ILUSTRASI: Caleg DPR RI Pemilu Rabu 17 April 2019. |
Oleh: Musri Nauli
Jambipos-Akhir-akhir ini tidak dapat dipungkiri, berbagai spanduk, baliho, selebaran anggota parlemen menghiasi berbagai sudut-sudut Jambi. Entah di persimpangan, billboard ataupun berbagai tempat-tempat yang menarik perhatian publik.
Suasana Pemilihan Umum begitu terasa. Pemilu serentak untuk anggota DPRD Kabupaten/Kota, Anggota DPRD Provinsi, anggota DPR-RI dan Anggota DPD-RI. Pemilu kali ini juga dilaksanakan untuk pemilihan Presiden/wakil Presiden. Semua upaya menyederhanakan pemilu.
Namun yang menarik perhatian saya adalah “pertarungan menuju ke Senayan” (baca anggota parlemen mewakili Jambi di DPR-RI). Tema ini sengaja dituliskan untuk melihat peluang dan bagaimana “pertarungan sesungguhnya” dimulai.
Dalam Pemilu 2019, komposisi anggota DPR-RI mewakili Jambi semula 7 orang menjadi 8 orang. Sehingga “satu kursi” menjadi peluang untuk diperebutkan.
Menilik majunya Hasan Basri Agus (mantan Gubernur Jambi 2010-2015), Sofyan Ali (Ketua DPW PKB) dan Sudirman Zaini (Partai Hanura) mewarnai suasana Pemilu 2019. Belum lagi “munculnya” sang petarung Murady (Anggota DPR-RI tahun2009) yang akan membuat Pemilu 2019 menjadi lebih seru.
Dari website DPR-RI, anggota DPR-RI 2014-1019 mewakili Jambi adalah Handayani (PKB), Ihsan Yunus (PDIP), Saniatul Lativa (Partai Golkar), Sutan Aidil Hendra (Partai Gerindra), Zulfikar Ahmad (Partai Demokrat), H. Bakri (PAN), Elviana (PPP).
Maka menempatkan para incumbent sebagai caleg DPR-RI memang tidak bisa diremehkan. Terlepas dari “pertarungan internal” seperti di PKB, Partai Golkar dan Partai Demokrat, para incumbent haruslah ditempatkan sebagai “petarung tangguh”.
Kemenangan Saniatul Lativa (Partai Golkar) dan Zulfikar Ahmad (Partai Demokrat) mampu menyalib Selina Gita (Partai Golkar) yang menguasai di Kabupaten Tebo dan Kabupaten Bungo. Kemenangan yang diraih oleh Zulfikar Ahmad (dari Bungo) dan masuknya Saniatul Lativa (yang menguasai Tebo) membuat Selina Gita “terpental”.
Begitu juga PAN dan Partai Demokrat yang semula menyumbangkan 2 kursi namun hanya mampu masing-masing satu kursi. Masuknya PKB dan Parta Gerindra membuat pertarungan 2014 semakin menarik. Bahkan PPP dan PKB semula tidak mendapatkan kursi tahun 2009 ternyata mampu mengambil satu kursi.
Sehingga tidak salah kemudian tahun 2014 adalah pertarungan yang paling ketat. Menumbangkan Partai Hanura yang semula mendapatkan satu kursi tahun 2009 namun kemudian gagal untuk Pileg 2014.
Atau dengan kata lain, seluruh kursi dibagi kepada Partai-partai seperti PKB, PDIP, Partai Golkar, Partai Gerindra, Partai Demokrat, PAN dan PPP.
Memasuki Pemilu 2019, persaingan makin ketat. Masuknya HBA, Murady (incumbent 2009), Sudirman Zaini (mantan Bupati Bungo) dan Sofyan Ali (PKB) menjadi pertarungan semakin menarik untuk diikuti. Komposisi ini semakin menarik ketika Elviana (PPP) kemudian mendaftar melalui DPD-RI.
Pertarungan “internal” terjadi di Partai Gerindra antara SAH (incumbent) dengan Murady (anggota DPR-RI 2009-2014). Begitu juga di PKB antara Handayani (Incumbent) dengan Sofyan Ali (Ketua DPW PKB dan anggota DPRD Jambi 2014 – 2019).
Selain itu “pertarungan” juga terjadi antara Sudirman Zaini dengan Zulfikar Ahmad (incumbent) yang menguasai Kabupaten Bungo. Keduanya adalah Bupati Bungo yang menguasai wilayah Kabupaten Bungo. Pertarungan yang seru.
Yang paling berat justru di Partai Golkar. Hadirnya HBA, Saniatul Lativa (incumbent 2014) dan Selina Gita (anggota DPR-RI tahun 2009 – 2014) membuat pertarungan Partai Golkar menjadi seru.
Ketiganya sudah teruji dalam berbagai Pemilu. Baik sebagai mantan Gubernur, anggota DPR (incumbent) dan anggota DPR 2009-2014 membuat Partai Golkar tidak bisa diremehkan. Target untuk meraih dua kursi diwacanakan Partai Golkar untuk merebut pemenang Pemilu 2019.
Ujian sesungguhnya terjadi di PAN paska “Zumi Zola” menjadi narapidana. Bakri sebagai incumbent (2009-2014, 2014-2019) tidak boleh diremehkan. Satu kursi untuk Bakri sebagai incumbent memang tidak bisa dipungkiri.
Pertanyaan ini juga terjawab. Apakah PAN kembali menguasai dua kursi (tahun 2009) dengan masuknya Dipo Nurhadi Ilham ?
Tanpa mengabaikan partai-partai yang lain, seperti Parta Nasdem, PPP, PKS, Partai Hanura, PBB, PKPI maupun pendatang baru seperti Partai Berkarya, Partai Perindo, PSI, Partai Berkarya, anggota parlemen DPR-RI so dipastikan dikuasai oleh Partai Golkar, Partai Demokrat, PDIP, PKB, Partai Gerindra dan PAN.
Baik karena adanya “incumbent’ yang mumpuni juga dipengaruhi suara yang disumbangkan untuk mewakili Jambi di senayan.
Tinggal kita menantikan. Siapakah yang mewakili Jambi di senayan. Apakah para incumbent masih menjadi “petarung tangguh” ? Atau bertumbangan dan saling menyalip sesama di internal partai. Atau ada “pemain baru” yang meluluhlantakkan skenario yang telah disampaikan. Semoga tidak salah memilih.(Penulis Adalah Advokad/Aktivis)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE