Oleh: Bahren Nurdin,
MA
Jambipos Online-Mudah-mudahan
tidak ada aral melintang dan kehendak sesuai dengan rencana, lima belas hari
lagi bersama-sama beberapa provinsi dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia,
masyarakat di tiga kabupaten, Muarojambi, Sarolangun, dan Tebo, akan menuju
bilik suara. Bilik penentu pemimpin mereka masing-masing.
Mereka di tiga
kabupaten ini pun sekarang rajin ‘belajar’ berhitung. Orang Tebo dan Sarolangun
‘hanya’ bisa menghitung sampai angka dua; satu, dua, satu dua bolak balik.
Orang Muarojambi sedikit lebih banyak angkanya, 1 2 3 dan 4. Silahkan pilih
karena itu hak anda. Angka mana pun yang anda pilih, itulah sebuah pilihan.
Dipilih…dipilih… dipilih!
Moto hidup yang saya
tulis di skripsi waktu S1 adalah “Life is a Matter of Making Choices” (Hidup
itu Pilihan). Setiap detik dari waktu yang kita lewati pasti dihadapkan dengan
pilihan. Hal sekecil apa pun pasti kita disuruh memilih. Coba lihat baik-baik,
untuk mandi saja kita harus menentukan pilihan, mandi sekarang atau nanti ya?
Apa lagi anak kos, hehe.
Jika begitu, urusan
pilih memilih adalah hukum alam. Memang hidup ini harus memilih. Yang menjadi
persoalan adalah dampak dari sebuah pilihan itu. Memilih memang tidak
membutuhkan waktu lama, tapi dampaknya yang akan berlangsung panjang.
Coba anda bayangkan,
saya yakin anda hanya butuh waktu dua detik untuk mengatakan ‘aku akan
menikahimu’ kepada pasangan hidup anda.
Gara-gara yang dua detik itulah anda
hidup bersamanya sampai saat ini. Segala suka dan derita yang anda lewati
sekarang dalah dampak keputusan anda yang dua detik tersebut. Dahsyat!
Ternyata, dampaknya sangat panjang, bahkan sampai akhirat anda
pertanggungjawabkan.
Jika begitu, bukan waktu
memilihnya yang perlu kita perhatikan, tapi mengapa anda menentukan pilihan itu
yang perlu dipersoalkan. Anda butuh alasan! Begitu jugalah dalam momentum
pemilihan kepala daerah (Pilkada) 2017 ini.
Persoalannya, bukan waktu yang lima
menit di dalam bilik suara, tapi mempertimbangkan dampak dari ‘tusukan’ anda di
bilik sempit itu. Tusukan anda mungkin ‘lembut’, tapi dampaknya bisa saja
‘keras’.
Maka dari itu, membuat
pilihan itu bukan pula perkara yang gampang. Memilih itu seni. Pemilih yang
cerdas membutuhkan kecerdasan dalam memilih.
Kecerdasan tidak ada kaitannya
dengan ‘amplop’. Jadi dapat dipastikan, tidak ada korelasi antara pemilih
cerdas dengan menentukan isi amplop yang diterima. Jika masih ada yang mencoba
menghubungkan antara kecerdasan memilih dengan ‘amplop’ maka segitulah ‘harga’
diri dan martabat anda. Gak cerdas!
Lantas apa yang dapat
dilakukan untuk menjadi pemilih cerdas dan mencerdaskan? Saya menawarkan
beberapa hal berikut ini. Pertama, sucikan pikiran. Dalam mengambil sebuah
keputusan sangat perlu ketenangan.
Syarat utama untuk
mencapai ketenangan tersebut adalah membersihkan hati. Bagaimana mungkin bisa
tenang jika hati masih dipenuhi hal-hal negatif seperti kebencian, kemarahan,
dendam, sinis, sentiment, dan penyakit-penyakit hati lainnya. Hati yang
berpenyakit pasti akan berdampak pada prilaku yang tidak baik.
Pemilih yang cerdas
adalah pemilih yang mendamaikan hatinya sendiri sebelum mendamaikan hati orang
lain. Pemilih yang cerdas memiliki hati yang suci. Perbedaan dalam pilihan politik
tidak menjadikan hatinya ‘korengan’.
Perbedaan itu sebuah keniscayaan. Maka
pemilih cerdas menjadikan perbedaan sebagai kekayaan yang membuat hatinya
bersemi bagai kebun bunga. Hatinya damai dalam irama hiruk pikuk perbedaan.
‘Jagalah hati, jangan kau kotori!’, kata Aa’.
Kedua, pertimbangkan
dampak atau hasil dari pilihan anda. Itu artinya anda harus futuristic. Melihat
apa yang akan terjadi di masa depan.
Jika saya memilih ini, maka dampaknya
kira-kira akan itu. Jika saya memilih itu, maka akan begini. Memang tidak ada
yang pasti, tapi paling tidak kita sudah menghitung-hitung dampak yang
ditimbulkan dari pilihan yang kita berikan.
Dengan cara ini anda
akan terhindar dari segala godaan ‘syaitan’ yang terkutuk. Saya beri tanda
kutif ‘syaitan’-nya karena memiliki banyak makna; syaitan nian dan syaitan
jadi-jadian.
Yang jadi-jadian itu, kepalanya hitam tapi godaannya lebih dahsyat
dari syaitan yang sebenarnya; segala cara. Pemilih cerdas, dia tahu dengan
pasti dampak yang diperoleh dari coblosan yang dilakukannya. ‘Syaitan’ tak
berkutik.
Ketiga, bertanggung
jawab dengan pilihan anda. Sudah jelas awak dewek yang milih, malah orang lain
yang disalahkan. Pemilih cerdas adalah orang-orang yang bertanggung jawab
dengan pilihannya. Ingat, tidak semua pilihan akan berbuah manis seperti yang
sudah anda perkirakan.
Bisa saja, hitungan
anda meleset. Ketika itu terjadi, maka hal terbaik adalah mempertanggung
jawabkannya dengan menerima kenyataan yang ada dan berusaha memperbaiki diri
untuk masa yang akan datang. Hal terburuk adalah dengan menyalahkan orang lain.
Akhirnya, tidak lama
lagi akan tiba masanya anda akan memilih pemimpin anda sendiri. Pemilih cerdas
akan menghasilkan pemimpin berkualitas. Semoga. #BN31022017
(WA085266859000). (Penulis Adalah Pemerhati Politik di Jambi)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE