Ini Kesaksian Korban Selamat dari KM Sinar Bangun
Ribuan masyarakat menyaksikan proses pencarian oleh petugas terhadap puluhan penumpang Kapal KM Sinar Bangun yang tenggelam di Danau Toba. ( Foto: Beritasatu Photo / Arnold Sianturi ) |
Juita Sumbayak berhasil menyelamatkan diri setelah memeluk helm saat terapung di perairan Danau Toba. Menurut Juita, KM Sinar Bangun mengangkut terlalu banyak penumpang sebelum musibah terjadi.
Jambipos Online, Samosir - Juita Sumbayak, salah seorang dari korban selamat dalam musibah Kapal KM Sinar Bangun mengungkapkan kesaksiannya setelah berhasil selamat dari musibah tersebut. Seperti diketahui KM Sinar Bangun terbalik setelah berangkat dari Pelabuhan Simanindo, Kabupaten Samosir menuju Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, di perairan Danau Toba, Sumatera Utara (Sumut).
Wanita malang yang berada di dalam KM Sinar Bangun bersama 18 orang keluarganya (belum ditemukan), mengungkapkan, kelebihan kapasitas menjadi salah satu penyebab terbaliknya kapal maut tersebut. Saat itu, kondisi cuaca di tengah perairan Danau Toba tersebut memang kurang baik.
"Ada angin kencang disertai ombak yang lumayan besar menghantam. Saat itu, kapal langsung oleng ke arah kanan dan langsung terbalik. Penumpang kapal itu sangat banyak, ada sekitar 200 orang," ujar Juita di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Hadrianus Sinaga, Pangururan, Selasa (19/6/2018).
Juita mengatakan, dirinya bisa selamat karena memeluk helm selama berada di tengah perairan Danau Toba tersebut. Helm yang dipeluk itu membuat dirinya terus bisa mengapung. Juita mengaku diselamatkan oleh awak kapal Feri yang melintas tidak jauh dari kapal yang tenggelam tersebut.
"Ada petugas kapal Feri yang melemparkan tali ke arah saya. Setelah tali itu kuraih, mereka langsung menarik dan mengangkat saya ke dalam kapal. Ada 18 orang lagi keluarga saya yang berada di Danau Toba, termasuk anak dan suami. Mereka semua tidak bisa berenang," katanya sambil menangis.
Juita tidak mampu membayangkan kondisi penumpang saat seluruhnya tercebur ke tengah danau. Saat itu, semua penumpang kapal menjerit dan berteriak minta pertolongan. Bahkan, dia melihat ada korban tewas setelah terombang - ambing di tengah Danau Toba tersebut.
"Kondisi saat itu sangat mengerikan. Aku sendiri memang sudah pasrah untuk mati. Sepertinya, tidak ada harapan untuk bisa selamat. Aku tidak tau bagaimana nasib keluargaku. Tuhan, mohon selamatkan mereka," kata Juita sembari menangis.
Tim SAR Sisir Danau Toba
350 petugas gabungan dikerahkan untuk melakukan pencarian korban KM Sinar Bangun. Berdasarkan laporan masyarakat, sebanyak 65 orang korban masih hilang.
Regu penolong meliputi Badan SAR Nasional, Marinir, Satpol Air maupun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), melanjutkan pencarian korban yang belum ditemukan dari musibah tenggelamnya Kapal KM Sinar Bangun di Danau Toba.
"Ada sebanyak 350 petugas gabungan yang dilibatkan melakukan pencarian," ujar Pelaksana harian Gubernur Sumut, Sabrina di Posko Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Selasa (19/6/2018).
Sabrina mengatakan, petugas yang dikerahkan untuk melakukan evakuasi itu disebar. Pencarian berpatokan pada koordinat kapal, mengikuti arah arus maupun lainnya. Basarnas dinilai lebih mengetahui zona-zona yang harus disisir.
"Sampai saat ini, berdasarkan laporan masyarakat yang kehilangan anggota keluarganya, ada sebanyak 65 orang. Sebelumnya, ada sebanyak 19 orang ditemukan dan satu orang meninggal dunia. Pencarian menggunakan kapal cepat, perahu karet dan lainnya," katanya.
Kapolres Simalungun, AKBP Marudut Liberty Panjaitan menyampaikan, proses pencarian juga melihat arah kecepatan angin. Bila kecepatannya sudah mencapai 40 knot perjam maka tubuh para korban kemungkinan berada di kawasan Balige.
"Kita berharap, proses evakuasi ini berjalan dengan baik dan menemukan korban yang dilaporkan hilang akibat musibah kapal tenggelam tersebut. Semoga kondisi cuaca hari ini cerah, sehingga tidak mengganggu proses pencarian," sebutnya.
Korban Tewas 4 Orang
Tenggelamnya kapal diperkirakan sejauh 1 mil dari Pelabuhan Tigaras. Pencarian terhadap puluhan korban lainnya masih sedang dilakukan.
Sementara regu penolong berhasil mengevakuasi sekitar 21 orang korban selamat tenggelamnya kapal penumpang KM Sinar Bangun di perairan Danau Toba, Senin (18/6/2018) petang setelah bertolak dari Pelabuhan Simanindo, Kabupaten Samosir, menuju Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara (Sumut).
"Dari seluruh korban yang berhasil dievakuasi tersebut, empat di antaranya dinyatakan sudah meninggal dunia. Pencarian terhadap puluhan korban lainnya masih sedang dilakukan," ujar seorang seorang petugas yang terlibat melakukan pencarian korban musibah Kapal KM Sinar Bangun, Senin (18/6/2018).
Sementara Kadis Perhubungan Simalungun, Ramadhani Purba mengatakan, ada 7 penumpang selamat yang dilarikan ke Pelabuhan Tigaras dan 14 orang ke Pelabuhan Simanindo. Proses evakuasi dilaporkan masih sedang berjalan.
"Kalau di Kapal KMP Sumut 2, ada 3 orang dalam kondisi selamat. Di KMP Sumut 1, ada 2 orang selamat dan 1 meninggal dunia. Korban selamat yang dievakuasi KMP Sumut 1 dan 2 dilarikan ke Puskesmas Simalungun. Sedangkan yang diselamatkan kapal kayu Sinta Damai ada 14 orang, semuanya ada di Simanindo,” jelasnya.
Menurutnya, tenggelamnya kapal diperkirakan sejauh 1 mil dari Pelabuhan Tigaras. Adapun korban selamat berdasarkan keterangan dokter yang merawat di antaranya, Muhammad Fitri (21) warga Indra Pura, Heri Nainggolan (23) warga Panitongah, Jamuda (17) warga Parbungabunga, Juita warga Serbelawan.
Sudah Oleng Sejak Berangkat
Kapal KM Sinar Bangun sudah oleng saat berangkat dari Pelabuhan Simanindo dengan tujuan Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
Musibah terjadi saat KM Sinar Bangun terbalik setelah 22 menit berangkat dari Pelabuhan Simanindo.
Kepala Kepolisian Resort (Kapolres) Simalungun, AKBP Marudut Liberty Panjaitan mengungkapkan, Kapal KM Sinar Bangun sudah oleng saat berangkat dari Pelabuhan Simanindo dengan tujuan Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.
"Tidak ada kapasitas muatan barang termasuk untuk penumpang. Semua main masukkan saja. Kecepatan angin saat kejadian sekitar 40 knot per jam. Sementara itu, kecepatan kapal sekitar 5 knot per jam," ujar Marudut Liberty di Pelabuhan Tigaras, Kabupaten Simalungun, Selasa (19/6/2018).
Marudut mengatakan, jarak antara Pelabuhan Simanindodi Kabupaten Samosir dengan Pelabuhan Tigaras di Kabupaten Simalungun, sekitar 6 kilometer (Km). Musibah terjadi saat KM Sinar Bangun terbalik setelah 22 menit berangkat dari Pelabuhan Simanindo.
"Jumlah korban yang belum ditemukan belum dapat dipastikan. Yang pasti, kapal oleng kena hantaman angin kencang. Proses pencarian sempat terhenti karena faktor alam. Ada 350 personil yang dilibatkan melakukan pencarian terhadap para korban musibah itu," katanya.
Menurutnya, jarak pandang yang hanya sekitar 10 meter di tengah perairan Danau Toba, dan kecepatan angin 10 knot perjam, menjadi salah satu kendala yang membuat petugas terpaksa menghentikan sementara proses pencarian di tengah perairan Danau Toba tersebut.
Sementara itu, berdasarkan laporan dari Badan SAR Nasional, petugas sudah mengevakuasi 19 penumpang dengan rincian 18 selamat dan satu meninggal dunia. Korban selamat masih trauma setelah mengalami musibah kapal tenggelam tersebut.(JP)
Sumber: Suara Pembaruan
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE