Kanal di lahan gambut di Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Dok Jampos. |
Jambipos Online, Jakarta-Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jambi menandatangani MOU bersama Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia (BRG RI) guna melestarikan ekosistem Lahan Gambut yang ada di wilayah Provinsi Jambi.
Provinsi Jambi merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang memiliki ekosistem hutan/lahan gambut yang cukup luas, Gubernur Jambi Zumi Zola berkomitmen untuk melestarikan Ekosistem Lahan Gambut yang ada di Provinsi Jambi.
Komitmennya Gubernur Jambi untuk melestarikan ekosistem Lahan Gambut yang ada di Provinsi Jambi, salah satunya dengan menandatangani MOU bersama Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia (BRG RI).
Acara Penandatangan MOU kerjasama antara Pemerintah Provinsi Jambi dengan Badan Restorasi Gambut Republik Indonesia (BRG RI) dilaksanakan Senin (28/8/2017), bertempat di The Galery, Hotel Pullman Jakarta Indonesia Thamrin CBD lantai 2 Jalan M H Thamrin Kav. 59, Jakarta Pusat.
Acara ini dihadiri langsung oleh Gubernur Jambi Zumi Zola, Kepala BRG Ir Nazir Foead, M Sc, Dirjen Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, KLHK, Serta di hadiri oleh Fitrian Ardiansyah selaku Direktur IDH Indonesia.
Terdeteksi 150 Hotspot
Sementara Kasus Kebakaran Lahan dan Hutan (Karhutla) selama tahun 2017 dari bulan Januari hingga Agustus, berdasarkan data Badan Meterologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Stasiun Sultan Thaha mencapai 150 titik, yang tersebar di Provinsi Jambi.
Kepala BMKG Stasiun Sultan Thaha Jambi Nurangesti melalui Kepala Seksi (Kasi) Data dan Informasi (Datin) BMKG Jambi Kurnianingsih mengatakan kondisi musim kemarau di Indonesia masih dalam kondisi normal pada periode Juli-Desember 2017.
Namun, Curah Hujan dibeberapa daerah terus bertambah sehingga menyebabkan turunnya potensi Karhutla di berbagai wilayah di Jambi.
Seperti yang terjadi hari ini, Sabtu (26/8/2017) di Kuala Tungkal, Kabupaten Tanjung Jabung Barat (Tanjabbar) hujan deras tengah mengguyur dari pukul 13:00 WIB.
Kurnianingsih menerangkan, hingga saat ini dilaporkan dari bulan Januari terdapat 11 Hotspot, pada Februari Nihil, Maret 10 Hotspot, April ada 5 titik Hotspot, Mei 18 titik Hotspot, Juni terdeteksi 40 dan Juli menurun menjadi 37 titik Hotspot, hingga pada Bulan Agustus sampai dengan tanggal 24 ada 29 titik Hotspot.
Jadi Total dari Januari sampai dengan 24 Agustus 2017 sebanyak 150 Hotspot, sampai saat ini dari bulan Juli hingga Agustus terjadi penurunan. Meskipun demikian, Kurnianingsih menghimbau agar masyarakat selalu waspada dan menghindari tindakan yang dapat menimbulkan Karhutla.
Untuk diketahui data penanggulangan Karhutla sampai Juli 2017 terjadi penurunan baik jumlah Hotspot, areal kebakaran dan perkara yang ditangani baik pelaku perorangan maupun korporasi. Penurunan Hotspot dari 2016 hingga Juli 2017 sebesar 18.69 persen atau 3.183 titik. Tahun 2016 hotspot terdapat 3.915 titik dan pada Juli 2017 menjadi 732 titik. (JP-03)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE