Jambipos Online, Merangin-Warga Desa Sungai Tebal, Kecamatan Lembah Masurai, Kabupaten Merangin, Provinsi Jambi, ramai-ramai melakukan aksi sweeping di perbatasan Sungai Tebal-Ngilu Dingin. Mereka mengecek setiap yang lewat dari jalan tersebut, dengan tujuan mencari warga Desa Renah Alai.
“Kami sekitar 150 orang," kata Zen, warga Sungai Tebal kepada wartawan, Minggu (12/11/2017). Dia mengatakan aksi ini sebagai bentuk protes mereka atas lambannya penanganan kasus yang dilaporkan warga Sungai Tebal, yakni pembakaran pondok warga.
“Ada 3 pondok tingal warga Desa Sungai Tebal di areal Desa Sungai Lalang, yang dibakar oleh massa dari Renah Alai 2 November 2017 lalu,” katanya.
Dia menyebut korban sudah melaporkan kasus pembakaran pondok tinggal itu ke Polsek Lembah Masurai pada 3 November dan ke Polres Merangin pada 6 November 2017 lalu.
“Tapi sampai sekarang belum ada tindaklanjut. Ini sudah seminggu (sejak dilaporkan), tapi belum juga terlapor diperiksa," katanya.
Selanjutnya, Kapolsek didampingi Koramil,
melakukan negosiasi untuk dibuka akses jalan tersebut. “Untuk sekarang sudah
lancar aktivitas warga. Mereka meminta kepada pemerintah untuk mengusut pembakaran
pondok,” kata Iptu Suharyoto, Minggu petang.
Tokoh pemuda
Merangin, Rahman Pamenang mengatakan, dirinya mengutuk keras tindakan
sekelompok orang membuat kegaduhan di Merangin. Bahkan dirinya mengatakan hal
itu tengah menguji mental jajaran polisi di Merangin.
“Menurut sayo
pribadi sekelompok orang tersebut sedang menguji mental Polres Merangin. Pemblokiran
jalan adalah tindakan pidana karena menggangu ketentraman umum. Menghambat
perjalanan orang lain, serta mengganggu aset negara. Ini bukan tupoksinyo
bupati ini porsi Polres Merangin, " tulisnya Rahman.
Dari informasi
yang beredar, sekelompok mengatas nama Serikat Petani Indonesia (SPI), blokir
jalan Jangkat-Bangko. Penutupan itu dikabarkan dipicu pembakaran pondok milik
warga setempat dikawasan lahan TNKS belum lama ini.
Kapolsek
Lembah Masurai, Iptu Suharyoto saat dikonfirmasi wartawan terkait adanya
sweeping yang dilakukan warga Sungai Tebal, Kecamatan Lembah Masurai terhadap
warga Renah Alai, Kecamatan Jangkat mengatakan, yang menutup jalan bukan warga
Sungai Tebal, tapi kelompok Serikat Petani Indonesia (SPI).
“Bukan
Sweeping tapi nutup jalan oleh SPI yang ketuanya Azhari," kata Iptu
Suharyoto. Katanya dampak dari penutupan jalan tersebut aktivitas masyarakat
setempat terganggu. Bahkan antrean kendaraan terjadi sangat panjang.
Tolak Buka Jalan
Seperti diberitakan sebelumnya, guna mengantisipasi meluasnya gesekan antara warga di Sungai Tebal, Kecamatan Lembah Masurai, Bupati Merangin Al Haris telah meninjau lokasi konflik tersebut. Alharis mengaku belum mengetahui soal adanya pondok-pondok petani yang dibakar. Namun menyikapi hal itu dirinya akan meninjau ke desa.
Peristiwa itu bermula akibat pembakaran sekitar tiga buah pondok di Desa Sungai Lalang, Kecamatan Lembah Masurai, dibakar oleh ratusan warga tidak dikenal. Ketiga keluarga petani yang menjadi korban berasal dari Dusun Sungai Tebal. "Mereka diminta mengeluarkan isi pondok kemudian pondoknya dibakar habis" kata Sawal, warga setempat.
“Kami sangat menyayangkan sekaligus bertanya-tanya kenapa hal ini terkesan dibiarkan begitu saja? Apabila aparat tidak mampu mengusut pelakunya maka jangan salahkan kami yang akan mengambil sikap. “Sebab ini sudah sangat keterlaluan,” katanya.
Hutan Adat
Pembukaan jalan baru di Desa Pulau Tengah, Kecamatan Jangkat, Kabupaten Merangin Kamis (2/11/2017) lalu ditolak warga. Alat berat yang sedang bekerjapun langsung dihentikan paksa oleh warga setempat.
Warga menolak karena hutan adat tersebut adalah sumber air bagi warga sekitar. Jika hutan itu dibuka jalan maka kelestariannya terancam. Pembukaan jalan akan dibarengi pembukaan hutan yang nilai nantinya sulit terkendali.
Pembakaran Pondok di Desa Sungai Tebal, Kecamatan Lembah Masurai, Merangin Jumat 3 Nop 2017.Dok Jampos
|
Menurut, Amin, salah satu masyarakat Pulau Tengah, jalan yang sudah dibuka sudah mencapai 340 meter. “Kami akan terus menolaknya karena hutan adat ini baru saja disahkan oleh Presiden Joko Widodo pekan lalu," kata Amin.
Sebenarnya, kata Amin, penolakan warga secara resmi telah disampaikan kepada Bupati Merangin, Alharis sejak sebulan lalu. “Jadi jangan salahkan kami jika kami menghentikan paksa di lapangan," ujarnya dengan nada tinggi.
Informasi yang didapat proyek jalan tersebut dianggarkan Rp 994 bersumber APBD Merangin 2017. Nama proyeknya adalah pembukaan jalan Lubuk Pungguk-Koto Rawa yang dikerjakan CV Paye More Rawang.
Ironisnya proyek jalan tersebut dibangun di dalam hutan adat Depati Gento Rajo yang berada di Desa Pulau Tengah seluas 520 hektar. Padahal, SK penetapan hutan adat tersebut baru saja diserahkan Presiden Joko Widodo di Istana Negara kepada Kepala Desa Pulau Tengah, pada Jumat (27/10/2017) lalu. (JP-04)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE