Korban Politik Dinasti (Mantan Gubernur Banten-Ratu) |
Jambipos Online, Jakarta - Dosen Politik FISIP UIN Syarif
HIdayatullah, Adi Prayitno, mewanti-wanti agar publik tidak memberi ruang
kembalinya politik dinasti karena terbukti hanya menyuburkan korupsi.
Politik dinasti semakin berbahaya, lantaran saat ini meski
dari sisi regulasi politik sudah memdai, namun dari sistem demokrasi belum ajeg
dan tidak ada etika politik yang kuat. Sehingga, kata dia, dinasti politik di Indonesia selalu memiliki kecenderungan
untuk korup.
Ia mencontontohkan, akibat dinasti politik, indeks
pembangunan manusia (IPM) di Banten, selalu saja rendah. Padahal, Banten,
sangat dekat bahkan berbatasan dengan Jakarta. Rendahnya IPM di Banten,
setelah memisahkan diri dari Provinsi Jawa Barat, menjadi bukti tidak ada
kesejahteraan.
"Kenapa sedemikian hancur, karena politik dinasti
menyuburkan praktik korupsi. Terjadi, mulai level gubernur, walikota,
bupati," tegasnya, dalam diskusi Lawan Korupsi Tolak Dinasti Politik yang
diselenggarakan di kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Selasa
(20/12/2016).
Politik kekerabatan, kata Adi, memang akan selalu ada.
Namun menjadi masalah, ketika tokoh yang dihadirkan itu, tidak memiliki
kapasitas.
Di Indonesia, setelah sang ibu tidak berkuasa, anak kemudian
ikut bertarung politik semata demi melanggengkan kekuasaan politik keluarga.
Padahal, politik dinasti memiliki kecenderungan despotik dan korup harus
diberantas sampai akarnya.
Mencerabut Hak Warga
Di tempat sama, pengamat Politik sekaligus Direktur
Lingkaran Madani Indonesia (Lima Indonesia) Ray Rangkuti, menyebut, politik
dinasti di Indonesia telah mencerabut hak warga untuk menikmati berbagai
fasilitas publik. Ini terjadi karena anggaran pemerintah daerah, justru
dinikmati kroni dan keluarga pemilik dinasti politik.
Hal itu diperparah dengan kultur politik yang belum berubah.
Misal, ada kepala daerah yang sudah dua kali menjabat, kemudian mencalonkan
lagi, dengan menjadi wakil. Suksesi politik seperti Pemilihan Kepala Daerah
(Pilkada) semata saling tukar posisi untuk mempertahankan kekuasaan.
"Politik dinasti jelas menghambat regenerasi politik,
sirkulasi kekuasaan. Hampir semua daerah yang mengidap politik dinasti, tidak
bebas korupsi, seperti terjadi di Banten, kakak adik kena kasus korupsi,"
tegas Ray, dalam diskusi Lawan Korupsi Tolak Dinasti Politik yang diselenggarakan
di kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Selasa (20/12/2016).
Ray mengingatkan, politik dinasti menyuburkan praktik
korupsi, seperti terjadi di Banten. Semua sumber daya ekonomi daerah, hanya
dialokasikan ke saudara dan juga keluarga saja.
"Tidak ada yang diuntungkan dari politik dinasti,
kecuali dinastinya sendiri, rakyat tidak akan mendapat apa-apa," tegas
Ray.
Ia mencontohkan, Banten, yang notabene memiliki anggaran
hingga triliunan rupiah, akibat politik dinasti, masyarakatnya tidak sejahtera,
tidak mampu menikmati akses pendidikan dan kesehatan memadai. Kasus jembatan
roboh di Lebak, yang jadi sorotan internasional, jadi bukti.
"Dinasti politik ini tidak ada gunanya bagi republik.
Suburnya korupsi, memberi bukti, tidak akan ada pembangunan memadai kalau
dinasti politik makin subur di daerah, menolak politik dinasti, sama dengan
mengatakan tidak kepada korupsi," tegas dia.
Cegah Jadi Pemimpin
Terpisah, Koordinator Forum Banten Bersih (FBB) sekaligus
Kepala Sekolah Anti Korupsi, Beno Novit Neang, meminta masyarakat untuk lebih
mewaspadai kebangkitan dan bahaya politik dinasti karena hanya menyuburkan
korupsi.
Untuk itu, jangan ada lagi kesempatan para pelaku korupsi
yang tergabung dalam politik dinasti diberi kesempatan memimpin.
Politik dan korupsi dinasti, kasus di banten, korupsi itu
bukan masalah serius yang disikapi, keluarga koruptor masih dengan mudah
memimpin," tegas Beno, dalam diskusi Lawan Korupsi Tolak Dinasti Politik
yang diselenggarakan di kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Ia mengingatkkan, korupsi di Banten begitu massif. Ada
sistem politik dinasti yang menggurita. Tidak ada satu pun mereka yang menjadi
bagian dinasti politik mampu mensejahterakan masyarakat.
"Politik dinasti mulai di era Ratu Atut, setelah tidak
berkuasa, kemudian menunjuk anggota keluarga menjadi kepala daerah. Hampir lima
daerah dikuasi oleh mereka. Politik dinasti ruang membuka untuk korupsi,"
tegasnya.
Agar politik dinasti bisa dihilangkan, ia menyarankan
masyarakat untuk menggunakan hak pilih dan tidak memilih para calon dari bagian
yang terindikasi korupsi.
"Gunakan instrumen untuk memberi sanksi para politisi
culas politik dinasti untuk tidak dipilih," katanya.
Menurut dia, sangat tidak tepat ada penilaian bahwa pengerakan
anti korupsi tidak boleh mengkritik politik dinasti karena masuk wilayah
elektoral. Justru, gerakan anti korupsi, harus masuk lebih dalam lagi.
"Kalau diam sama saja berdosa terhadap publik," ucapnya.
Banten, kata Beno, sudah membuktikan akibat politik
dinasti, ada begitu banyak korupsi besar. Banten merupakan daerah koupsi
terbesar setelah Aceh dan Papua. Tak heram, KPK menjadikan Banten sebagai pilot
project pencegahan korupsi.
Akibat politik dinasti, anggaran publik hanya dipakai
secuil karena mayoritas mengandalkan swasta. Misal di Tangerang Selatan, yang
diurus hanya 40 persen, sisanya 60 persen oleh swasta.
Di tempat sama, peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem), Kholil Pasaribu mengungkapkan, dari berbagai kasus korupsi politik yang terjadi, mayoritas memiliki korelasi dengan dinasti politik. Seperti terjadi di Ciamis, Bangkalan Madura, hingga Banten.
"Sudah ada empat kasus kepala daerah tertangkap, yang berkaitan politik dinasti. Politik dinasti selalu dibangun dengan model dua periode kekuasaan, kemudian disiapkan generas penerus. Birokrasi sudah dikuasi setelah dua kali menang, kemudian menguasai birokrasi dan ceruk ekonomi," tegasnya.
Kata dia, jika politik dinasti tidak dilawan sejak dini,
maka dalam jangka panjang akan sulit dijatuhkan karena sudah menguasasi ekonomi
birokrasi sekaligus juga bisa menggunakan ancaman.
"Perangkat politik dan korporasinya masih kuat meski
bisa saja dinastinya hilang," kata dia.
Contoh nyata politik dinasti, kata Kholil, dalam proyek-proyek
di Banten, seringkali perusahaan dari luar tidak akan bisa masuk. Birokrasi
hanya akan menunjuk perusahaan yang memiliki afiliasi dengan keluarga. Seperti
terjadi dalam korupsi alat kesehatan di RSUD Tangerang Selatan.
Politik dinasti cenderung mengamankan sumber daya ekonomi,
korporasi pun milik saudara , sedangkan perusahaan lain macet tidak akan bisa
masuk ke Banten.
"Tidak ada kontestasi yang fair. Tak heran, wajah di
Banten itu wajah kota lama. Ini terjadi, karena dalam politik dinasti,
pembangunan pendidikan kesehatan dilakukan dengan setengah hati Banten punya
uang banyak tapi dikerubutin keluarga," tegasnya.
Hal lain yang diingatkan oleh Kholil, politik dinasti
berpotensi selalu berusaha curang dalam setiap pemilihan politik seperti
Pilkada. Contoh nyata dalam kasus Pilkada Lebak, Banten.
"Politik dinasti itu selalu berusaha curang dalam
pilkada, merebut kursi dan merebut sumber daya. Politik dinasti memang
cenderung korupsi," tandasnya.
Korelasi Dinasti Politik
Peneliti Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem),
Kholil Pasaribu mengungkapkan, dari berbagai kasus korupsi politik yang
terjadi, mayoritas memiliki korelasi dengan dinasti politik. Seperti terjadi di
Ciamis, Bangkalan Madura, hingga Banten.
"Sudah ada empat kasus kepala daerah tertangkap, yang berkaitan politik dinasti. Politik dinasti selalu dibangun dengan model dua periode kekuasaan, kemudian disiapkan generas penerus. Birokrasi sudah dikuasi setelah dua kali menang, kemudian menguasai birokrasi dan ceruk ekonomi," tegasnya, dalam diskusi Lawan Korupsi Tolak Dinasti Politik yang diselenggarakan di kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Selasa (20/12/2016).
Kata dia, jika politik dinasti tidak dilawan sejak dini,
maka dalam jangka panjang akan sulit dijatuhkan karena sudah menguasasi ekonomi
birokrasi sekaligus juga bisa menggunakan ancaman.
"Perangkat politik dan korporasinya masih kuat meski
bisa saja dinastinya hilang," kata dia.
Contoh nyata politik dinasti, kata Kholil, dalam
proyek-proyek di Banten, seringkali perusahaan dari luar tidak akan bisa masuk.
Birokrasi hanya akan menunjuk perusahaan yang memiliki afiliasi dengan
keluarga. Seperti terjadi dalam korupsi alat kesehatan di RSUD Tangerang
Selatan.
Politik dinasti cenderung mengamankan sumber daya ekonomi,
korporasi pun milik saudara , sedangkan perusahaan lain macet tidak akan bisa
masuk ke Banten.
"Tidak ada kontestasi yang fair. Tak heran, wajah di
Banten itu wajah kota lama. Ini terjadi, karena dalam politik dinasti,
pembangunan pendidikan kesehatan dilakukan dengan setengah hati Banten punya
uang banyak tapi dikerubutin keluarga," tegasnya.
Hal lain yang diingatkan oleh Kholil, politik dinasti berpotensi selalu berusaha curang dalam setiap pemilihan politik seperti Pilkada. Contoh nyata dalam kasus Pilkada Lebak, Banten.
"Politik dinasti itu selalu berusaha curang dalam
pilkada, merebut kursi dan merebut sumber daya. Politik dinasti memang
cenderung korupsi," tandasnya.
Koordinator Forum Banten Bersih (FBB) sekaligus Kepala Sekolah Anti Korupsi, Beno Novit Neang, meminta masyarakat untuk lebih mewaspadai kebangkitan dan bahaya politik dinasti karena hanya menyuburkan korupsi.
Untuk itu, jangan ada lagi kesempatan para pelaku korupsi
yang tergabung dalam politik dinasti diberi kesempatan memimpin.
Politik dan korupsi dinasti, kasus di banten, korupsi itu
bukan masalah serius yang disikapi, keluarga koruptor masih dengan mudah
memimpin," tegas Beno, dalam diskusi Lawan Korupsi Tolak Dinasti Politik
yang diselenggarakan di kampus Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah,
Selasa (20/12).
Ia mengingatkkan, korupsi di Banten begitu massif. Ada sistem politik dinasti yang menggurita. Tidak ada satu pun mereka yang menjadi bagian dinasti politik mampu mensejahterakan masyarakat.
"Politik dinasti mulai di era Ratu Atut, setelah tidak
berkuasa, kemudian menunjuk anggota keluarga menjadi kepala daerah. Hampir lima
daerah dikuasi oleh mereka. Politik dinasti ruang membuka untuk korupsi,"
tegasnya.
Agar politik dinasti bisa dihilangkan, ia menyarankan
masyarakat untuk menggunakan hak pilih dan tidak memilih para calon dari bagian
yang terindikasi korupsi.
"Gunakan instrumen untuk memberi sanksi para politisi
culas politik dinasti untuk tidak dipilih," katanya.
Menurut dia, sangat tidak tepat ada penilaian bahwa
pengerakan anti korupsi tidak boleh mengkritik politik dinasti karena masuk
wilayah elektoral. Justru, gerakan anti korupsi, harus masuk lebih dalam lagi.
"Kalau diam sama saja berdosa terhadap publik," ucapnya.
Banten, kata Beno, sudah membuktikan akibat politik
dinasti, ada begitu banyak korupsi besar. Banten merupakan daerah koupsi
terbesar setelah Aceh dan Papua. Tak heram, KPK menjadikan Banten sebagai pilot
project pencegahan korupsi.
Akibat politik dinasti, anggaran publik hanya dipakai
secuil karena mayoritas mengandalkan swasta. Misal di Tangerang Selatan, yang
diurus hanya 40 persen, sisanya 60 persen oleh swasta. (Rel-Gandi)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE