Oleh: Musri Nauli
Jambipos Online-Semula dugaan tentang Kerajaan Tanah Pilih
yang kemudian menjadi Kerajaan Melayu Jambi membentang wilayah kekuasaan
meliputi seluas wilayah Propinsi Jambi. Namun pelan tapi pasti, jejak, cerita
tentang kerajaan Melayu Jambi tidak berbekas ataupuan ceritanya hanya terdengar
di kalangan ahli sejarah ataupun ahli arkeologi.
Didalam penelusuran perjalanan melacak kerajaan Melayu
Jambi, kekuasaan Raja tidak mampu mengontrol kekuasaan hingga ke daerah hulu.
Catatan ini kemudian dilengkapi dengan Buku Barbara Watson Andaya “Hidup
Bersaudara – Sumatra Tenggara Pada abad XVII-XVIII” terjemahan dari bukunya “Lo
Live as Brothers – Southeast – Sumatra in the Seventeenth and Eighteenth
Centuries.
Barbaya kemudian bercerita tentang pusat penghasil Merica
di Merangin. Raja kemudian menempatkan Pangeran Tumenggung sebagai bentuk
kontrol . Pangeran Tumenggung kemudian merdeka menyepakati perjanjian dengan
Belanda, mempekerjakan para agennya sendiri untuk memborong merica dan memiliki
gaya hidup serupa penguasa. Kemudian tidak tunduk pada istana hilir.
Ulu Kozok didalam bukunya “Kitab Tanjung Tanah – Naskah
Melayu Tertua” sudah menyampaikan tentang kontrol kekuasaan Kerajaan Jambi yang
tidak mampu mengendalikan ke daerah hulu Sungai Batanghari .
Bahkan menurut Charles Campbell melaporkan bahwa di tahun
1800 penduduk Sungai Tenang jarang membayar upeti kepada sultan Jambi yang
selayaknya terdiri dari seekor kerbau, setahil emas, dan seratus bambu beras
dari setiap kampung.
Surat-surat yang ditulis oleh temenggung sultan Jambi yang
sampai sekarang masih disimpan sebagai pusaka di Kerinci juga menunjukkan bahwa
penduduk di Kerinci tidak selalu patuh kepada perintah rajanya di Jambi.
Kekuatan rakyat di Sungai Tenang, Serampas cukup
diperhitungkan. Menurut Residen Bengkulu didalam surat rahasianya tertanggal 6
Februari tahun 1919, daerah Sungai Tenang dan Serampas lebih baik dijalin
hubungan dagang dari Jambi . Penduduk di Sungai Tenang dan Serampas terkenal
menguasai ilmu gaib seperti kebal.
Kemandirian dari kekuasaan Kerajaan Jambi ditandai dengan
seloko “Jika mengadap ia ke hilir, jadilah beraja ke Jambi. Jika menghadap hulu
maka Beraja ke Pagaruyung. Atau “Tegak Tajur, Ilir ke Jambi. Lipat Pandan Ke
Minangkabau.
Seloko “Jika mengadap ia ke hilir, jadilah beraja ke Jambi.
Jika menghadap hulu maka Beraja ke Pagaruyung. Atau “Tegak Tajur, Ilir ke
Jambi. Lipat Pandan Ke Minangkabau membuktikan hukum yang datang dari
Pagarruyung (undang) dipertemukan dengan peraturan dari Raja Jambi (tambang)
kemudian ditimbang (diteliti).
Sehingga Seloko “Tali Undang Tambang Taliti”
Menjelaskan keterkaitan antara undang-undang Pagaruyung dan Peraturan dari
kesultanan Jambi. Seloko ini kemudian menghasilkan ”undang tambang teliti”.
Atau juga disebut ”Undang tempat didarat. Teliti tempuh di air.
William Marsden juga bercerita tentang kesaktian “Sungei
Tenang, Koerinchi dan Serampei (Baca Sungai Tenang, Kerinci dan Serampas).
Wilayah dataran tinggi Jambi . Bahkan dengan memulai perjalanan panjang
menyusuri dari Moco-moco (sekarang Kabupaten Muko-muko), meyusuri lembah
Korinchi (Kerinci).
Kesaktian orang “Sungei Tenang, Koerinchi dan Serampei”
terkenal setelah menyerang Ipu (salah satu distrik Belanda) pada tahun 1804.
Kesaktiannya mampu mengalahkan penjaga di Ipu.
Inggeris kemudian menyiapkan pasukan dibawah pimpinan
Letnan Hastings Dare, 83 perwira, lima lascar. Mereka kemudian meninggalkan
Benteng Marlborough dan tanggal 3 Desember kemudian tiba di Ipu (Ipuh).
Perjalanan panjang menyusuri Ipu, Dusun Arah, Dusun Tanjong, Sungai kecil Ayer
(Sungai Air diki), membangun gubuk di Napah Kapah, melewati air terjun
Ipu-Machang, Bukit Pandang, Pondo Kuban.
Setelah berjalan jauh kemudian mampir di seberang Rantau
Kramas (Rantau Kermas). Kemudian menebang pohon besar dan menyeberang sungai
dan tiba di Rantau Kramas. Setelah melakukan “selidik” ke Ranna Alli (renah
Alai), didapatkan informasi “berkumpullah” penduduk di Koto Tuggoh (Koto
Teguh).
Tanggal 3 Januari, kemudian terjadi tembakan. Akibat banyak
yang sakit dan terluka, pasukan kemudian kembali ke Rantau Kramas. 18 hari
kemudian tiba di Sungei Ipu (Sungai Ipuh) dan tanggal 19 Januari tiba di
Moco-moco.
Melihat puzzle buku Barbara dan kemudian dilanjutkan dengna
catatan Marsden maka tidak salah kemudian “control” Raja Jambi tidak effektif
hingga ke hulu Sungai Batanghari.
Termasuk ke Sungai Tenang, Serampas dan
Kerinci. Ketiga daerah tinggi pegunungan yang sekarang masuk kedalam daerah
penyangga Taman Nasional Kerinci Sebelat merupakan daerah otonom yang kuat,
effektif berperang secara gerilya dan mandiri didalam perdagangan. Sehingga
tidak salah kemudian “kesaktian, keangkeran” ketiga daerah itu menggetarkan
Inggeris, Kerajaan Jambi.
Cerita ini masih ditemukan dari tutur di
kampong-kampung dengan penamaan symbol-simbol kepahlawanan. (Penulis
Aktivis-Advokad Tinggal di Jambi)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE