Ada Pilihan Progam Pemberdayaan
Jambipos Online, Kualatungkal-Keberadaan komunitas anak
Punk dan para gepeng di kota Kuala Tungkal yang semakin gencar berkeliaran
mulai menimbulkan perdepatan sengit dikalangan masyarakat. Sebagian besar warga
berharap pemerintah serius mengurusi persoalan tersebut dengan penertiban
secara kontinue dan juga opsi progam pemberdayaan.
Ternyata, ibukota Kabupaten Tanjung Jabung Barat tak hanya
digandrungi wisatawan dari luar daerah untuk sekedar berlibur.
Dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir, Kota Kuala
Tungkal yang menjadi pusat kegiatan masyarakat sekaligus pusat pemerintahan
Kabupaten Tanjab Barat, cukup banyak dilirik berbagai kalangan dari para
pebisnis hingga pengemis untuk meraup pundi-pundi rupiah.
Ironisnya, kota yang dikenal dengan semboyan "kota
bersama" ini juga dijadikan salah satu target destinasi bagi kalangan
remaja dari komunitas anak Punk.
Suasana kota dengan masyarakat yang ramah dan
bersolidaritas tinggi, dimanfaatkan puluhan pengamen, gelandangan dan pengemis
(Gepeng) yang terus bermigrasi dari daerah lain.
Hasilnya, ketegasan penegakan perda yang baru digalakan
pemerintah melalui Satpol PP dalam beberapa waktu terakhir seperti tak mampu
membendung kiriman Gepeng yang datang silih berganti.
Padahal, pemerintah kabupaten sendiri sudah melakukan
banyak upaya dan menggagas wacana dan progam untuk menertibkan keberadaan
mereka (gepeng, red) mulai dari razia rutin, hingga gagasan pemeriksaan
kesehatan dan karantina virus HIV.
Kenyataanya, kebanyakan gagasan itu hanya dirasakan sebagai
tamparan kecil bagi kebanyakan remaja pun dan para Gepeng yang sudah menjalani
kerasnya kehidupan jalanan seumur hidup mereka.
“Disini enak bang. Duitnya banyak. Kalau ditangkap itu kan
resiko. Paling dikirim pulang, nanti sebulan dua bulan lagi kita bisa balik
kesini kalau sudah dapat kabar tidak musim razia," ujar salah satu anak
Punk yang ditemui saat mengamen di WFC belum lama ini.
Dampaknya, kian hari, keberadaaan komunitas anak Punk dan
Gepeng di Kabupaten Tanjab Barat semakin membuat resah warga. Dengan dandanan
acak-acakan, gerombolan anak Punk kini tidak segan untuk masuk ke warung makan,
dan pertokoan untuk sekedar meminta uang dengan cara mengamen.
“Secara pribadi, keinginan kami sebagai warga tentunya agar
pemerintah mengawasi dan menata supaya anak-anak Punk dan juga pengemis tidak
meresahkan. Dalam artian, kami tidak melarang mereka untuk mengais rejeki,
tetapi harus sopan dan menghormati masyarakat juga," tutur Heri, salah
satu tokoh pemuda, Kamis (6/4/2017).
Menurutnya, penertiban yang dilakukan secara kontinue
selama ini memang dinilai kurang efisien lantaran baru digencarkan seumur
jagung. Penertiban juga seharusnya dilakuka. secara kontinyu sehingga bisa
meminimalisir dampak migrasi musiman yang biasa dilakukan rombongan punk dan
gepeng.
“Kalau mau ditertibkan tentu saja bisa. Tetapi ini jelas
harus dilakukan secara terus menerus dan jelas butuh waktu yang cukup lama.
Mungkin sekurangnya bisa makan waktu bulanan hingga tahunan sehingga kabar
penertiban ini bisa menyebar luas di kalangan mereka (Punk dan Gepeng, red)
sehingga mereka benar-benar kapok tidak mau kesini lagi," papar Heri
yang juga diamini beberapa rekan sejawatnya.
Hal senada juga diungkapkan Saputra yang menyetujui progam
pebertiban gepeng oleh pemerintah. Namun, menurutnya pemerintah akan terlihat
lebih bijak jika bisa menggandeng keberadaan mereka (anak Punk dan Gepeng, red)
untuk diberdayakan.
“Pemberdayaan juga bisa dijadikan pilihan yang lebih baik.
Tetapi pemerintah juga tentunya harus benar-benar siap menjalankan progam ini.
Dan jangan sampai jadi bumerang karena progamnya mandek di tengah jalan,"
papar Saputra.
“Sebenarnya, keberadaan anak Punk ini tidak bisa dibilang
meresahkan karena seharusnya masih bisa dibimbing supaya mereka berubah.
Yang lebih meresahkan dan harus dibinasakan ya para pejabat yang suka
korupsi. Dampaknya sampai generasi anak dan cucu kita yang harus menanggung
kemiskinan dari ulah orang-orang ini," serobot Firman, warga lainya.
Sebelumnya, berbagai kalangan elit politik dan pemerintahan
juga berkali-kali membahas masalah keberadaan komunitas anak Punk dan Gepeng
yang banyak berkeliaran di bumi serengkuh dayung serantak ke tujuan ini.
Kondisi ini dinilai cukup mengkhawatirkan bagis beberapa
anggota DPRD Tanjab Barat. Mereka meminta pemerintah darah setempat mengambil
tindakan tegas dengan melakukan penertiban.
Hal ini seperti di sampaikan Ketua Komisi I DPRD Tanjabbar,
Syafrizal Lubis yang menghimbau agar instansi terkait melakukan penertiban
secara tegas agar keberadaan anak jalanan tersebut tidak meresahkan masyarakat.
“Kita minta pemda supaya serius untuk mengatasi maraknya
masuk anak punk ke kota ini," ujar Safrizal Lubis, Ketua Komisi I DPRD
Tanjab Barat, Senin (13/3/2017).
"Sebenarnya persoalan ini sudah kita bicarakan sejak
lama, namun instansi terkait seperti Satpol PP selalu mempermasalahkan
keterbatasan anggaran kegiatan. Makanya kita minta supaya itu tidak dijadikan
sebagai alasan lagi," sambungnya.
Politisi parta Golkar ini menilai, persoalan tersebut perlu
segera dituntaskan lantaran keberadaan anak Punk dikhawatirkan bisa mengganggu
ketertiban dan keamanan bagi masyarakat.
“Semakin ramai keberadaan anak punk di Kualatungkal akan
semakin susah menertibkannya. makanya jangan dibiarkan saja," paparnya.
Hal senada juga di sampaikan anggota Dewan lainnya dari
politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), M Fadli. Ia secara tegas meminta
pemerintah memberikan solusi untuk menertibkan keberadaan anak punk.
Ia menilai, keberadaan komunitas anak punk yang bercampur
antara laki-laki dan perempuan perlu diwaspadai karena dikhawatirkan menjerumus
dengab masalah seks bebas dan kemungkinan penggunaan narkoba.
Rencananya, dalam waktu dekat pihaknya bakal memanggil
pihak dan instansi terkait untuk menindak lanjuti keberadan anak Punk. (JP-Ken)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE