Gatot Nurmantyo. ( Foto: Antara ) |
"Gatot Nurmantyo dan Muhaimin Iskandar mampu menjadi lokomotif bagi poros ketiga ini." Mahfuz Sidik mendukung terbentuknya poros ketiga dalam pilpres 2019.
Jambipos Online, Jakarta - Bibit perpecahan mulai timbul antara Partai Gerindra dan Partai Demokrat dan hal itu langsung disambut Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan pernyataan soal poros ketiga yaitu pasangan Gatot Nurmantyo-Muhaimin Iskandar dalam pemilihan presiden 2019.
Politikus PKS Mahfuz Sidik yang dikenal dekat dengan mantan Presiden PKS Anis Matta adalah yang pertama menyuarakan itu, Rabu (8/8/2018) malam.
Kata Mahfuz, pihaknya mendukung terbentuknya poros ketiga dalam pilpres 2019, yakni poros yang berada di luar Jokowi dan Prabowo. Hal itu menjadi relevan setelah melihat dinamika koalisi dan pasangan calon yang masih panas dingin.
"Melihat dinamika koalisi dan paslon yang masih panas-dingin, poros ketiga bisa dibangun," kata Mahfuz.
Secara konsep, "poros umat" ini bukan untuk menguatkan politik aliran atau politik identitas, tetapi untuk menjawab kebutuhan “rekonsiliasi elemen-eleman utama ummat”.
Baca juga: Sandiaga Disebut Siapkan Rp 500 M untuk Cawapres, Demokrat Geram
Sebab, ada gejala sejak 2014, dinamika politik nasional mulai diwarnai politik identitas. Hal ini justru memecah ummat sendiri. Pemilu 2019 tidak boleh menjadi ajang yang mempertajam gejala perpecahan umat, kata Mahfuz.
Karenanya, poros ketiga ini juga harus memiliki warna kebangsaan yang kuat -- tidak boleh narasi kebangsaan dan keumatan dihadap-hadapkan, namun harus menarik dua kepentingan secara bersamaan.
Dalam konteks itulah dia mengatakan bahwa mantan Panglima TNI Gatot Nurmantyo dan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar bisa diajukan. Dan anggota koalisinya bisa berisi PKB, Partai Amanat Nasional (PAN), PKS, dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP).
"Dalam percaturan politik yang makin sempit menuju 10 Agustus 2019, saya melihat tokoh Gatot Nurmantyo dan Muhaimin Iskandar mampu menjadi lokomotif bagi poros ketiga ini. Lalu menghimpun unsur-unsur partai seperti PKB, PAN, PKS dan PPP," ujarnya.
Perpecahan antara kubu Gerindra dan Prabowo terindikasi setelah Wasekjen PD Andi Arief mengunggah cuitan di akun twitternya. Disebutkan bahwa perpecahan itu dipicu tindakan Prabowo yang menerima Sandiaga Uno sebagai cawapres dengan mahar Rp 500 miliar. Andi bahkan menyebut Prabowo sebagai "Jenderal Kardus".(*)
Sumber: BeritaSatu.com
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE