Jambipos Online, Jambi-Aktivis Jambi kembali berduka disaat menjalankan Bulan Suci Ramadhan Ini. Seorang Aktivis Walhi Jambi Arief Munandar berpulang. Kabar meninggalnya Arif Munandar menghiasi sosial media para aktivis Jambi seperti Musri Nauli, Willy Azan, Rabu (7/6/2017). Pada 24 Maret 2017 lalu, seorang Aktivis Jambi Herry Simanjuntak juga menghadap Sang Pencipta.
Berikut kabar duka cita sekaligus mengenang Arif Munandar dituliskan akun Willy Azan 22 menit lalu.(Baca: Herry Simanjuntak Berpulang)
“Abang kemano bae waktu aku ditangkap dan dibawa ke Mapolda..? Kawan-kawan yang lain kemanoo. Ngapo dak ado yang nampak. Aku kecewa...KECEWA NIAN...!"
Begitulah bentak sekaligus tanya kawan ini yang masih tergiang karena kejadiannya memang sudah lama. Aku yang baru keluar dari lapangan tentu saja terheran-heran, ada apa dengannya- kok tiba-tiba menyembur begitu rupa..?
Pengantar tak ada, boro-boro bercerita, tapi setelah turun kopi situasinya agak mereda. Rupanya dia sempat diamankan dan dibawa ke Mapolda saat melakukan investigasi reporting tehada aktifitas HTI di Tanjab Barat.
Dia bersama jurnalis LN yang kalo aku tak salah berasal dari Perancis untuk liputan dugaan kejahatan lingkungan yang berlangsung di kala itu. Dia sebaga Walhi Jambi.
Sebelum itu kami sempat kerja bareng dengan PBHI Sumbar, PPJ, KMB, Tetua adat OR di Bukit12 - dalam rangka mengadvokasi hak masyarakat adat di wilayah tersebut yang mana hasilnya melahirkan laporan resmi negara untuk pemangku kebijakan di Jakarta, di Jambi, kabupaten dan untuk pihak swasta.
Diluar itu masih banyak kegiatan-kegiatan bersama yang kini berbuah menjadi kenangan. Ya, tinggal kenangan.
Ah... Setelah Herry Simanjuntak sekarang kau pula yang di panggil Tuhan Arif Munandar.
Selamat jalanlah - selamat menikmati keabadian yang mana kami pasti akan menyusul. Ab adolah di Jambi.
Sementara Musri Nauli menuliskan seruan undangan acara Pembacaan Yasin & Do'a Bersama untuk Almarhum kawan seperjuangan kita Arif Munandar," tulis Willy.
Seruan undangan untuk kawan-kawan semua untuk menghadiri acara Buka Bersama sekaligus Pembacaan Yasin & Do'a Bersama untuk Almarhum kawan seperjuangan kita Arif Munandar.
Hari : Jum'at, 09 Juni 2017, Pukul : 16.30 WIB – selesai, Tempat : Kantor WALHI Jambi, Jl. Titiran RT.27 No.38 Kelurahan Lebak Bandung Kecamatan Jelutung Kota Jambi.
“Mendapatkan kabar menjelang sahur, kususun rencana kesana. Namun badan ternyata tidak mampu kesana. Maafkan aku, lur.. aku sering bertengkar hebat. Semoga Laili Khairnur tabah menjalani,” tulis Musri Nauli. (JP-Lee)
***
UNTOLD STORY – Aktivis Jalanan
Bang, Aku Mawardi. Teman Arif.
Arif Meninggal setengah jam yang lalu
03.15 – 7 Mei 2017
Suara hening menjelang sahur membuyarkan rasa kantuk saat menerima telephone. Sejenak aku terpaku. Darah tersirap. Lutut rasa lunglai. Entah mengapa ada rasa airmata mengalir tidak terasa.
Kabar duka yang kuterima dinihari kemudian membuat aku terpana. Aku memerlukan waktu sejenak untuk menarik nafas dan kemudian mengabarkan teman-teman.
Pertama sekali yang terbayang ketika menjelang bulan Puasa, Arif Munandar datang ke Jambi setelah dari Bangko menyelesaikan tugas “pemantauan” dengan Bucek (Ketua Dewan Daerah Walhi Jambi 2011 – 2016). Masih terngiang ketika dia mempresentasikan hasil menakjubkan dari lapangan.
Kedatangankupun tidak sengaja mampir ke Walhi Jambi. Setelah mengikuti prosesi Pengambilan Sumpah sebagai anggota kehormatan DPC Peradi Jambi, aku mampir ke Walhi Jambi. Aku sengaja memilih menunggu putraku yang mengikuti perpisahan SD. Tugas rutin antar jemput putraku sekolah.
Disana aku lihat Arif mempresentasikan hasil dari lapangan. Disana mereka diskusi cukup serius dengan Rudiansyah (Direktur Walhi Jambi).
Diskusipun mengalir. Sebagai orang yang suka “memprovokasi”, aku sering mengajak berdebat terhadap penggunaan drone yang dipromosikan Arif. Diskusipun sepakat dilanjutkan untuk menemui teman-teman yang di lapangan terutama sekalian silaturahmi ke rumah Dudung (dudung biasa dipanggil yang menjadi anggota Dewan Daerah Walhi Jambi 2011 – 2016).
Sore hari, Arif kemudian menjemput saya di LBH Lingkungan dan kami kemudian bersama-sama ke rumah Dudung. Seingat saya hingga pukul 01.00 wib malam.
Setelah dari rumah Dudung, kamipun mampir di rumah makan “Dua Saudara” depan kedaung hingga pukul 04.00. Saya kemudian diberitahu keesokan harinya Arif kemudian pulang ke Pontianak.
“Kegigihan” Arif mempresentasikan Drone didalam melakukan investigasi dan data sebagai pembuatan peta merupakan “ciri khas” dari Arif. Sebagai orang yang gigih memperjuangkan gagasan, cara ini sudah lama kukenal sejak tahun 2005. Di masa periode ke Feri Irawan (Direktur Walhi Jambi 2000 – 2008), Arif mempunyai stamina panjang terhadap gagasan.
Ingatan kemudian terbayang tahun 2005. Sebagai “penggemar” komputer, Arif-lah yang mengajarkan saya tentang editing Film. Dengan menggunakan computer jangkrik, 3 bulan kemudian saya diajarkan tentang editing Film. Pengetahuan dasar yang justru kemudian tidak saya kembangkan lagi.
Memasuki paruh 2006, Arif kemudian memimpin demonstrasi Walhi Jambi menggelar protes kedatangan Menteri Lingkungan ASEAN di depan Novotel. Sejarah memimpin demonstrasi menjadi pintu masuk karir panjang sebagai aktivis yang kemudian memilih jalanan.
Namanya kemudian melambung ketika melakukan demonstrasi di forum internasional COP Bali 2007. Sebuah prestasi yang kemudian mengantarkan kemudian menjadi pimpinan rombongan utusan Walhi Jambi di forum Kongres Rakyat Indonesia dan kemudian menjadi Ketua panitia Kongres Rakyat Jambi.
Sehingga tidak salah kemudian Arif menjadi pemenang mutlak di PDLH Walhi Jambi tahun 2008. Saya kemudian menjadi Ketua Dewan Daerah hingga tahun 2011. Waktu itu periode kepengurusan dalam rentang waktu 3 tahun.
Memasuki PNLH 2008 di Yogyakarta, kepiawaian Arif teruji. Dengan hanya anggota 4 suara, Arif menjadi tim sukses Berry Nahdian Furqon dan melaksanakan mandate PDLH Walhi Jambi 2008 dengna mengantarkan Feri Irawan sebagai anggota Dewan Nasional. Komponen struktur Walhi yang cukup dihormati (semacam legislative di Walhi). Kepiawaian Arif kemudian membuat Arif diperhitungkan di kancah nasional.
Memasuki tahun 2009, Arif menjadi “leader” kampanye melawan raksasa pulp and paper. Sinarmas. Bersama-sama dengan Greenpeace yang dipimpin Nurhidayati (sekarang Direktur Walhi), suara Arif menggelar dan menusuk perlawanan.
Dalam forum-forum Walhi, peran politik Arif diperhitungkan. Sikap tanpa kompromi dengan Sinarmas membuat “denyut nadi” sering berpacu.
Sebagai Ketua Dewan Daerah, kesulitan mengikuti langkah Arif cukup menyita energy. Langkah zigzag dan cenderung tanpa analisis mendalam membuat, saya harus memperbaiki didalam mendesain advokasi berhadapan dengan agenda advokasi.
Belum lagi pasukan di internal Walhi Jambi yang sering “keteter” mengikuti langkahnya yang cenderung frontal dan tidak sistematis. Cara ini kemudian sering harus diselesaikan didalam “forum terbatas” untuk mengatur stamina Arif yang cenderung “keras” dan tidak kenal kompromi.
Namun sebagai organisasi advokasi, berbagai langkah yang diambil Arif kemudian dikuat ditataran aplikasi. Dan tugas itu kemudian banyak didiskusikan diinternal Walhi Jambi dengan Dewan daerah.
Setelah “berhasil” mengusir PT. DAM (anak group Sinarmas), konsep Hutan Desa kemudian menguat. Walhi Jambi bersama-sama dengan KKI-Warsi, Pundi Sumatera dan LTB kemudian membangun “Poros Masyarakat Kabupaten Merangin (PMKM)’. Dengan konsep hutan Desa, PMKM kemudian mengusulkan hutan Desa seluas 49.501 hektar di 17 Desa.
Wacana hutan Desa “memantik” diskusi panjang di kalangan nasional. Walhi Jambi kemudian “dituduh” menjadi agen konsep Negara. Tuduhan yang menyakitkan dan harus diklarifikasi didalam forum-forum resmi.
Pertimbangan politik mengusulkan hutan Desa adalah konsep pragmatis disaat Negara belum menyediakan peraturan tentang Hutan Adat. Sebuah konsep yang digagas berbagai kalangan nasional.
Keputusan Walhi Jambi mengusung Hutan Desa adalah keputusan politik. Dan tugas ini kemudian banyak dijalani oleh Bucek, Edi Endra, Tono dan Rudiansyah di lapangan. Sedangkan saya kemudian memberikan analisis dan desaian advokasi sehingga tidak bertabrakan dengan statute dan nilai-nilai Walhi. Sebuah pekerjaan besar yang kemudian mengambil porsi advokasi yang menyita energy.
Dalam kesempatan terpisah, saya kemudian memberikan dukungan kepada Arif. “Kerjakan tugasmu dengan tulus. Waktu kemudian yang menjawab. Apakah pilihan kita yang salah atau benar. Berjaringan itu perlu. Namun perbanyak pekerjaan di lapangan”. Sebuah dukungan yang kemudian dibuktikan Arif.
Memasuki tahun 2010, sebuah peristiwa penting terjadi. Penangkapan 2 orang Staf Walhi Bengkulu memantik dukungan dari Arif. Arif kemudian mengorganisir perangkat Walhi Jambi dan kemudian “menugaskan” saya untuk mendampingi teman-teman Walhi Bengkulu.
Kami kemudian berangkat ke Bengkulu dan dukungan ini kemudian membuktikan “siapa sebenarnya Arif”. Tidak rela teman menderita apalagi masyarakat yang teraniaya. Sebuah keteladanan yang saya teruskan ketika dilakukan penangkapan terhadap Anwar Sadat (Direktur Walhi Sumsel tahun 2013).
Begitu juga terhadap penangkapan 4 orang masyarakat Desa Simpang Rantau Gedang, Juraid di Sinar Wajo, penangkapan petani di Dusun Danau Lamo dan berbagai peristiwa lainnya. Sikap “keras” advokasi kemudian “luluh” ketika petani ditangkap.
Sikap keteladanan ini kemudian selama periode kepengurusan Arif, praktis diskusi kami lebih banyak membicarakan kasus masyarakat dibandingkan membicarakan keorganisasian Walhi.
Saya kemudian menjadi “sadar” memiliki Direktur dengan kapasitas Arif membuat degup jantung terpacu. Belum lagi “keteteran” harus mengikuti langkah Arif yang terkenal keras dan tidak kompromi.
Perjalanan panjang sejak tahun 2005 membuat saya kemudian mengenal Arif sebagai tipikal aktivis jalanan. Arif bukanlah lahir dari Rahim organisasi kepemudaan. Arif juga tidak dilahirkan dari organisasi gerakan.
Namun dengan bersentuhan langsung kasus-kasus rakyat membuat bacaan tentang gerakan kemudian mudah dipatahkan dengan fakta-fakta di lapangan.
Perdebatan panjang didalam melihat persoalan kemudian “mematangkan” arif untuk mematangkan gagasan. Arif kemudian cepat belajar dari masyarakat dan interaksi dengan nasional kemudian menempatkan.
Arif mendapatkan asupan berbagai informasi dan strategi advokasi yang “kukuh” mempertahankan pendapatnya. Cara ini kemudian effektif sehingga Walhi Jambi cukup memainkan peran-peran politis. Baik di kalangan Walhi maupun jaringan internasional.
Saya kemudian mendapatkan informasi terpisah. Jaringan nasional maupun jaringan internasional yang dibangun Arif kemudian menempatkan. Arif orang baik. Sehingga orang tidak mau kemudian memberikan informasi yang tidak mendukung Arif.
Dengan gaya meledak-ledak, membungkam lawan ditambah dengan pengetahuan dari lapangan membuat Arif menjadi “rising star’. Arif kemudian mampu menjadi bagian dari desain advokasi. Arif menjadi warna didalam melihat advokasi.
Di kalangan pergaulan, ucapan “lur” berasal dari kata “dulur” atau sahabat begitu menggema. Ucapan itu kemudian menjadi trade mark didalam masa perjalanan politik di Walhi. Hingga sekarang, ucapan “lur” adalah generasi didalam lintasan sejarah politik Arif. Ucapan ini kemudian bergeser menjadi panggilan “Ketua’ setelah periode politik Arif. Saya kemudian mudah tracking terhadap panggilan “lur’.
Memasuki periode ke 2, Arif kemudian menang dan menjadi Direktur Walhi Jambi. Namun dengan alasan “keluarga”, Arif kemudian memilih untuk menetap di Pontianak. Sebuah alasan yang tidak dihindarkan dan manusiawi.
Sehingga ketika dilakukan PDLH-LB Walhi Jambi kemudian “menugaskan” saya untuk menggantikannya. Praktis selama 4 tahun saya memimpin, jaringan yang sudah dibangun kemudian dilanjutkan. Tidak ada yang istimewa dibandingkan pondasi yang telah diletakkan Arif.
Saya kemudian mengetahui Arif “mempromosikan” drone sebagai alat advokasi dan investigasi di abad modern. Dalam berbagai forum, gagasan menggunakan drone membuat Arif membuat jalan baru (roadmap). Sebuah jalan yang kemudian terbukti menjadi bagian dari berbagai program yang kemudian effektif membongkar kejahatan korporasi dan praktis didalam investigasi.
Kedatangan ke Jambi menjelang bulan Ramadhan adalah bagian dari rencana dan gagasan besar yang terus dikerjakan dengan tekun. Berbagai rencana kemudian disusun dan menjadi pekerjaan besar yang akan dilakukan.
Namun belum diwujudkan berbagai gagasan, suara telephone dipagi hari membuyarkan impian. Saya kemudian tersentak dan terbangun. Orang baik, gagasan besar terlalu cepat meninggalkan kenangan.
Saya kemudian teringat kisah Soe Hock Gie. Tokoh yang dikagumi Arif. Orang Muda terlalu cepat pergi.
Selamat jalan, lur. Cita-cita besarmu akan diteruskan oleh orang-orang yang mengenalmu.(Musri Nauli)
***
UNTOLD STORY – Aktivis Jalanan
Bang, Aku Mawardi. Teman Arif.
Arif Meninggal setengah jam yang lalu
03.15 – 7 Mei 2017
Suara hening menjelang sahur membuyarkan rasa kantuk saat menerima telephone. Sejenak aku terpaku. Darah tersirap. Lutut rasa lunglai. Entah mengapa ada rasa airmata mengalir tidak terasa.
Kabar duka yang kuterima dinihari kemudian membuat aku terpana. Aku memerlukan waktu sejenak untuk menarik nafas dan kemudian mengabarkan teman-teman.
Pertama sekali yang terbayang ketika menjelang bulan Puasa, Arif Munandar datang ke Jambi setelah dari Bangko menyelesaikan tugas “pemantauan” dengan Bucek (Ketua Dewan Daerah Walhi Jambi 2011 – 2016). Masih terngiang ketika dia mempresentasikan hasil menakjubkan dari lapangan.
Kedatangankupun tidak sengaja mampir ke Walhi Jambi. Setelah mengikuti prosesi Pengambilan Sumpah sebagai anggota kehormatan DPC Peradi Jambi, aku mampir ke Walhi Jambi. Aku sengaja memilih menunggu putraku yang mengikuti perpisahan SD. Tugas rutin antar jemput putraku sekolah.
Disana aku lihat Arif mempresentasikan hasil dari lapangan. Disana mereka diskusi cukup serius dengan Rudiansyah (Direktur Walhi Jambi).
Diskusipun mengalir. Sebagai orang yang suka “memprovokasi”, aku sering mengajak berdebat terhadap penggunaan drone yang dipromosikan Arif. Diskusipun sepakat dilanjutkan untuk menemui teman-teman yang di lapangan terutama sekalian silaturahmi ke rumah Dudung (dudung biasa dipanggil yang menjadi anggota Dewan Daerah Walhi Jambi 2011 – 2016).
Sore hari, Arif kemudian menjemput saya di LBH Lingkungan dan kami kemudian bersama-sama ke rumah Dudung. Seingat saya hingga pukul 01.00 wib malam.
Setelah dari rumah Dudung, kamipun mampir di rumah makan “Dua Saudara” depan kedaung hingga pukul 04.00. Saya kemudian diberitahu keesokan harinya Arif kemudian pulang ke Pontianak.
“Kegigihan” Arif mempresentasikan Drone didalam melakukan investigasi dan data sebagai pembuatan peta merupakan “ciri khas” dari Arif. Sebagai orang yang gigih memperjuangkan gagasan, cara ini sudah lama kukenal sejak tahun 2005. Di masa periode ke Feri Irawan (Direktur Walhi Jambi 2000 – 2008), Arif mempunyai stamina panjang terhadap gagasan.
Ingatan kemudian terbayang tahun 2005. Sebagai “penggemar” komputer, Arif-lah yang mengajarkan saya tentang editing Film. Dengan menggunakan computer jangkrik, 3 bulan kemudian saya diajarkan tentang editing Film. Pengetahuan dasar yang justru kemudian tidak saya kembangkan lagi.
Memasuki paruh 2006, Arif kemudian memimpin demonstrasi Walhi Jambi menggelar protes kedatangan Menteri Lingkungan ASEAN di depan Novotel. Sejarah memimpin demonstrasi menjadi pintu masuk karir panjang sebagai aktivis yang kemudian memilih jalanan.
Namanya kemudian melambung ketika melakukan demonstrasi di forum internasional COP Bali 2007. Sebuah prestasi yang kemudian mengantarkan kemudian menjadi pimpinan rombongan utusan Walhi Jambi di forum Kongres Rakyat Indonesia dan kemudian menjadi Ketua panitia Kongres Rakyat Jambi.
Sehingga tidak salah kemudian Arif menjadi pemenang mutlak di PDLH Walhi Jambi tahun 2008. Saya kemudian menjadi Ketua Dewan Daerah hingga tahun 2011. Waktu itu periode kepengurusan dalam rentang waktu 3 tahun.
Memasuki PNLH 2008 di Yogyakarta, kepiawaian Arif teruji. Dengan hanya anggota 4 suara, Arif menjadi tim sukses Berry Nahdian Furqon dan melaksanakan mandate PDLH Walhi Jambi 2008 dengna mengantarkan Feri Irawan sebagai anggota Dewan Nasional. Komponen struktur Walhi yang cukup dihormati (semacam legislative di Walhi). Kepiawaian Arif kemudian membuat Arif diperhitungkan di kancah nasional.
Memasuki tahun 2009, Arif menjadi “leader” kampanye melawan raksasa pulp and paper. Sinarmas. Bersama-sama dengan Greenpeace yang dipimpin Nurhidayati (sekarang Direktur Walhi), suara Arif menggelar dan menusuk perlawanan.
Dalam forum-forum Walhi, peran politik Arif diperhitungkan. Sikap tanpa kompromi dengan Sinarmas membuat “denyut nadi” sering berpacu.
Sebagai Ketua Dewan Daerah, kesulitan mengikuti langkah Arif cukup menyita energy. Langkah zigzag dan cenderung tanpa analisis mendalam membuat, saya harus memperbaiki didalam mendesain advokasi berhadapan dengan agenda advokasi.
Belum lagi pasukan di internal Walhi Jambi yang sering “keteter” mengikuti langkahnya yang cenderung frontal dan tidak sistematis. Cara ini kemudian sering harus diselesaikan didalam “forum terbatas” untuk mengatur stamina Arif yang cenderung “keras” dan tidak kenal kompromi.
Namun sebagai organisasi advokasi, berbagai langkah yang diambil Arif kemudian dikuat ditataran aplikasi. Dan tugas itu kemudian banyak didiskusikan diinternal Walhi Jambi dengan Dewan daerah.
Setelah “berhasil” mengusir PT. DAM (anak group Sinarmas), konsep Hutan Desa kemudian menguat. Walhi Jambi bersama-sama dengan KKI-Warsi, Pundi Sumatera dan LTB kemudian membangun “Poros Masyarakat Kabupaten Merangin (PMKM)’. Dengan konsep hutan Desa, PMKM kemudian mengusulkan hutan Desa seluas 49.501 hektar di 17 Desa.
Wacana hutan Desa “memantik” diskusi panjang di kalangan nasional. Walhi Jambi kemudian “dituduh” menjadi agen konsep Negara. Tuduhan yang menyakitkan dan harus diklarifikasi didalam forum-forum resmi.
Pertimbangan politik mengusulkan hutan Desa adalah konsep pragmatis disaat Negara belum menyediakan peraturan tentang Hutan Adat. Sebuah konsep yang digagas berbagai kalangan nasional.
Keputusan Walhi Jambi mengusung Hutan Desa adalah keputusan politik. Dan tugas ini kemudian banyak dijalani oleh Bucek, Edi Endra, Tono dan Rudiansyah di lapangan. Sedangkan saya kemudian memberikan analisis dan desaian advokasi sehingga tidak bertabrakan dengan statute dan nilai-nilai Walhi. Sebuah pekerjaan besar yang kemudian mengambil porsi advokasi yang menyita energy.
Dalam kesempatan terpisah, saya kemudian memberikan dukungan kepada Arif. “Kerjakan tugasmu dengan tulus. Waktu kemudian yang menjawab. Apakah pilihan kita yang salah atau benar. Berjaringan itu perlu. Namun perbanyak pekerjaan di lapangan”. Sebuah dukungan yang kemudian dibuktikan Arif.
Memasuki tahun 2010, sebuah peristiwa penting terjadi. Penangkapan 2 orang Staf Walhi Bengkulu memantik dukungan dari Arif. Arif kemudian mengorganisir perangkat Walhi Jambi dan kemudian “menugaskan” saya untuk mendampingi teman-teman Walhi Bengkulu.
Kami kemudian berangkat ke Bengkulu dan dukungan ini kemudian membuktikan “siapa sebenarnya Arif”. Tidak rela teman menderita apalagi masyarakat yang teraniaya. Sebuah keteladanan yang saya teruskan ketika dilakukan penangkapan terhadap Anwar Sadat (Direktur Walhi Sumsel tahun 2013).
Begitu juga terhadap penangkapan 4 orang masyarakat Desa Simpang Rantau Gedang, Juraid di Sinar Wajo, penangkapan petani di Dusun Danau Lamo dan berbagai peristiwa lainnya. Sikap “keras” advokasi kemudian “luluh” ketika petani ditangkap.
Sikap keteladanan ini kemudian selama periode kepengurusan Arif, praktis diskusi kami lebih banyak membicarakan kasus masyarakat dibandingkan membicarakan keorganisasian Walhi.
Saya kemudian menjadi “sadar” memiliki Direktur dengan kapasitas Arif membuat degup jantung terpacu. Belum lagi “keteteran” harus mengikuti langkah Arif yang terkenal keras dan tidak kompromi.
Perjalanan panjang sejak tahun 2005 membuat saya kemudian mengenal Arif sebagai tipikal aktivis jalanan. Arif bukanlah lahir dari Rahim organisasi kepemudaan. Arif juga tidak dilahirkan dari organisasi gerakan.
Namun dengan bersentuhan langsung kasus-kasus rakyat membuat bacaan tentang gerakan kemudian mudah dipatahkan dengan fakta-fakta di lapangan.
Perdebatan panjang didalam melihat persoalan kemudian “mematangkan” arif untuk mematangkan gagasan. Arif kemudian cepat belajar dari masyarakat dan interaksi dengan nasional kemudian menempatkan.
Arif mendapatkan asupan berbagai informasi dan strategi advokasi yang “kukuh” mempertahankan pendapatnya. Cara ini kemudian effektif sehingga Walhi Jambi cukup memainkan peran-peran politis. Baik di kalangan Walhi maupun jaringan internasional.
Saya kemudian mendapatkan informasi terpisah. Jaringan nasional maupun jaringan internasional yang dibangun Arif kemudian menempatkan. Arif orang baik. Sehingga orang tidak mau kemudian memberikan informasi yang tidak mendukung Arif.
Dengan gaya meledak-ledak, membungkam lawan ditambah dengan pengetahuan dari lapangan membuat Arif menjadi “rising star’. Arif kemudian mampu menjadi bagian dari desain advokasi. Arif menjadi warna didalam melihat advokasi.
Di kalangan pergaulan, ucapan “lur” berasal dari kata “dulur” atau sahabat begitu menggema. Ucapan itu kemudian menjadi trade mark didalam masa perjalanan politik di Walhi. Hingga sekarang, ucapan “lur” adalah generasi didalam lintasan sejarah politik Arif. Ucapan ini kemudian bergeser menjadi panggilan “Ketua’ setelah periode politik Arif. Saya kemudian mudah tracking terhadap panggilan “lur’.
Memasuki periode ke 2, Arif kemudian menang dan menjadi Direktur Walhi Jambi. Namun dengan alasan “keluarga”, Arif kemudian memilih untuk menetap di Pontianak. Sebuah alasan yang tidak dihindarkan dan manusiawi.
Sehingga ketika dilakukan PDLH-LB Walhi Jambi kemudian “menugaskan” saya untuk menggantikannya. Praktis selama 4 tahun saya memimpin, jaringan yang sudah dibangun kemudian dilanjutkan. Tidak ada yang istimewa dibandingkan pondasi yang telah diletakkan Arif.
Saya kemudian mengetahui Arif “mempromosikan” drone sebagai alat advokasi dan investigasi di abad modern. Dalam berbagai forum, gagasan menggunakan drone membuat Arif membuat jalan baru (roadmap). Sebuah jalan yang kemudian terbukti menjadi bagian dari berbagai program yang kemudian effektif membongkar kejahatan korporasi dan praktis didalam investigasi.
Kedatangan ke Jambi menjelang bulan Ramadhan adalah bagian dari rencana dan gagasan besar yang terus dikerjakan dengan tekun. Berbagai rencana kemudian disusun dan menjadi pekerjaan besar yang akan dilakukan.
Namun belum diwujudkan berbagai gagasan, suara telephone dipagi hari membuyarkan impian. Saya kemudian tersentak dan terbangun. Orang baik, gagasan besar terlalu cepat meninggalkan kenangan.
Saya kemudian teringat kisah Soe Hock Gie. Tokoh yang dikagumi Arif. Orang Muda terlalu cepat pergi.
Selamat jalan, lur. Cita-cita besarmu akan diteruskan oleh orang-orang yang mengenalmu.(Musri Nauli)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE