap lawan bicara. Adat minangkabau mengajarkan agar kita berkumunikasi dengan sopan dan beradap ketika dimana pun, dan harus menerapkannya di kehidupan sehari-hari. (JP-Penulis Adalah Mahasiswa sastra Minangkabau Universitas Andalas Padang).
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE