Oleh: Ir Tigor GH Sinaga
Jambipos-Penonton lebih pintar dari pemain. Itu jargon lama yang sering kita dengar sampai saat ini. Hal yang sama juga tersirat, ketika kita membaca komentar-komentar yang berseliweran di antara kita, di media cetak,TV ataupun media online.
Sebagai penonton sering kita lupa bahwa, pemain, pelatih dan manager sebuah team lebih tau dimana kekuatan dan strategi apa yang harus dipakai dalam setiap pertandingan, begitu juga halnya dengan seluruh partai peserta pemilu yang saat ini sedang bertarung merebut hati rakyat.
Suka tidak suka, senang tidak senang , apa yang dilakukan PSI telah mencelikkan mata rakyat, mata kita, termasuk saya. Teriakan-teriakan PSI telah menyadarkan kita yang nyaris terlelap, kita tersadarkan bahwa negara ini nyaris hancur karena sikap intoleransi dan budaya koruptif yang semakin merajalela.
Teriakan dan perjuangan tanpa lelah teman-teman PSI tentang kesamaan hak seluruh rakyat untuk memperoleh kesempatan pendidikan, pekerjaan dan kesempatan beribadah telah memberikan empati tersendiri bagi partai baru ini.
Pujian tentang konsistensi, keberanian mengungkapkan fakta-fakta secara lugas, tuntas, tanpa pandang bulu, telah memberikan harapan baru bagi rakyat yang sudah sangat jenuh dengan janji-janji politik partai lama. Setidaknya itu yang saya tangkap dari ekspresi dan aspirasi rakyat bawah, ketika bersosialisasi keliling dapil di Provinsi Jambi.
Banyak pujian, harapan dan titip salam untuk Grace Natalie yang telah menyentuh dan menyadarkan mereka. Secara kasat mata, positioning PSI menempatkan diri untuk menyuarakan kondisi dan ketimpangan sosial yang ada pada masyarakat sudah tepat dan tak terbantahkan. Sikap anti intoleransi dan anti korupsi dengan keberanian mengungkap fakta-fakta menjadi pembeda partai ini dengan partai lain.
“Kami sangat senang ada partai yang mau dan berani menyuarakan ketimpangan sosial selama ini. Kebinekaan adalah anugerah yang harus kita jaga dan kita rawat. Itulah keunikan dan kekayaan bangsa ini,” demikian pendapat Sihotang, salah satu tokoh muda Batak di Jambi.
Berdasarkan data statistik kependudukan, setidaknya ada 14 % masyarakat Indonesia yang merasakan ketimpangan seperti yang dirasakan Sihotang di atas. Mereka yang selama ini termarjinalkan karena isu sara dan kebebasan beribadah.
Empati lain atas perjuangan PSI ini juga datang dari sebagian kelompok nasionalis murni yang sangat cinta dengan kebinekaan dan kesatuan Indonesia. Beralihnya empati kelompok nasionalis murni ini kepada PSI, telah menimbulkan kegaduhan politik di tanah air belakangan ini.
Kegaduhan, kritik dan bahkan caci maki sekelompok elit politik kepada PSI dari mereka yang merasa terganggu ketika PSI membuka fakta, seolah menelanjangi borok mereka sebagai partai lama yang selama ini tertidur terlelap.
Positioning (Penentuan Posisi) dan teriakan perjuangan Anti Korupsi dan Anti Intoleransi, PSI sudah sangat tepat dan menyentuh hati rakyat, yang akan mendukung dan segera mengantarkan partai baru ini ke parlemen melewati ambang batas parlementry tresshold.
Kegaduhan, kritik dan caci maki itu hanya milik elite yang terganggu dengan kebisingan teriakan PSI, sementara rakyat kebanyakan menikmati teriakan itu sebagai lagu senam pagi yang membangunkan mereka dan mengiringi kecerahan pagi, secerah Indonesia bersama PSI. S e m o g a.(JP-Penulis Adalah Calon Anggota DPR-RI PSI Wakil Rakyat Jambi)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE