Angkot Sepi Peminat , Harus Ada Inovasi!
ILUSTRASI-ANGKOT JAMBI DAN HALTE |
Oleh: Miko Ramadani
Jambipos Online, Jambi-Pagi itu sekelompok keluarga tampak menunggu di pintu gapura Lorong Bersama, di Jalan Sumatera Kelurahan Kebun Handil, Kecamatan Jelutung Kota Jambi. Saat itu seorang pria dari keluarga itu tampak memegang telepon gengam jenis Adroid sembari melihat ke jalan.
Seketika itu juga muncul sebuah mobil sedan putih berplat nomor polisi hitam, layaknya mobil pribadi.
Ternyata kelompok keluarga yang terdiri dari tujuh orang itu tengah menunggu angkutan “Gocar” yang sudah dipesal lewat aplikasi Adriod.
Tujuan mereka memesan “Gocar” ini tak jauh pula, hanya untuk menuju Tanggo Rajo, Depan Rumah Dinas Gubernur Jambi yang tengah berlangsung Karnaval Mobil Hias HUT RI Ke 72, Sabtu (19/8/2017).
Padahal jalur yang tempat sekeluarga menunggu “Gocar” itu merupakan jalur angkutan kota Perumnas Kotabaru-Pasar Jambi.
Namun keluarga ini lebih memilih “Gocar” dibandingkan angkot dijalur itu.
Angkutan berbasis aplikasi ini sudah mulai akrab ditengah masyarakat Kota Jambi. Selain “Gocar” ada juga “Gojek” yang tak kalah ramainya menghiasi persaingan transportasi di Kota Jambi. Kini transportasi berbasis aplikasi sudah lebih tren ditengah masyarakat.
Selain kenyamanan penumpang dan ongkos terjangkau, angkutan berbasis aplikasi ini juga mudah dipesan dimana saja, hanya dengan telepon adroid. Berkembangknya transportasi berbasis aplikasi ini, telah meredupkan transportasi konfensional seperti angkutan kota dan taksi.
Harus Ada Inovasi!
Berdasarkan data dari Ketua Organda Provinsi Jambi Syafriadi, bahwasanya jumlah angkot semakin tahun menurun. Terakhir jumlah angkot sekitar 300 unit, sebelumnya berjumlah 1.036 unit.
Hal ini disebabkan karena rendahnya antusias masyarakat untuk menggunakan jasa kendaraan umum ini.
Ada beberapa hal yang menjadi alasan rendah nya minat masyarakat untuk menggunakan jasa angkot ini.
Pertama: usia dari kendaraan tersebut sudah tua, rata rata lebih dari 10 tahun, sehingga masyarakat kurang merasa nyaman untuk menggunakan jasa angkutan kota tersebut.
Kedua: masyarakat lebih memilih jasa ojek terutama ojek online (Gojek), karena untuk menggunakan jasa tersebut relitif lebih mudah.
Ketiga: hilangnya minat masyarakat untuk menggunakan kendaraan umum, karena supir angkot yang ugal-ugalan, seperti menyalip sambil ngebut, melanggar lampu lalu lintas, menurunkan orang ditengah jalan bahkan penumpang melampaui jumlah kapasitas angkot.
Berdasarkan data diatas perlu ada inovasi.
Saran dari penulis harus ada dukungan dari Pemerintah Kota Jambi agar kendaraan umum ramai peminat.
Pertama pemerintah memberikan pemberdayaan dan bantuan kepada supir angkutan umum seperti, diklat untuk supir dan memberikan bantuan angkot.
Kedua agar terjadi persaingan sempurna pada supir angkot agar pemerataan pendapatan, maka perlakukan penyamaan warna pada angkot.
Sehingga dimana tempat yang ramai penumpang, maka angkot bebas leluasa berpindah tempat sesuai dengan banyak nya demand terhadap angkot.
Dalam waktu dekat, Pemkot Jambi juga akan membangun sejumlah halte di jalur angkot di jalan-jalan protocol dan pintu permukiman warga. Hal ini seharusnya sejalan dengan pembinaan angkutan kota sehingga pembangunan halte ini tak sia-sia dikemudian hari. Semoga. (Penulis Adalah Mahasiswa FEB Universitas Jambi (UNJA).
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE