Jambipos Online, Jambi-Sekda Provinsi Jambi M Dianto meminta Program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Jambi bisa mengatisipasi Gizi buruk di Provinsi Jambi lewat sinergi program dengan dinas kesehatan kabupaten/kota. Kasus gizi buruk di Provinsi Jambi masih tinggi, khususnya di Kabupaten Muarojambi.
Hal itu terungkap saat Sekda M Dianto menghadiri rapat Rapat Koordinasi Daerah Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga Provinsi Jambi tahun 2018, BKKBN Provinsi Jambi, bertempat di Rumah Kito Resort, mayang Kota Jambi, Rabu (7/3/2018).
Disebutkan, berdasarkan program dari BKKBN, nantinya bila ada kasus gizi buruk cepat dikoordinasikan dan segera melalui petugas – petugas dilapangan. Sekda juga menekankan program prioritas BKKBN Provinsi Jambi dalam mengatasi kasus gizi buruk di Provinsi Jambi.
Sementara itu, Plt Kepala BKKBN Provinsi Jambi Sigit Priohutomo menyampaikan Rakor dengan tema “Penguatan Intergritas Lintas Sektor di Kampung KB Guna Mepercepat Terwujudnya Kualitas SDM Menuju Jambi TUNTAS 2021”.
Rakor ini diharapkan dapat menjalin koordinasi yang sinegritas antara perwakilan BKKBN Provinsi dengan OPD dinas Pengendalian Penduduk dan KB dalam meningkatkan Program Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).
Dikatakan, adapun fokus Kegiatan meliputi Kampung KB sebagai fokus pembangunan keluarga, peningkatan kualitas remaja melalui program generasi berencana (Genre), pemanfaatan data kependudukuan, serta penanggulangan gizi buruk.
Kasus Gizi Buruk
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Muarojambi, kasus gizi buruk di Kabupaten Muarojambi, Provinsi Jambi masih relatif tinggi. Jumlah bayi usia lima tahun (balita) yang mengalami gizi buruk di daerah itu selama tahun lalu mencapai 32 orang.
Kasus gizi buruk di daerah tersebut mencapai 58 persen dari total 55 kasus gizi buruk se-Provinsi Jambi tahun lalu. Balita penderita gizi buruk tersebut tersebar di beberapa desa yang warga masyarakatnya banyak berada di bawah garis kemiskinan.
Kata Sekretaris Dinas Kesehatan Muarojambi, Yes Isman, hasil pendataan selama tahun 2017, jumlah balita penderita gizi buruk di Muarojambi sebanyak 32 orang. Sebanyak 13 orang balita penderita gizi buruk mengalami berbagai penyakit. Sedangkan 19 orang balita lainnya mengalami gizi buruk murni.
Menurut Yes Isman, para balita penderita gizi buruk di daerah itu masih terus mendapatkan makanan tambahan selama 90 hari. Setelah mendapatkan makanan tambahan dan perawatan intensif, kondisi 19 orang balita penderita gizi buruk murni di daerah itu sudah membaik. Kondisi tubuh para balita tersebut masih kurus, namun gerakannya semakin lincah.
Dijelaskan, dari 13 orang balita penderita gizi buruk yang disertai berbagai penyakit sudah meninggal tiga orang. Sedangkan 10 orang balita penderita gizi buruk yang sakit masih dalam perawatan keluarga. Balita penderita gizi buruk tersebut ada yang mengalami tuberculosis (TBC) paru, hedrosepalus (pembesaran otak) dan berbagai penyakit lainnya.
Belum Maksimal
Sementara hingga kini Pemerintah kota dan kabupaten di Provinsi Jambi belum melakukan upaya maksimal menanggulangi masalah gizi buruk, sehingga kasus ini di daerah itu masih cukup tinggi. Berdasarkan hasil pemantauan Dinas Kesehatan Provinsi Jambi di dua kota dan sembilan kabupaten, ditemukan 64 orang anak didera gizi buruk.
Secara terpisah, Kepala Seksi (Kasi) Kesehatan dan Gizi Masyarakat Dinas Kesehatan Provinsi Jambi, Abbas menjelaskan, kasus gizi buruk di Provinsi Jambi masih relatif tinggi.
Jumlah balita dan anak-anak yang mengalami gizi buruk di Provinsi Jambi selama tahun lalu mencapai 55 orang. Namun kasus gizi buru tersebut sudah berkurang 29 kasus atau 83 persen dibandingkan kasus gizi buruk di daerah itu tahun 2016 sebanyak 84 orang.
"Pemeriksaan kehamilan ibu tersebut dilakukan hingga ke desa-desa melalui pos pelayanan kesehatan terpadu (posyandu) dan puskesmas. Setiap ibu hamil di Jambi diupayakan menambah makanan tambahan gizi untuk mencegah terjadinya gizi buruk pada anak,"katanya.
Menurut Abbas, kasus gizi buruk di Provinsi Jambi banyak disebabkan kemiskinan dan rendahnya pengetahuan ibu mengenai makanan bergizi. Kemiskinan keluarga membuat asupan makanan bergizi untuk anak-anak relatif kurang. Kemudian kurangnya pengetahuan ibu mengenai makanan bergizi membuat mereka kurang memperhatikan kualitas makanan yang diberikan kepada balita dan anak-anak.(JP-Lee)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE