Jambipos Online, Jambi- Keberadaan Organisasi Sentral
Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) di Provinsi Jambi tak terlepas
dari keterlibatan H Ivan Wirata ST MM MT. Menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan
Daerah (Depidar) SOKSI Provinsi Jambi, tentunya Ivan Wirata, mantan Kadis PU
Provinsi Jambi ini memiliki beban moral dalam menjalankan SOKSI Jambi.
Lalu apakah SOKSI itu dan kapan terbentunya? Berikut
penelusurannya. Dinamika Perjuangan SOKSI. Tahun 1960-1963, merupakan tahun pengembangan
organisasi. Fase ini adalah fase untuk memperluas sayap organisasi, dan
menanamkan pengertian kepada masyrakat mengenai "sankan paran"nya
SOKSI.
Tahun 1963-1964, merupakan tahun-tahun Konsolidasi,
Kristalisasi SOKSI guna menempa kekuatan, dan kesatuan massa pendukung SOKSI. Tahun
1964-1965 merupakan tahun "action" fase ini merupakan pengalaman, dan
pelaksanaan tugas-tugas perjuangan.
Dalam tahun-tahun ini SOKSI mengalami tugas-tugas berat,
karena pada tahun 1964 SOKSI membidani kelahiran Golongan Karya (GOLKAR), dan
pada saat yang sama pula SOKSI harus membendung secara ofensif politik dari
PKI.
Pada tahun 1965 SOKSI secara total berperan aktif bersama
kekuatan yang setia kepada Pancasila menumpas pemberontakan G 30 S/PKI. Pada
Juli 1965, dengan persetujuan, dan restu J.M. Mentri/Panglima Angkatan Darat,
Letnan Djenderal Achmad Yani, menyetujui penginterasian perjuangan SOKSI dengan
Doktrin TNI AD Tri Ubaya Cakti, atau lebih dikenal dengan SOKSI MANUNGGAL
DENGAN TRI UBAYA CAKTI.
Tahun 1966-1969 merupakan tahun perjuangan menegakkan Orde
Baru, dan meletakkan landasan untuk pelaksanaan Pembangunan Nasional. Tahun 1970-an merupakan tahun perjuangan untuk
rekonsolidasi organisasi SOKSI memasuki tantangan baru yang dihadapinya.
Pada tahun 1971 SOKSI memusatkan perhatian untuk
memenangkan GOLKAR dalam Pemilu yang pertama kalinya dilaksanakan pada masa
Orde Baru.
Tahun 1973 merupakan tahun "pengembaraan" bagi
SOKSI. Pada fase ini telah lahir struktur politik baru, yaitu dengan
Undang-Undang No 3 tahun 1973 tentang Partai Politik, dan Golongan Karya.
Dalam Undang-Undang tersebut diletakkan dasar-dasar keanggotaan
Partai Politik, dan GOLKAR yang bersifat perorangan. Menghadapi keadaan ini
SOKSI menyerahkan kader-kadernya kepada GOLKAR, dan SOKSI memilih
"mengembara", atau memilih jalan baru.
Tahun 1973 -1978 merupakan tahun pengembaraan SOKSI, dan
pada pertengahan tahun 1978, SOKSI mulai bangkit kembali dengan melaksanakan
kaderisasi SOKSI melalui organisasi sayap Wira Karya Indonesia.
Mobil Operasional Depidar SOKSI Provinsi Jambi.IST |
Tahun 1980-an merupakan tahun-tahun "kebangkitan
kembali" SOKSI, SOKSI GUGAH, SOKSI TRIWIKRAMA, dimana masa-masa sulit
telah mampu diatasi SOKSI. Ada 3 faktor kekuatan yang mendorong SOKSI untuk
bangkit, yaitu: SOKSI senantiasa mengembangkan daya kreativitas, bersikap inovatif
sesuai dengan raising demand.
SOKSI memiliki integrasi faktor berupa Doktrin
Karyawanisme, dan SOKSI memiliki " Courrage", atau keberanian untuk
menghadapi kenyataan, dan tantangan-tantangan perjuangan.
Pada fase ini SOKSI melakukan gerakan Kaderisasi secara Nasional yang dikenal dengan Kader Bangsa.
Tahun 1985 merupakan tahun lahirnya 5 (lima) Undang-undang dibidang politik. Undang-Undang ini mempertegas kembali posisi Partai-partai Politik, dan Organisasi kemasyarakatan menitik beratkan gerak juangnya pada bidang sosial kemasyarakatan, dan bidang ekonomi).
Undang-undang dibidang politik. Undang-Undang ini
mempertegas kembali posisi Partai-partai Politik, dan Organisasi kemasyarakatan
menitik beratkan gerak juangnya pada bidang sosial kemasyarakatan, dan bidang
ekonomi.
Silaturahmi Nasional
SOKSI
Pada 27 Maret 2017 lalu di di Hotel Ambhara, Jakarta, SOKSI
menggelar Silaturahmi Nasional
(Silatnas). Kegiatan ini dihadiri oleh 27 Dewan Pimpinan Daerah (Depidar) SOKSI
dan 5 Lembaga Konsentrasi SOKSI.
Ketua Depidar Banten, TB Iman Ariyadi, tujuan utama dari
pelaksanaan silatnas ini adalah untuk mendengarkan masukan dari seluruh Depidar
dan Lembaga Konsentrasi SOKSI untuk menyikapi sikap sebagian oknum yang mengatasnamakan
SOKSI.
Selain itu, agenda yang dilaksanakan oleh pengurus Depinas
ini juga membahas perkembangan program kaderisasi dan Partai Golkar secara
umum, khususnya membahas hasil-hasil Pilkada di tiap daerah yang melibatkan
kader SOKSI sebagai kandidat Kepala Daerah atau Gubernur pada Pilkada serentak
15 Februari 2017 lalu.
Kegiatan itu dihadiri oleh Bobby Suhardiman Ketua Harian
Dewan Pembina, Ade Komarudin Ketua Umum, Fatahillah Ramli, dan sejumlah Ketua
Depidar seperti Indra Alamsyah Ketua Depidar SOKSI Sumatera Utara, Tb Iman
Ariyadi Ketua Depidar Banten, Bagus Adhi Mahendra Ketua Depidar Bali dan
lainnya.
Sementara itu, Lembaga Konsentrasi yang hadir adalah Irham
Kaharudin ketua Fokusmaker, Ichsan Firdaus ketua Wiyakarya, Purwoko ketua LKBH
Trisula dan Nofel Hilaby ketua Baladhika Karya.
Dalam pertemuan itu, seluruh Depidar dan Lembaga yang hadir
menyatakan beberapa sikapnya terkait dengan kondisi yang terjadi dalam rangka
menjaga keutuhan dan marwah Organisasi Kemasyarakatan Sentral Organisasi
Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI).
Dalam pertemuan itu ada poin pokok pembahasan diantaranya bahwa
Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) adalah salah satu Pendiri
Golongan Karya (GOLKAR) sejak kelahiran SOKSI tanggal 20 Mei 1960 yang
didirikan oleh Bapak Mayor TNI AD Drs Suhardiman.
Kemudian bahwa Musyawarah Nasional X (sepuluh) SOKSI Tahun
2015 yang diselenggarakan tanggal 20 – 23 Mei 2015 di Cilegon Banten, dibuka
oleh Ketua Umum DPP Partai GOLKAR, Bapak Ir H Aburizal Bakrie, dihadiri oleh 34
Dewan Pimpinan Daerah SOKSI Provinsi, Dewan Pimpinan Cabang SOKSI
Kabupaten/Kota seluruh Indonesia, Lembaga/Konsentrasi SOKSI dan Musyawarah
Nasional X SOKSI Tahun 2015.
Sejarah SOKSI
Dalam Sejarah kelahiran SOKSI , ada beberapa momentum yang
memiliki nilai sangat tinggi, dan sangat menentukan langkah dan strategi
perjuangan organisasi, momentum-momentum tersebut adalah: Kehidupan politik di
tanah air setelah pelaksanaan Pemilihan Umum Tahun 1955 yang pertama kali
dilaksanakan oleh Bangsa Indonesia setelah Proklamasi 17 Agustus 1945.
Khususnya pada situasi periode 1957 sampai dengan 1965
sangat tidak menguntungkan bagi struktural politik, sosial, budaya, dan
perekonomian Bangsa Indonesia. Berbagai gejolak sosial politik yang bersifat
kedaerahan seperti PRRI, dan PERMESTA, adalah merupakan bagian yang tak
terpisahkan dari proses mencari bentuk sistem kehidupan politik, sosial,
budaya, dan perekonomian Bangsa Indonesia.
Berbagai keputusan politik yang sangat startegis telah pula
dikeluarkan oleh pemerintah Bung Karno pada tahun 1957 sampai dengan 1959,
antara lain; Perjuangan pembebasan Irian Barat, Pembatalan Konfrensi Meja
Bundar, ambil alih / Nasionalisasi Perusahaan-perusahaan milik Belanda, dan
Dekrit Presiden tanggal, 5 Juli 1959; Konstituante dibubarkan, dan
Undang-Undang Dasar 1945 diberlakukan kembali sebagai landasan Konstistusional
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sistem politik Liberal ditinggalkan, dan dimulai sistem
politik yang dikenal dengan Demokrasi Terpimpin. Pada Tahun 1957, Badan
Nasionalisasi (BANAS) dibentuk untuk melaksanakan ambil alih, atau
Nasionalisasi perusahaan-perusahaan milik Belanda, dengan Ketua Harian BANAS
Bapak D Suprayogi (Mayjen), dan Bapak Suhardiman (Kapten-TNI-AD) sebagai
Sekretaris BANAS.
Suhardiman berbekalkan naluri kejuangan, dan keyakinan yang
kuat serta dari pengamatan, mempelajari, dan mengkaji permasalahan yang
dihadapi Bangsa Indonesia selama tiga tahun (1957-1960), maka dari Ide Dasar
Manusia Karya sebagai perwujudan dari Manusia Indonesia baru disampaikan kepada
Ketua Harian BANAS, dan sekaligus mengusulkan agar dibentuknya PERSATUAN
KARYAWAN PERUSAHAAN NEGARA, bahwa dengan konsep ini akan mampu mengimbangi, dan
menandingi PKI, serta seluruh jajarannya.
Tanggal, 20 Mei 1960 Ketua Harian BANAS menyampaikan Ide
Dasar tentang Karyawan, atau Manusia Karya Swadiri (Karyawan Swadiri) yang
diusulkan oleh Bapak Suhardiman tersebut pada sidang Kabinet, sekaligus
persiapan dibentuknya organisasai PERSATUAN KARYAWAN PERUSAHAAN NEGARA (PKPN)
yang kemudian diperingati sebagai hari kelahiran SOKSI (Sentral Organisasi
Karyawan Sosialis Indonesia).
Kehadiran Organisasi PKPN dengan cepat menyebar
diperusahaan-perusahaan negara diseluruh wilayah Indonesia, dan sekaligus telah
menggelisahkan PKI karena mengancam keberadaannya. PKI melakukan protes melalui
berbagai media-masa atas kehadiran PKPN.
Untuk menindaklanjuti perkembangan PKPN, maka pada
pertengahan tahun 1961 diadakan rapat pleno seluruh pimpinan PKPN, dan dengan
menghasilkan keputusan untuk Mendirikan; Badan Koordinasi Pusat Persatuan
Karyawan Perusahaan Negara (BKPPKPN), dengan Ketua Umum, Suhardiman, dan
Sekretaris Jenderal, Adolf Rachman.
Tanggal, 21 September 1962: Musyawarah Kerja Nasional I BKPPKPN
(Badan Koordinasi Pusat Persatuan Karyawan Perusahaan Negara) yang
diselenggarakan di Palembang, khususnya komisi organisasi tidak berhasil
memutuskan apa nama yang tepat bagi organisasi kedepan, karena nama BKPPKPN
dianggap tidak mencerminkan ciri, dan misi yang jelas.
Sebagai Ketua Umum BKPPKPN Bapak Suhardiman mengusulkan
nama SOKSI (SENTRAL ORGANISASI KARYAWAN SOSIALIS INDONESIA), maka Mukernas I
BKPPKPN menerima usul tersebut, dan bersepakat nama BKPPKPN diganti menjadi
SOKSI sebagai nama, sekaligus Jati Diri bagi perjuangan Karyawan Indonesia.
Kalimat SOSIALIS mengandung pengertian SOSIALISME PANCASILA
yang bercirikan Manusia Karya yang mandiri, dan sejahtera. 17-22 Desember 1962:
Musyawarah Besar (MUBES) I BKPPKPN, atau disebut juga sebagai MUBES I SOKSI di
Gelora Bung Karno, Jakarta yang menghasilkan legitimasi bagi keberadaan
organisasi SOKSI secara Nasional.
Amanat Presiden Soekarno pada MUBES I SOKSI secara politis
benar-benar telah memberikan arti khusus, dan legalitas bagi keberadaan BKPPKPN
sebagai embrio SOKSI secara Nasional. Musyawarah Besar I BKPPKPN, menetapkan
keputusan strategis : Penetapan Nama Sentral Organisasi Karyawan Sosialis
Indonesia (SOKSI), sebagai pengganti Badan Koordinasi Pusat Persatuan Karyawan Perusahaan
Negara (BKPPKPN).
Restu Bung Karno terhadap keberadaan, dan misi SOKSI. Strategi
Bung Karno terhadap keberadaan, dan misi SOKSI. Memilih, dan menetapkan
Suhardiman sebagai Ketua Umum, dan sekaligus Kuasa Penuh Nasional (KUPENAS)
SOKSI.
Perluasan basis SOKSI yang menjangkau seluruh sektor
kehidupan di seluruh wilayah Indonesia, yakni Pemuda, pelajar, Mahasiswa,
Cendikiawan, Buruh, Tani, Wanita, dan seterusnya.
Sejak tahun 1962 tersebut, berbagai organisasi sayap
dibentuk oleh SOKSI dengan mengambil nama "kontra" underbownya PKI
seperti LEKRI, LEKRA, GERWASI, GERWANI, RTI, BTI,PELMASI, dstnya.
Pada 23 Maret 1963; Di Lahirkan Doktrin Perjuangan SOKSI
yaitu, KARYAWANISME sebagai ajaran yang diyakini kebenarannya dalam
melaksanakan perjuangan SOKSI. Semula disebut Manifesto Karyawan, dan pada
tahun 1968 menjadi Doktrin KARYAWANISME.
SOKSI bukan lahir sebagai organisasi kekuatan sosial
politik, tetapi sebagai organisasi kemasyarakatan yang berorientasi pada Karya,
dan Kekaryaan. Sebagai organisasi perjuangan, dan gerakan yang memiliki wawasan
Ideologi, dan misi politik berupa Lima Komitmen Strategis.
Komitmen-komitmen tersebut adalah bersifat Abadi, dan
senantiasa melahirkan Ide, fikiran, gagasan, dan konsep baru demi terwujudnya
pemahaman terhadap pola, dan sistem kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara
dibidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Arah, dan tujuannya adalah
Masyarakat Sosialis Pancasila, atau masyarakat sejahtera lahiriyah, dan
bathiniyah.
Inilah hakekat jati diri SOKSI yang tak pernah tergoyahkan
oleh rintangan, dan tantangan yang menghadang, Bahwa dengan Ide Dasar Manusia
Karya Swadiri, dan Jati diri SOKSI inilah yang mewarnai Doktrin perjuangan
KARYAWANISME sebagai pengaman, dan pengamalan Pancasila.
Bahwa sejak awal kelahirannya SOKSI di tahun 60-an, SOKSI
telah berjuang habis-habisan melawan Partai Komunis Indonesia dengan ideologi
komunisnya sampai terkuburnya Partai Komunis Indonesia setelah pemberontakan G
30 S/PKI, gagal tahun 1965. Meskipun Partai Komunis Indonesia dengan
mantel-mantel organisasnya telah dibubarkan , dan ajaran komunis
(Marxisme-Leninisme) dilarang, namun SOKSI senantiasa tetap waspada terhadap
bahaya laten sisa-sisa G 30 S/PKI.
SOKSI merupakan salah satu organisasi cikal bakal yang
turut membidani kelahiran Golongan Karya (GOLKAR) pada tahun 1964, dan terus
memberikan dukungannya untuk perkembangan, dan pertumbuhan GOLKAR sebagai
organisasi kekuatan sosial politik yang semakin mandiri, dan berakar
ditengah-tengah masyarakat. (Asenk Lee/Berbagai Sumber)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE