ILUSTRASI-LILIN-LILIN KECIL BERCAHAYA |
Oleh: Denny Siregar
"Terdakwa bersalah. Dua tahun penjara !"
Palu diketok oleh majelis hakim, tanda keputusan telah ditetapkan dan sidang usai. Ruang sidang ribut oleh keputusan yang tidak diduga itu. Situasi terpecah. Diluar sana lebih parah.
Tetapi sang terdakwa berdiri tegak. Ia menundukkan dirinya memberi hormat. Ia divonis atas kejahatan yang tidak dilakukannya. Sore itu ia menjadi orang pendiam. Waktunya berhenti seketika. Perjalanannya terhadang.
Ada perbedaan makna besar antara korban dan kurban. Korban adalah situasi dalam keadaan terpaksa. Sedangkan kurban adalah penyerahan diri terhadap kebaikan. Sebuah penghambaan.
Dan Ahok berada pada situasi keduanya. Pada fisiknya ia seorang korban. Tetapi dalam nilai spiritualnya, ia melakukan kurban.
Ia menghambakan dirinya pada mereka yang menyalibnya. "Ini takdir gua. Biar gua jalani dengan senang.." Katanya dengan nada ceria setahun sesudah kejadian.
Kita semua tanpa sadar sudah menyembelihnya. Menyembelih mimpinya. Menyembelih haknya. Menyembelih kehormatannya. Tetapi ia tetap tenang, menerima semua keputusan yang datang padanya.
Dan dari sembelihan itu, lahirlah jiwa-jiwa baru yang kemudian berkumpul menjadi satu. Mereka membawa lilin dan menyalakannya. Lalu tiba-tiba nyala kecil itu meluas ke seluruh nusantara.
Saya selalu memaknai kurban itu sebagai pesan spiritual. Sebuah pelajaran. Sesuatu yang luas. Jauh dari sifat material.
Jikapun ada ritual seperti penyembelihan hewan, itu lebih dari sekadar sebagai pengingat, supaya pesan itu tetap terjaga dan menjadi pelajaran bagi manusia dari masa ke masa. Dan hewan sembelihan, menjadi terhormat karenanya..
Didalam kurban, selalu lahir nilai-nilai baru. Seperti ulat yang menjadi kupu-kupu. Lebih indah bentuknya, dan lebih merdeka jiwanya.
Seperti seorang Hussain, yang menyerahkan tubuhnya untuk dimutilasi oleh puluhan ribu pasukan yang mengaku mengikuti agama Muhammad, kakeknya.
Seperti seorang Mahatma Gandhi yang merelakan hidupnya ditangan orang yang seagama dengannya.
Mereka berkurban. Menyerahkan jiwanya dalam keadaan sadar untuk kebaikan. Apakah mereka mati ? Tidak. Mereka hidup di dalam hati pada setiap langkah manusia pemberani. Sampai kini..
Hari ini kita berada pada hari raya kurban. Sebuah perayaan atas kemenangan jiwa-jiwa merdeka yang menghambakan dirinya demi kebaikan manusia.
Dan aku selalu berdoa, kelak ingin berada di jalan mereka. Dengan penerimaan seperti Ahok. Dengan kepasrahan seperti Gandhi. Dan keberanian seperti Hussain..
Biarlah secangkir kopi menjadi saksiku malam ini..
Selamat hari raya Iedul Adha, jiwa-jiwa merdeka..
Denny Siregar
Baboo Digital Indonesia. (FB)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE