Oleh: Musri Nauli
Jambipos Online-Ketika kutanyakan kepada putra ketigaku (waktu masih kecil) mengapa ia mengeluarkan ikan dari Aquarium, seketika dia menjawab. “Kasihan, yah. Ikannya capek berenang”.
Akupun tersenyum. Tidak memarahi. Bahkan tertawa.
Namun yang kukagumi. Dia memperhatikan ikan yang berenang setiap waktu. Entah malam. Entah siang. Upaya yang dilakukannya “membuktikannya” kecintaan dan kasihan kepada Ikan. Sebuah nurani yang tetap harus dimiliki seorang anak. Mengasah nurani dan rasa iba kepada makhluk sesame ciptaan.
Dengan rasa kasihannya yang melihat ikan terus berenang, Dodo berkeinginan agar ikan diangkat dari aquarium dan tidak berenang. Biar ikan “istirahat sejenak”.
Pikiran anak-anak. Dunia anak-anak.
Selain memelihara ikan, Dodo juga senang bermain kucing. Tidak tanggung-tanggung nama kucingnya. Ada Alex. Seekor kucing yang lincah menangkap tikus. Entah beberapa kali tetangga sengaja meminjam Alex untuk mengejar tikus yang berlarian diloteng rumahnya.
Ada Putri. Seekor kucing tidak pernah menyantap ikan mentah. Sedari kecil memang diajarkan minum susu dan makan ikan yang dimasakkan.
Setiap jam makan, ekornya selalu mengibas-ngibas. Duduk sembari “tertib” menunggu dibawah meja makan. Sembari mendengarkan “suara” dari penggorengan yang memasak ikannya. Setelah makan biasanya, Putri Duduk tertib didepan televise. Menemani Dodo dan adiknya menonton kartun.
Adiknya, Lio pernah merawat kelinci dan burung. Setiap pulang sekolah selalu memberikan makan Kelinci sambil bercerita. Entah mengerti atau tidak sang Kelinci.
Namun dengan Lio, Kelinci “selalu patuh” dan jinak. Namun rasa sayang kepada Kelincinya kemudian membuat dia murung. Setelah sang kelinci mati, berhari-hari Lio murung dan susah diajak ngomong. Walaupun kemudian semakin besar dia mulai menyadari “Rasa sayangnya” kepada hewan, namun setelah kematian kelinci, praktis dia tidak mau lagi memelihara kelinci.
Dodo tidak salah. Namun Dodo tidak pernah meminta pendapat kakaknya atau ibunya (tabayyun) tentang “mengangkat” ikan dari aquarium. Pikiran Dodo ternyata justru membuat ikan menjadi mati.
Cara Dodo mengambil ikan dari aquarium membuat ikan tidak berada di habitatnya. Pikiran dan cara Dodo membuat ikan menjadi tidak berguna. Diletakkan di kursi tamu.
Pikiran, pengetahuan anak-anak dan tidak bertanya (tabayyun) tidak perlu dimarahi. Namun kemudian kita mengajarkan kepada Dodo agar selalu bertanya sehingga tidak menimbulkan masalah. Nanti juga setelah dia besar akan malu dengan cerita tadi.
Namanya juga anak-anak. Anak-anak punya dunianya sendiri. Dia akan belajar dan mengerti dan paham tentang pentingnya “bertanya (tabayyun)”. Sehingga rasa keinginantahuannya semakin besar dan diberi ruang. Bukan dimarahi.
Dengan rasa “keinginantahuannya” kemudian membuat Dodo bisa “buat email”, “Facebook, admin Whataap”, “ada Instagram”, “pernah memperbaiki system table-ku, bisa membuat animasi film kartun di youtube. Dan bisa “merekam” suasana pulang mudik dan memasukkan ke youtube.
Dengan keinginan kerasnya kemudian dia berlatih sepakbola, juara kelas dan mampu membongkar aplikasi di laptop dan HP.
Dengan keinginantahuannya kemudian membuat dia terus bertanya dan menemukan jawabannya.
Ketika kuceritakan tentang “ikan”, diapun malah malu. “Ayah nih.. Khan Dodo masih kecil”. Kamipun tertawa bersama.(Penulis Adalah Aktivis dan Advokad di Jambi)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE