Prof Mukhtar Latief bertindak sebagai Imam dan Khotib pada Shalat Ied di lapangan hitam Mapolda Jambi, Jumat (15/6/2018). Foto IST-FB Pak Do. |
Jambipos Online, Jambi-Ribuan Umat Muslim melakukan Sholat Ied di lapangan hitam Mapolda Jambi, Jumat (15/6/2018) pagi. Kapolda Jambi Brigjen Pol Drs Muchlis AS MH bersama jajaran Polda Jambi berbaur bersama dengan masyarakat umum dalam Sholat Ied merayakan Hari Raya Idul Fitri 1439H/2018M.
Prof Mukhtar Latief bertindak sebagai Imam dan Khotib pada Shalat Ied tersebut. Prof Mukhtar Latief menyampaikan, bahwa di Indonesia istilah Idul Fitri dan Lebaran difahami sama oleh sebagian orang, yang bermakna kembali makan dan minum. Istilah ini muncul karena memang prakteknya demikian, di mana orang sudah puasa selama sebulan di bulan Ramadhan, kemudian memasuki bulan Syawal mereka membukakan diri dengan makan minum.
“Memahami lebih jauh konsep Idul Fitri dengan Lebaran, tentu beda makna dan maksudnya. Idul Fitri memiliki makna kembali fitrah atau suci dari dosa, dari tindakan angkara murka, kezaliman dan kejahatan yang sudah kita lakukan,” katanya.
Dengan berpuasa dan mendirikan Ramadhan kita mohonkan diangkatnya semua dosa-dosa kita yang lalu oleh Allah. Sebagaimana Rasulullah katakan "barang siapa yang mendirikan Ramadhan dengan sungguh dan hanya mengharap ridha Allah, maka diampuni dosanya yang telah lalu".
Sehingga dengan demikian kita suci kembali seperti terlahir dari rahim ibu kita. "Kuulu mauluudin yuuladu 'alal fitrah" (setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah).
Lebih jauh lagi konsep fitrah ini, menunjukkan adanya keserasian antara manusia sebagai makhluk dan Allah sang khalik. Yang mana Allah memiliki kemahasucian dan manusia diciptakan Allah dengan kesucian, kedua fitrah ini berpadu dalam dienul Islam yang lurus (hanif) dan suci. QS. Ar-Rum ayat 30 mengungkapkan "Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama Allah yang lurus, tetaplah dengan fitrah Allah yang telah menciptakan manusia sama dengan fitrahNya, tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui".
Fitrah juga dimaksudkan, agar manusia memahami sejati dirinya, mengenal siapa dirinya. "man 'arofa nafsahu, faqod 'arafa Rabbahu". Barang siapa yang mengenal dirinya, maka dia mengenal TuhanNya.
Jadi Idul Fitri hakikatnya adalah mengembalikan posisi manusia yang fitrah dan mengembalikan kesadaran manusia pada janjinya agar mengenal dirinya dan hidup dengan TuhanNya, "Allah" sang pemilik manusia dan dunia dengan segala isinya.
Sedangkan makna Lebaran, diambil dari kata dasarnya "Lebar" yang berarti ketika Syawal datang kita harus lebarkan, luaskan, lapangkan dan ikhlaskan hati maupun pikiran kita, sehingga dengan demikian kita menjadi sejatinya manusia kembali.
Berdasarkan makna lebaran ini, maka masyarakat meyambut datangnya Syawal dengan suka cita saling mengikhlaskan dengan bermaaf-maafan. Masyarakat melakukan saling kunjung silaturrahim, lengkap dengan baju baru, makanan yang serba khas daerah masing-masing.
Pemahaman Lebaran seperti ini sangat populer, dan saya memahami konsep lebaran seperti ini lebih mengacu pada perilaku beragama yang terintegrasi sebagai konsep dan perilaku budaya. Ini juga dapat kita jumpai pada beberapa negara melayu Islam, negara jiran kita, juga menggunakan istilah Lebaran.
Dengan demikian, boleh saja kita Lebaran tapi jangan lupakan hakikat Idul Fitri, agar selain kita mendapatkan suka cita budaya di bulan Syawal, juga kita memperoleh spiritualitas Idul Fitri.
Selamat Lebaran dan Idul Fitri 1439H/2018M. Semoga Allah berkahi kita semua, Allah bersihkan segala dosa kita, Allah terima semua amal shaleh kita, dan Allah ridha kita kembali fitrah. Aamiin. (JP-Lee)
Ribuan Umat Muslim melakukan Sholat Ied di lapangan hitam Mapolda Jambi, Jumat (15/6/2018) pagi. |
Ribuan Umat Muslim melakukan Sholat Ied di lapangan hitam Mapolda Jambi, Jumat (15/6/2018) pagi. |
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE