Sejumlah Gajah Sumatera jinak berada di Pusat Konservasi Gajah Riau di Kabupaten Siak, Provinsi Riau, 11 Maret 2018. ( Foto: Antara / FB Anggoro ) |
Jambipos Online, Jambi - Upaya penyelamatan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) di Provinsi Jambi terus dilakukan, menyusul populasi hewan langka iu semakin menyusut karena gangguan eksternal. Salah satu upaya itu yakni berusaha mengalihkan habitat mamalia besar itu ke kawasan hutan konsevasi internasional, yakni Hutan Harapan (Harapan Rainforest) di Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi.
Kepala Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi Rahmad Saleh mengatakan, gajah-gajah sumatera di Jambi kini banyak berkeliaran di kawasan perkebunan kelapa sawit, karet, dan semak belukar, karena habitat mereka di dalam hutan sudah banyak terganggu oleh berbagai aktivitas masyarakat.
“Saat ini terdeteksi tiga ekor gajah sumatera di Jambi yang keluar dari habitatnya, Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT), Kabupaten Tebo, berkeliaran di kawasan perkebunan dan semak belukar. Gajah itu terancam mati terbunuh jika dibiarkan berkeliaran di luar habitatnya, sehingga perlu segera diselamatkan ke kawasan hutan konservasi,” kata Rahmad Saleh, Kamis (27/9/2018).
Saat ini, Tim Penyelamatan Gajah Sumatera di Jambi yang terdiri dari unsur TNI/Polri, LSM, akademisi, perusahaan, dan masyarakat, mulai Rabu (26/9/2018), berusaha menghalau seekor gajah sumatera bernama Karina ke Hutan Harapan.
Gajah betina dewasa itu, berkeliaran di semak belukar Desa Pintas Tuo, Kecamatan Muara Tabir, Tebo. Karina merupakan gajah satu-satunya yang masih hidup di kelompoknya.
“Karina harus dipindahkan ke habitat yang lebih baik dan masih ada kelompok gajahnya. Hanya dengan cara itu maka Karina dapat diselamatkan,” katanya.
Dijelaskan, dua ekor lagi gajah sumatera yang terdeteksi berada di luar habitat di Jambi diupayakan juga bisa dihalau masuk ke kawasan Hutan Harapan. Untuk menghalau gajah sumatera yang berkeliaran di luar TNBT itu dikerahkan tiga ekor gajah jinak dari Pusat Konservasi Gajah (PKG) Minas, Provinsi Riau dan sembilan pawang gajah (mahout) termasuk mahout senior Nazaruddin.
Rahmad Saleh mengatakan, dua ekor gajah sumatera lain yang akan dipindahkan dalam sembilan hari ke depan masih berada di kawasan semak belukar dan perkebunan Desa Muaro Sekalo, Kecamatan Sumay, Tebo.
Dua ekor gajah jantan muda tersebut sejak pertengahan 2018 mencoba keluar dari habitatnya (dispersal) yakni kelompok gajah TNBT. Sifat tersebut merupakan sifat alami gajah jantan muda guna mencari habitat baru dan gajah betina yang berbeda dari kelompok asalnya.
Namun, lanjut Rahmad, dalam pergerakannya gajah jantan muda tersebut menimbulkan konflik dengan masyarakat. Hal tersebut disebabkan karena seluruh habitat gajah ekosistem TNBT telah dikelilingi perkebunan sawit dan karet yang dikelola oleh masyarakat.
Pawang gajah senior dari PKG Minas, Provinsi Riau, Nazaruddin mengatakan, evakuasi gajah sumatera yang berkeliaran di kawasan perkebunan dan semak belukar di luar TNBT tidak bisa dilakukan dengan capat. Masalahnya keberadaan gajah tersebut sering sulit terpantau. Selain itu akses dan jarak wilayah Tebo dengan Hutan Harapan, Kabupaten Batanghari cukup jauh. (*)
Sumber: Suara Pembaruan
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE