Petugas memindahkan kantong jenazah korban pesawat Lion Air JT 610 saat tiba di RS Polri, Jakarta, 30 Oktober 2018. ( Foto: BeritaSatu Photo / Joanito De Saojoao ) |
48 kantong yang masuk ke Rumah Sakit Bhayangkara Polri semuanya berisi potongan tubuh korban.
Personel yang melaksanakan di post mortem cukup banyak yakni 15 dokter forensik, 10 dokter gigi, dan empat ahli DNA.
Jambipos Online, Jakarta- Rumah Sakit Bhayangkara Polri Raden Said Sukanto Jakarta telah menerima 48 kantong jenazah korban jatuhnya pesawat Lion Air di perairan Karawang, Jawa Barat. Belum satu pun jenazah yang teridentifikasi.
Kepala Rumah Sakit Bhayangkara Polri Raden Said Sukanto Komisaris Besar Polisi dr Musyafak mengatakan, pihaknya telah menerima 24 kantong jenazah hingga Selasa (30/10/2018) pagi, kemudian datang lagi 24 kantong jenazah pada malam hari. "Jadi total sudah 48 kantong jenazah yang ada di post mortem kita," ujar Musyafak, di Jakarta, Rabu (31/10/2018).
Dikatakan, pihaknya sudah melakukan kegiatan post mortem. Namun hasilnya belum ada satu pun jenazah yang teridentifikasi. "Sudah dilaksanakan pemeriksaan dan bahkan sudah dilaksanakan rekonsiliasi, tetapi hasilnya memang belum ada satu yang teridentifikasi sehingga masih nihil," kata dia.
Dalam proses rekonsiliasi kata dia, banyak masukan-masukan. Bahkan ada tiga korban dibahas mendalam mulai aspek medis, tato, dan lainnya. "Kemudian didapatkan korban yang berumur 3 sampai 4 tahun dan bahkan dua bayi, tapi karena data yang mendukung kurang kuat, sehingga di-cancel untuk menunggu hasil DNA. Jadi sampai kemarin belum ada yang teridentifikasi," ungkapnya.
Ia menyampaikan, 48 kantong yang masuk ke Rumah Sakit Bhayangkara Polri semuanya berisi potongan tubuh korban. Kondisinya sudah tidak utuh. "Semuanya adalah korban. Memang ada bukan kantong jenazah sempat masuk di sini yakni empat bungkusan semacam kresek bukan kantong jenazah. Karena bukan jenazah tidak kita sampaikan," katanya.
Musyafak menjelaskan, pihaknya akan mengandalkan pemeriksaan DNA untuk mengidentifikasi jenazah korban. "Itu suatu kendala juga, kendala lain adalah body part ini tidak semua sama. Jadi ada yang hanya kulit, kemudian otot-otot dan sebagainya. Itu menjadi kendala sehingga dari kemarin, 24 kantong jenazah ada kurang lebih 87 keping bagian dari pada tubuh itu yang kita periksa sampel DNA-nya," jelasnya.
Ia menuturkan, kondisi korban tidak memengaruhi pemeriksaan DNA. Tim dokter nanti bisa menganalisis dan memeriksa dari berbagai sampel seperti rambut, kulit, otot, hingga tulang. Bahkan baju yang pernah dipakai bisa juga dideteksi DNA-nya. "Itu masalah kesulitan. Dan saya kira tidak masalah, hanya saja besar kecilnya atau lengkap tidaknya korban yang ada kendala," katanya.
Menurutnya, 24 kantong jenazah yang baru dikirim semalam, sudah dimasukkan ke kamar pendingin dan rencananya hari ini dilaksanakan pemeriksaan.
Sedangkan personel yang melaksanakan di post mortem cukup banyak yakni 15 dokter forensik, 10 dokter gigi, dan empat ahli DNA yang mengambil sampel post mortem. "Jadi untuk personel saya kira tidak ada kendala. Dalam pemeriksaan post mortem ini, tidak hanya dilaksanakan oleh dokter-dokter Polri, tapi juga dibantu forensik UI, forensik Unpad, dari Rumah Sakit Fatmawati juga bantu kita. Jadi untuk personel dokter forensik cukup," tandasnya.(*)
Sumber: BeritaSatu.com
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE