Aksi massa yang berujung anarkis saat penghitungan suara berlangsung di Kantor Bupati Tebo, Rabu (22/2/2017). |
Aksi GMTB Harus Diusut Tuntas
Jambipos Online, Jambi-Kepolisian Daerah Jambi kembali
mengirim 500 personel untuk melakukan pengamanan pasca rekapitulasi suara
tingkat KPUD Tebo. Penambahan anggota
pengamanan yang terdiri dari personel Brimob dan Sabhara itu dilakukan setelah
adanya aksi massa yang berujung anarkis saat penghitungan suara berlangsung, Rabu
(22/2/2017).
“Penambahan 500 personel Brimob dan Sabhara Polda Jambi
tersebut akan memperkuat personel pengamanan yang telah ada. Polres Tebo
sebelumnya telah mendapat bantuan personel Brimob yang berjumlah 100 orang,
Sabhara Polres Batanghari dan Polres Bungo masing-masing 100 orang, sedangkan
personel Polres Tebo sendiri berjumlah
400 orang," kata Kapolres Tebo, AKBP Budi Rohmad SIK, Kamis (23/02/2017).
Seluruh personel tersebut akan melakukan pengamanan di
wilayah hukum Polres Tebo hingga tahapan pilkada berakhir, guna memberikan rasa
aman dan nyaman bagi masyarakat Tebo dan sekitarnya.
“Termasuk jika nanti ada gugatan di MK, kami tetap akan
melakukan pengamanan," imbuh AKBP Budi Rohmad. Disisi lain, Kapolres Tebo
sangat menyayangkan adanya unjuk rasa yang berujung anarkis yang terjadi saat
penghitungan suara yang dilakukan oleh sekitar 500 orang pengunjuk rasa.
Akibat peristiwa tersebut, kendaraan milik pengunjuk rasa
mobil Strada Triton Single bernopol BBH 9255 KU warna hitam sengaja menabrak
anggota yang sedang mengamankan jalannya penghitungan suara.
Atas kejadian itu, 1 (satu) anggota Brimob Polda Jambi,
Bripka Taufik Alamsyah, mengalami luka yang serius pada bagian muka dan
sekarang sedang dirujuk di rumah sakit Bhayangkara Polda Jambi.
“Polda Jambi dan Polres Tebo telah membentuk tim untuk
melakukan langkah-langkah hukum terhadap para pelaku anarkis, korlap, dan
pihak-pihak yang mendukung kegiatan unjuk rasa tersebut,” katanya.
AKBP Budi Rohmat juga tak lupa mengucapkan terima kasih
kepada seluruh masyarakat Tebo yang telah ikut berpartisipasi dalam rangka
menciptakan situasi kondusif selama tahapan pilkada berlangsung.
Kapolres mengimbau kepada para tim sukses, pendukung dan
simpatisan pasangan calon untuk tidak melakukan pelanggaran hukum yang bisa
menimbulkan gangguan kamtibmas.
“Semoga tahapan pilkada serentak 2017 Kabupate Tebo berlangsung aman, lancar dan
sukses," kata Kapolres penuh harap.
Seperti diberitakan sebelumnya, Rapat Pleno rekapitulasi
penghitungan suara yang digelar di Aula Kantor Bupati Tebo, diwarnai kerusuhan
dari ratusan warga Tebo yang mengatasnamakan Gerakan Masyarakat Tebo Bersatu.
Diusut Tuntas
Aksi massa Gerakan Masyarakat Tebo Bersatu atau GMTB yang
kemarin berlangsung ricuh disayangkan oleh sejumlah pihak. Aksi yang awalnya digadang sebagai aksi damai
menolak hasil Pilkada Tebo yang bertepatan dengan sidang pleno rekapitulasi
suara KPUD tersebut, berubah menjadi kericuhan akibat massa aksi yang emosi
kemudian anarkis.
“Sangat menyayangkan kenapa hal itu bisa terjadi, politik
inikan tujuannya bagaimana untuk membangun masa dan menciptakan suasana yang
lebih baik, damai, dan apa yang menjadi cita-cita rakyat bisa kemudian dicapai,
kalau ada yang melakukan anarkisme itu sudah keluar dari tujuan utama makanya
sangat disayangkan” ujar Ahmad Azari, Ketua Seknas Tani Jokowi, Provinsi Jambi.
Dalam kontek berdemokrasi inikan semua orang tidak sekedar
menyampaikan tapi juga harus mendengar dan mematuhi aturan. Sebab, Lanjut
Azhari, kalau kita tidak beraturan maka kekacauan pasti terus terjadi dan
apapun alasannya tentu hal tersebut tidak boleh dibiarkan.
“Ketika misalnya ada temuan pelanggaran dalam Pilkada, hal
itukan sudah ada mekanismenya, Silahkan dilapor kepihak Panwas atau ke Polisi
dan saya yakin hal tesebut pasti ditindaklanjuti, sebab, mereka yang kemarin
dilapangan itu biasanya untuk menjaga keamanan saja” imbuh Azari.
“Kalau boleh menyarankan, Sebaiknya kedua belah pihak
melakukan rekonsiliasi untuk mencari solusi karena menang-kalah inikan proses
politik dan demokrasi, kalau tidak mau berdemokrasi ya tidak usah ikut Pilkada,”
pungkas Azari.
Hal senada disampaikan oleh Herry Simanjuntak yang juga
dikenal aktivis 98 dan pemerhati buruh,
menurutnya, pelaku aksi sebaiknya kembali pada tujuan awal.
“Yang perlu di dalami apa yang menjadi kesepakatan awal
sebelum aksi dilakukan, harus diteliti lagilah apalagi mereka yang demo itu
katanya ada juga pelaku sejarah di periode sebelumnya, jadi harusnya sudah
sangat matang karena mereka pernah melalui proses pilkada dengan cara yang
elegan,” ujar Juntak.
Ditambahkannya, Kalau memang suara mereka tidak di dengar
apapun pasti bisa terjadi. Tapi inikan mereka sudah di mediasi dan di
pertemukan kemudian karena merasa tidak puas lalu anarkis, berarti disitu sudah
ada yang gak bener.
“Inikan konflik pilkada, harus dibedakan dengan aksi masa
tani dan buruh sebab ini ada ruangnya, ada gugatan hukum dan segala macam jadi
mau memaksakan kehendak bagaimanapun pastinya akan repot” tutup Herry.
Roy Benjamin Situmorang, Aktivis pro demokrasi Jambi juga
memberikan pandangannya atas insiden kericuhan demo yang dilakukan oleh GMTB di
Tebo. Menurutnya, Polisi harus berani
mengusut kasus ini dan membongkar siapa aktor dan penanggung jawab atas aksi
tersebut.
“Kalo aksi damai harusnya berlangsung damai juga. Tapi
ketika itu sudah ricuh, ada yang dirusak dan ada jatuh korban, itu bukan aksi
damai tapi sudah identik dengan aksi tindak pidana, maka dari itu polisi harus
berani mengusutnya” tegas Roy.
Sementara itu Kapolres Tebo AKBP Budi Rachmad, melalui
Wakapolres Kompol Ali Sadikin pagi ini (23/2/2017) ketika dikonfirmasi
menerangkan, Bahwa pihaknya sudah mengantongi beberapa nama termasuk pemilik
mobil dan sopir yang menabrak aparat sewaktu unjuk rasa kemarin.
“Sopir atau pemilik mobil itu dari warga Muaro Tabir,
sedangkan anggota yang luka saat ini masih dirawat dan kasus ini akan ditindak
secara hukum,” tegas Wakapolres. (Rel)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE