Kaldera Toba Segera Menjadi Geopark Global
Ignasius Jonan. (B1/Primus Dorimulu) |
Jambipos Online, Parapat, Simalungun - Tahun ini Kaldera Toba yang indah diharapkan menjadi geopark global UNESCO. Status ini penting untuk meningkatkan daya tarik Danau Toba sebagai destinasi baru pariwisata di luar Bali. Dari sejumlah daerah di Indonesia dengan sejarah geologi yang menawan, baru Batur dan Gunung Sewu yang masuk geopark global di bawah supervisi UNESCO.
Tahun lalu, 2017, Pemerintah Indonesia mengajukan lagi Kaldera Toba kepada UNESCO agar mendapat status geopark global. Usulan pertama diajukan tahun 2014, tetapi ditolak pada 2015.
“Mudah-mudahan tahun ini, status geopark global itu diberikan UNESCO," kata Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan saat meresmikan Pusat Informasi Geopark Nasional Kaldera Toba di Parapat, Simalungun, Sumatera Utara, Kamis (18/1/2018 ).
Kaldera Toba memiliki aneka ragam kekayaan geologi, biologi, dan budaya bernilai tinggi. Akibat letusan supervolcano, 74.000 tahun yang lalu, terbentuklah kaldera raksasa berukuran 90 km x 30 km. Di kaldera ini terdapat danau vulkanik terbesar di dunia seluas 1.130 km persegi yang dikenal sebagai Danau Toba. Dengan kedalaman hingga 500 meter, danau ini menampung 240 km kubik air hujan setiap tahun.
Dinding Toba tersusun oleh berbagai jenis batuan tua yang terdiri atas batuan sedimen berusia lebih dai 300 juta tahun. Batuan ini merupakan batuan dasar pembentuk Pulau Sumatera. Kaldera Toba merupakan yang termuda di dunia. Proses ini ditandai oleh terbentuknya Pulau Samosir di tengah Danau Toba sekitar 33.000 tahun lalu.
Kaldera Toba sudah masuk geopark nasional dan kini tengah diupayakan untuk masuk geopark global di bawah supervisi UNESCO agar bisa menarik minat wisatawan. Hingga Mei 2017, terdapat 127 geopark global UNESCO. Di Indonesia baru dua kawasan yang masuk geopark global UNESCO.
Geopark global versi UNESCO adalah manajemen kawasan geologi dengan konsep menyeluruh dan terpadu bertujuan untuk memberikan pendidikan konservasi serta pembangunan berkelanjutan.
Geopark global UNESCO menggunakan semua aspek warisan alam dan budaya di kawasan ini untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan isu utama yang dihadapi masyarakat. Isu utama itu, antara lain penggunaan sumber daya alam secara berkelanjutan, pengurangan dampak perubahan iklim, dan penurunan risiko bencana alam.
Selain Toba, Pemerintah Indonesia sedang berusaha untuk mendapatkan status geopark global bagi Rinjani, Ciletuh (Pelabuhan Ratu), dan Merangin (Jambi).
Jonan mengatakan kementerian yang dipimpinnya terlibat penuh untuk memberikan informasi penting tentang peristiwa geologi masa lalu untuk menunjang pariwisata.
Pusat Informasi Geopark Nasional Kaldera Toba dikerjakan oleh Pemerintah Provinsi Sumatera Utara, tujuh kabupaten di kawasan Danau Toba, dan Badan Geologi Kementerian ESDM. "Kementerian ESDM yang memiliki informasi dan kami mendukung penuh program ini demi kemajuan pariwisata," papar Jonan.
Danau Toba, Borobudur, dan Mandalika di NTB merupakan tiga dari 10 daerah tujuan wisata proritas yang mendapat perhatian lebih dari pemerintah pusat. Tiga daerah tujuan wisata ini dinilai lebih cepat mendatangkan wisatawan. Ditunjang Bandara Silangit, Toba akan berkembang pesat. Jarak Silangit-Toba sekitar 80 km, ditempuh dalam dua setengah jam. Setiap hari, ada penerbangan langsung Jakarta-Silangit oleh Sriwijaya, Citilink, dan Garuda.(JP)
Sumber: Beritasatu.com
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE