Jambipos, Jambi-Pemerintah Pusat menjamin ketersediaan dan stabilitas harga daging sapi selama Ramadan hingga Idul Fitri 1442 Hijriyah (H). Mengantisipasi peningkatan permintaan daging sapi selama Ramadan hingga Idul Fitri nanti, Kementerian Perdagangan dan Dewan Ketahanan Pangan Pusat telah melakukan impor puluhan ribu ton daging sapi. Sedangkan persediaan daging sapi lokal di Tanah Air mencapai ratusan ribu ton.
Kepala Badan Ketahanan Pangan Pusat, Agung Hendriadi pada diskusi Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) secara virtual (online) bertajuk “Pasokan Pangan Ramadhan-Lebaran Aman” di Jakarta, Senin (12/4/2021) siang menjelaskan, persediaan sapi potong lokal di Tanah Air saat ini mencapai 188.316 ton.
Kemudian masih ada pasokan daging impor sekitar 78.116 ton April ini dan 75.243 ton Mei mendatang. Pihak swasta juga masih ada mendatangkan daging sapi beku sekitar 27.243 ton April dan 18.137 ton Mei.
“Jadi total ketersediaan daging sapi di Indonesia menghadapi Ramadan dan Idul Fitri nanti mencapai 367.055 ton. Sedangkan kebutuhan daging sapi di Indonesia selama Ramadan dan Idul Fitri hanya sekitar 138.748 ton. Jadi persediaan daging sapi masih aman,”katanya.
Dikatakan, Badan Ketahanan Pangan Pusat juga menjamin ketersediaan bawang putih dan gula pasir menghadapi Ramadan dan Idul Fitri nanti. Untuk memenuhi kebutuhan bawang putih selama satu bulan ke depan, Pemerintah Pusat akan mengimpor 202.000 ton bawang putih. Kemudian impor gula pasir juga dilakukan dengan jumlah 700.000 ton.
“Kami menjamin pasokan bawang putih, daging sapi dan gula pasir melalui impor sampai bulan Mei terpenuhi. Harapan kita sebagian sudah masuk April ini. Jadi persediaan bawang putih dan gula pasir juga kami pastikan aman satu bulan ke depan,”ujarnya.
Antisipasi Lonjakan
Menanggapi adanya larangan mudik Lebaran (Idul Fitri) tahun ini, Agung Hendriadi mengatakan, larangan mudik tersebut harus jadi pertimbangan dalam penyedian kebutuhan pokok di Jakarta dan sekitarnya. Larangan mudik tersebut diperkirakan membuat permintaan kebutuhan daging, gula pasir, bawang putih dan kebutuhan pokok lain di Jakarta, Bogor, Bekasi, Banten, Depok dan Bandung Raya, Jawa Barat dipastikan meningkat.
Dijelaskan, kalau orang DKI Jakarta tidak mudik, konsumsi daing sapi dan ayam masyarakat Jakarta akan naik. Konsumsi daging sapi di DKI Jakarta saja diperkirakan naik hingga 50% jika banyak orang Jakarta tidak mudik. Sedangkan konsumsi daging ayam di DKI Jakarta jika warganya banyak tidak mudik akan naik 20 %.
“Nah, kondisi seperti ini harus diantisipasi agar jangan sampai terjadi kelangkaan stok dan lonjakan harga daging sapi di Jakarta selama Ramadan hingga Lebaran,”ujarnya.
Mengenai komoditas kebutuhan pokok lain seperti beras, bawang merah, cabai merah dan rawit, Agung Hendriadi mengatakan, pemerintah belum perlu melakukan impor komoditas tersebut karena produksi dalam negeri masih mencukupi.
“Produksi beras, bawang merah dan cabai di Tanah Air masih mencukupi dan akan terus ditingkatkan. Hanya bawang putih, daging sapi dan gula pasir yang perlu diimpor,”katanya.
Dijelaskan, kenaikan berbagai kebutuhan pokok menjelang Ramadan hingga Lebaran nanti hingga 15 % dari harga normal masih dalam batas normal. Kenaikan harga tersebut tidak akan menimbulkan gejolak jika persediaan kebutuhan pokok aman atau mencukupi.
Merugikan Pengusaha
Sementara itu Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi S Lukman pada kesempatan tersebut mengatakan, kebijakan Pemerintah Pusat melarang mudik Lebaran tahun ini sangat merugikan pengusaha makanan dan minuman. Masalahnya larangan mudik tersebut akan menurunkan minat warga masyarakat berbelanja makanan dan minuman, terutama belanja makanan dan minuman untuk oleh – oleh ke kampung halaman.
“Adanya pengumuman larangan mudik dan pembatasan perjalanan selama Ramadan hingga Lebaran nanti otomatis menurunkan permintaan ritel. Larangan mudik tersebut diharapkan tidak sampai mengurangi minat warga masyarakat bertemu keluarga. Bila hal tersebut terjadi, maka minat berbelanja makanan dan minuman juga menurun. Kondisi itu akan berdampak terhadap pengusaha ritel (makanan dan minuman) olahan,”katanya.
Dikatakan, pembatasan mudik lebaran tahun ini akan menghilangkan pendapatan para pengusaha besar maupun kecil. Pembatasan perjalanan mudik lebaran tahun ini membuat para pekerja si sektor jasa transportasi mudik akan kehilangan pekerjaan. Kondisi ini ini perlu dipikirkan pemerintah agar para pengusaha tidak terlalu rugi.
“Para pengusaha angkutan darat misalnya sejak Januari sudah siapkan armada bus mudik. Mereka melakukan perawatan armada bus dengan mengganti suku cadang dengan biaya mahal. Ternyata usaha mereka tidak jalan akibat larangan mudik. Ini akan merugikan dan menyebabkan hilangnya pendapatan mereka,”katanya.
Selain itu, lanjutnya, larangan mudik juga membuat pengusaha ritel (pusat perbelanjaan) akan terdampak akibat menurunnya minat belanja masyarakat. Stok bahan makanan dan minuman yang telah disiapkan para pengusaha ritel untuk mengantisipasi Lebaran tentu bisa tidak terjual akibat adanya larangan mudik.
“Bagi perusahaan ritel kelas menengah ke atas dengan modal masih kuat dan pendapatan selama ini masih ada, menurunnya penjualan masih bisa dihadapi. Namun bagi usaha ekonomi kecil, larangan mudik membuat usaha mereka bisa tutup akibat menurunnya penjualan atau dagangan tidak laku,”katanya.
Menurut Adhi S Lukman, mengatasi kesulitan usaha ritel akibat larangan mudik tersebut, pihaknya berusaha melakukan delivery service (pelayanan langsung) dari kota untuk masyarakat di kampung. Para pengusaha ritel di perkotaan membuka pelayanan pengiriman makanan olahan ke kampung bagi warga kota yang tidak bisa mudik.
“Warga kota kami harapkan membelanjakan uangnya membeli bahan makanan olahan untuk dikirimkan ke keluarga di kampung halaman. Kami siap melayani paket pengiriman makanan tersebut. Pola penjualan seperti ini bisa menggairahkan usaha ritel dan sekaligus menjadi salah satu solusi bagi pengusaha menghadapi larangan mudik Lebaran nanti,”katanya.(JP-Matra/Lee)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE