Pengeboman di Mapolrestabes Surabaya dilakukan satu keluarga. Pelaku menggunakan bom pipa.
Jambipos Online, Surabaya - Kapolda Jawa Timur Irjen Machfud Arifin menyatakan 13 pengebom yang melakukan teror di Surabaya dan Sidoarjo, Provinsi Jawa Timur, tewas. Para pelaku berasal dari tiga keluarga yang berbeda.
Teror bom di Surabaya juga menyebabkan delapan warga meninggal. Dengan demikian, ledakan bom yang terjadi di tiga gereja di Surabaya, rusunawa Sidoarjo, dan Mapolrestabes Surabaya, mengakibatkan 21 orang meninggal dunia.
Hal tersebut disampaikannya dalam jumpa pers bersama Kapolri Jenderal Tito Karnavian melalui breaking news Berita Satu News Channel, Senin (14/5/2018).
Dalam kasus bom di Mapolrestabes, lanjut Machfud, juga dilakukan oleh satu keluarga, seperti halnya pengeboman tiga gereja di Surabaya dan kasus bom yang meledak di rusunawa di Sidoarjo.
"Pengeboman di Mapolrestabes dilakukan keluarga berinisial TM. Bapak, ibu, dan dua anaknya meninggal. Satu anaknya lagi selamat dan masih dirawat," katanya.
Sementara itu, Tito Karnivian menyatakan Dita Oepriarto dan keluarga (seorang istri dan empat anak) yang merupakan pelaku peledakan bom di tiga gereja di Surabaya aktif berkomunikasi dengan Anton yang akhirnya meninggal bersama istri dan seorang anaknya saat bom yang dirakit di rusunawa di Sidoarjo meledak.
Dita, lanjut kapolri, mereka pimpinan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) cabang Surabaya. Mereka melakukan pengeboman sebagai aksi balas dendam atas penangkapan pimpinan JAD, Aman Abdurahman dan Zainal Anshori, pimpinan JAD di Jawa Timur.
"Ini aksi pembalasan dari JAD. Sel JAD di Surabaya yang dipimpin Dita sangat aktif. Mereka menggunakan bom pipa dalam aksinya," kata Tito.
Densus 88 Lakukan 13 Penindakan
Sementara Detasemen Khusus 88 Antiteror Mabes Polri telah melakukan 13 penindakan terhadap teroris di wilayah Surabaya dan Sidoarjo pada Senin (14/5/2018).
13 penindakan antisipatif itu dilakukan untuk melawan teroris. Empat orang teroris tewas karena ditembak mati pihak Densus 88 Antiteror Mabes Polri, Senin (14/5/2018).
Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Frans Barung Mangera di Surabaya, Senin, mengatakan 13 penindakan antisipatif itu untuk melawan teroris.
"Kita melakukan penindakan pada Senin dini hari pukul 02.30 sampai 16.45 WIB. Ada 13 orang ditindak yang akan melakukan teror," katanya.
Barung mengatakan dalam penindakan itu, empat orang teroris tewas karena ditembak mati pihak Densus 88 Antiteror Mabes Polri.
“Empat di wilayah Sidoarjo, termasuk Anton yang semalam. Sembilan tersebar di Sidoarjo dan Surabaya. Total ada 13 orang, sembilan hidup dan empat mati," katanya.
Namun, Barung enggan menjelaskan di mana saja penindakan terhadap 13 teroris itu. “Sasaran di mana dan nama akan ditutupi. Akan kami 'update' lagi," ujarnya.
Dia sedikit mengungkapkan bahwa dari penindakan itu masih ada dalam lingkaran keluarga, seperti jaringan yang sudah diidentifikasi. "Ini menunjukkan Polri konsen pemberantasan dan tetap tegar serta apapun yang terjadi," ujarnya.
Membuat Bom Lewat Online
Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian mengatakan perlunya aturan khusus di media sosial untuk mencegah adanya pemahaman dan pelatihan-pelatihan radikal. Bahkan menurut Tito, para pelaku bom mengetahui cara merakit bom lewat online.
“Selain upaya penangkapan, perlu juga adanya aturan khusus di media sosial. Sekarang banyak sekali pelatihan-pelatihan online yang masuk dan mengubah pemahaman mereka,” ujar Tito bersama Ketua DPR Bambamg Soesatyo, Senin (14/5/2018).
“Mereka banyak belajar cara membuat bom lewat online.” Saat ini kepolisian dikatakan Tito, masih melakukan investigasi. Yang jelas, kepolisian dinilainya sudah berhasil mendeteksi kelompok-kelompok yang melakukan serangan teror di Surabaya.
“Mereka yang melakukan teror bom di tiga gereja, rusunawa dan di Polrestabes Surabaya adalah kelompok JAD. Semuanya dilakukan oleh keluarga,” tambahnya.(JP)
Sumber: BeritaSatu.com
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE