Pasar Kebun Handil, Jelutung Kota Jambi. Jampos |
Jambipos Online, Jambi-Provinsi Jambi pada Juli 2018 tercatat mengalami deflasi 0,67% (mtm) dengan inflasi tahunan sebesar 3,21% (yoy). Perkembangan inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 0,28% (mtm) atau 3,18% (yoy). Inflasi Provinsi Jambi disumbangkan oleh Kota Jambi yang tercatat mengalami deflasi 0,76% (mtm) dengan inflasi tahunan sebesar 3,34% (yoy), dan Kabupaten Bungo dengan inflasi sebesar 0,12% (mtm) dengan inflasi tahunan sebesar 2,04% (yoy).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Bayu Martanto kepada wartawan, Selasa (7/8/2018) mengatakan, deflasi Kota Jambi pada Juli 2018 terutama disebabkan oleh penurunan harga komoditas administered price dan volatile food.
Komoditas administered price yang menjadi penyumbang utama deflasi adalah angkutan udara, angkutan antar kota, dan tarip kendaraan travel. Sementara komoditas volatile food yang menjadi penyumbang utama deflasi adalah cabe merah, gabus, nila, bawang merah, bayam, udang basah, dan kangkung.
Disebutkan, berbeda dengan Kota Jambi, pada Juli 2018 Kabupaten Bungo mengalami inflasi. Inflasi didorong oleh seluruh kelompok komoditas baik volatile food, administered price maupun kelompok inti.
Kelompok volatile food yang menjadi penyumbang utama inflasi diantaranya adalah jengkol, minyak goreng, jeruk, kacang panjang, dan cakalang/sisik. Kelompok administered price yang menjadi penyumbang utama yaitu bensin dan rokok kretek filter. Sementara itu, tarip pulsa ponsel, ikan bakar, dan lemari pakaian menjadi komoditas kelompok inti penyumbang inflasi utama di Kabupaten Bungo.
Kata Bayu Martanto, guna mempertimbangkan perkembangan harga terkini serta proyeksi kebijakan penetapan harga oleh pemerintah maupun pelaku usaha, inflasi Provinsi Jambi pada Agustus 2018 diperkirakan berada pada kisaran -0,02 – 0,38% (mtm) dengan inflasi tahunan pada kisaran 3,39 – 3,79% (yoy), masih berada dalam sasaran inflasi nasional 3,5±1%.
"Inflasi utamanya akan didorong oleh peningkatan harga komoditas administered price seiring meningkatnya harga angkutan udara pada periode Idul Adha 1439 H. Beberapa kelompok bahan pangan bergejolak diperkirakan juga akan mengalami peningkatan pada bulan Agustus seiring meningkatnya permintaan pada periode Idul Adha 1439 H terutama untuk komoditas daging sapi/kerbau dan bumbu-bumbuan," katanya.
Bayu Martanto menambahkan, ke depan, risiko yang dapat menyebabkan tekanan inflasi lebih tinggi dari perkiraan (upside risk) antara lain adalah periode tahun ajaran baru perguruan tinggi yang jatuh pada bulan Agustus diperkirakan akan berdampak pada meningkatnya kebutuhan dan konsumsi masyarakat pada kelompok inti, utamanya pada komoditas biaya akademi/perguruan tinggi.
"Selain itu, kenaikan harga bahan bakar non subsidi sejak tanggal 1 Juli dapat menyebabkan meningkatnya pengeluaran masyarakat akibat naiknya harga komoditas bensin. Meningkatnya harga bensin juga berpotensi menimbulkan second round effect yang dapat berdampak pada tarif angkutan darat ditambah meningkatnya permintaan pengguna jasa angkutan darat selama periode Idul Adha 1439 H," katanya.
Disebutkan, inflasi pada Triwulan III-2018 mendatang diperkirakan pada kisaran 3,61 – 4,01% (yoy). Inflasi disebabkan oleh meningkatnya permintaan masyarakat pada Hari Raya Idul Adha, serta potensi kenaikan biaya pendidikan perguruan tinggi memasuki tahun ajaran baru 2018 serta persistennya kenaikan harga beberapa komoditas inti pasca kenaikan harga pada Idul Fitri lalu.
"Selain itu, kenaikan harga BBM non subsidi diperkirakan akan memberikan tekanan terhadap inflasi menyusul second round effect yang ditimbulkan terhadap tarif angkutan serta beberapa komoditas akibat meningkatnya biaya distribusi," sebutnya.
Mencermati tantangan dan potensi risiko inflasi tahun 2018, kata Bayu Martanto, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jambi telah melakukan berbagai upaya melalui rapat koordinasi bersama instansi terkait dalam rangka mengontrol stabilitas harga dan ketersedian pasokan.
"Selain itu juga dilakukan tinjauan lapangan bersama Satgas Pangan, BULOG, Dinas Perindustrian dan Perdagangan di Provinsi Jambi dalam rangka memastikan kecukupan stok bahan pokok utamanya pada dan pasca periode Hari Raya Idul Fitri 1439 H serta menyambut periode Hari Raya Idul Adha 1439 H," katanya.
Koordinasi tersebut dilakukan sebagai upaya untuk stabilisasi harga di periode bulan Agustus tahun 2018. TPID se-Provinsi Jambi melalui kepala daerah juga mengikuti Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi pada tanggal 26 Juli 2018 untuk menerima arahan dari Presiden Republik Indonesia dalam rangka pengendalian inflasi di daerah. (JP-Lee)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE