Jambipos Online, Jambi-Perumahan Namura, Desa Pematang Gajah, Kecamatan Jambi Luar Kota, Kabupaten Muarojambi merupakan perumahan yang selalu langganan banjir saat musim hujan tiba. Perum namura ini dinilai gagal dalam penataan tata ruang. Sehingga setiap musim hujan tiba, sedikitnya 135 rumah warga terendam banjir.
Banjir yang menggenangi ratusan rumah warga di Perumahan Namura Indah meliputi empat RT, yakni RT 08, RT 09, RT 10 dan RT 11. Banjir disebabkan hujan deras sejak Minggu dan Senin (20/11/2017) dini hari.
Kasi Logistik dan Kedaruratan BPBD Muarojambi, Amril mengatakan saat ini pihaknya masih melakukan pendataan di lokasi, dan melakukan koordinasi dengan BPBP Provinsi Jambi untuk menindak lanjuti bencana banjir yang melanda Perumahan Namura Indah.
“Kita juga telah meminta bantuan Polsek Jaluko untuk pengamanan dan Koramil Pijoan untuk membantu korban yang membutuhkan evakuasi. Sejumlah bantuan logistik untuk warga Namura Indah juga telah berdatangan. Ada bantuan dari Polsek Jaluko sebanyak 80 kg beras dan 2 dus mi instan, dari BPBD Muarojambi berupa uang tunai, serta dari Koramil Pijoan berupa 4 dus mie instan dan telur 13 piring,” katanya.
Sementara sekitar 250 rumah atau hampir separuh dari total 600 rumah di Perumahan Namura Indah III terendam banjir sejak jam 01.00, Minggu (19/11/2017) dinihari. Banjir juga dating pada Senin dini har.
Thomas P Sirait (76), warga yang tinggal di RT 09 Perumahan Namura Indah III kepada wartawan mengatakan, bahwa air ke rumahnya mulai masuk Minggu sekitar jam 02.00. Puncaknya sejam kemudian, air menggenangi rumah sudah mencapai 50 hingga 60 cm.
“Air di rumah saya baru surut sekitar jam 9 pagi. Namun di jalan di depan rumah baru sore hari surut. Rumah-rumah warga lainnya masih banyak yang lebih parah lagi. Baru sore ini, air yang menggenangi rumah mereka mulai surut," kata Sirait Minggu (19/11/2017) sore.
Perumahan Namura Indah III berada di dua wilayah yakni Kabupaten Muarojambi dan Kota Jambi. Sirait tinggal di Blok I No. 120 persis di pinggir anak sungai. Ia mulai bermukim di sana sejak Desember 2007 silam.
Menurut Sirait yang juga dikenal sebagai wartawan senior di Jambi ini dalam tahun ini sudah 3 kali rumahnya kebanjiran. Pertama Mei 2017, kedua 18 Juni dan puncaknya kali ini.
Banjir, menurut Sirait, mulai terjadi sejak tahun 2010. Setahun setelah proyek drainase yang didanai oleh APBD Provinsi Jambi yang menelan dana sekitar Rp 3,5 miliar.
Tadinya, anak sungai lebarnya 6 meter. Namun proyek drainase itu justru memperkecil anak sungai. Proyek drainase hanya dibangun selebar 1,5 meter. Kondisi ini semakin diperburuk dengan warga yang tinggal di pinggir anak sungai. Mereka bukan hanya mengambil sempadan anak sungai untuk melebarkan bangunan rumahnya bahkan ada yang mengambil badan anak sungai itu sendiri.
Menurut, Sirait pagi tadi beberapa pejabat penting di Muarojambi datang. Mereka adalah Kepala Dinas PU Muarojambi, Kepala Desa Pematang Gajah, Kapolsek Jambi Luar Kota, dan Camat Jambi Luar Kota.
"Mereka membahas bagaimana penanganan lebih lanjut agar banjir berkurang," kata Sirait. Ia berharap pemerintah benar-benar serius menangani masalah ini agar intensitas banjir dapat berkurang di masa mendatang.
Terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Jambi, Bachyuni Deliansyah, SH MH mengatakan, tingginya intensitas hujan di Kota Jambi belum mempengaruhi ketinggian debit air Sungai Batanghari. Status siaga Sungai Batanghari ada beberapa tingkatan yaitu siaga I sampai dengan III. Siaga I jika debit sungai sudah mencapai 14.85 meter, Siaga II jika mencapai 14.37 meter, dan siaga III jika air mencapai 13.87 meter.
“Walaupun curah hujan mulai tinggi namun debit air Sungai Batanghari masih relatif aman sebab tinggi air belum siaga III. Kami tetap berkoordinasi dengan BMKG. Catatan BMKG, hingga 6 Desember 2017 nanti cuaca diprediksi masih normal,” katanya.(JP-04)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE