Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi mengakibatkan tujuh desa di Kecamatan Depati Tujuh Kerinci, Senin (26/6/2017) lalu terendam banjir. Dok Jampos |
Jambipos Online, Kerinci-Sedikitnya 285 kepala keluarga (KK) atau 855 jiwa warga lima desa di Kecamatan Depati Tujuh, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi hingga Senin (18/9/2017) masih mengungsi menyusul banjir yang melanda desa mereka.
Para pengungsi ditampung di rumah warga di desa lain, di masjid, dan di tenda darurat. Sedangkan siswa sekolah dasar (SD) di lima desa tersebut juga terpaksa diliburkan karena gedung sekolah dan jalan menuju sekolah mereka terendam banjir.
Kepala Bidang (Kabid) Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kerinci, Asril yang dihubungi di Kerinci, pagi menjelaskan, pihaknya sudah mengirimkan bantuan kepada para korban banjir di lima desa tersebut. Baik itu bantuan beras, makanan siap saji, ikan kaleng, air bersih, dan obat-obatan.
“Tenaga kesehatan dan anggota BPBD juga kami siagakan di lokasi pengungsian. Pantauan hingga Sabtu pagi tidak ada pengungsi yang jatuh sakit. Korban banjir masih banyak yang bertahan di pengungsian karena rumah mereka masih terendam banjir dan berlumpur,”katanya.
Dijelaskan, banjir yang melanda lima desa di Kecamatan Depati Tujuh, Kerinci disebabkan meluapnya Sungai Batangmerao sejak Jumat (15/9) pagi. Luapan sungai tersebut terjadi menyusul hujan lebat yang melanda daerah itu sejak Kamis (14/9) malam hingga Jumat subuh.
“Luapan Sungai Batangmerao menyebabkan sekitar 300 meter tanggul penahan sungai di Desa Lubuk Suli jebol. Akibatnya luapan banjir menerjang lima desa di sekitarnya,” paparnya.
Desa yang dilanda banjir tersebut, lanjutnya, Desa Lubuk Suli, Ladeh, Koto Lanang, Kubang, Kayo Aho Mangkak dan Simpang Belui. Rumah warga yang paling banyak terendam terdapat di Desa Ladeh, yakni sebanyak 85 unit dan Desa Lubuk Suli sebanyak 80 unit rumah. Sedangkan rumah warga yang terendam banjir di tiga desa lainnya antara 40-50 unit.
“Banjir menyebabkan gedung sekolah dasar juga terendam, sehingga siswa diliburkan. Ternak ayam warga juga banyak yang hanyut dan terendam banjir. Namun tidak ada korban jiwa akibat banjir tersebut,”katanya.
Sementara itu, Bupati Kerinci, Adi Rozal ketika meninjau banjir di Desa Lubuk Suli, Jumat (15/9) sore mengatakan, lima desa yang berada di sekitar daerah aliran sungai (DAS) Batangmerao, Kerinci termasuk daerah rawan banjir.
Hampir setiap musim hujan, desa-desa di kawasan DAS Batangmerao dilanda banjir akibat luapan sungai. Namun banjir biasanya hanya terjadi sebentar dan tidak sampai menyebabkan warga mengungsi.
“Namun banjir kali ini tergolong parah karena tanggul sungai jebol akibat luapan sungai. Kami akan segera membangun tanggul sungai yang jebol ini agar banjir susulan tidak terjadi. Dana yang dibutuhkan membangun kembali tanggul Sungai Batangmerao yang jebol ini mencapai Rp 300 juta,” katanya.
Mengenai korban banjir yang mengungsi, Adi Rozal mengatakan, kebutuhan makanan, air bersih dan obat-obatan di lokasi pengungsian tetap dipantau agar tidak ada pengungsi yang kekurangan makanan, minuman, dan obat-obatan. Tenaga kesehatan juga disiagakan di lokasi pengungsian.
Sementara itu menurut catatan Suara Pembaruan, desa-desa di sepanjang Sungai Batangmerao, Kerinci menjadi langganan banjir setiap musim hujan. Hal tersebut disebabkan pendangkalan Sungai Batangmerao dan kurang kokohnya tanggul penahan sungai. Sebagian tanggul penahan sungai yang membelah wilayah Kerinci itu terbuat dari karung berisi pasir, sehingga mudah jebol.
Banjir terakhir melanda desa-desa di kawasan DAS Batangmerao pada perayaan Idul Fitri 1438 Hijriah, 25-26 Juni 2017). Ketika itu 11 desa di Kecamatan Depati Tujuh dan Kecamatan Air Hangat terendam banjir. Banjir waktu itu menyebabkan sekitar 300 KK mengungsi. (JP-SP)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE