Jembatan Muarasabak-Zumi Zola-Desaign Pelabuhan Ujung Jabung. Dok Jampos |
Jambipos Online, Jambi-Upaya yang dilakukan Pemerintah
Provinsi (Pemprov) Jambi untuk mewujudkan pembentukan tata ruang wilayah
Kawasan Strategis Pantai (KSP) Timur Jambi, sebagai pendukung pembentukan
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) tampaknya masih terseok-seok. Gubernur Jambi H
Zumi Zola kini “mengabaikan” KSP Timur Jambi sebagai KEK. Hal ini tampak dari
kebijakan Zumi Zola yang menghentikan kelanjutan pembangunan Pelabuhan Samudra
Ujung Jabung.
Sejak dilantik menjadi Gubernur Jambi Februari 2016 lalu, kebijakan
Zumi Zola belum menampakkan pemetaan pembangunan KSP Timur Jambi sebagai KEK.
Zumi Zola kini baru berkutat pada pemantapan penempatan Pejabat Eselon II dan
III dalam kepemimpinannya. Bahkan dengan lelang jabatan hingga pergeseran serta
penonjob-an sejumlah pejabat sudah dilakukan.
Paling santer lagi, awal Januari 2017, Gubernur Jambi H
Zumi Zola bakal mengganti sekitar 30 pejabat eselon II dan III di lingkungan
Pemprov Jambi. Beredar rumor hal itu dilakukan guna percepatan Visi Misi “Jambi
Tuntas 2021”.
Terlepas dari kebijakan soal pergantian pejabat itu, semoga
kedepan Pemprov Jambi, khususnya Bappeda Provinsi Jambi lebih memantapkan
program menuju KSP Timur Jambi sebagai
KEK. Hal ini penting sebagai pintu gerbang ekonomi Provinsi Jambi menuju
kemakmuran bersama.
Sementara Sekretaris Daerah Provinsi Jambi Ridham Priskap
kepada wartawan baru-baru ini mengatakan, kawasan strategis pantai timur itu terdapat
di Kabupaten Tanjungjabung Barat dan Tanjungjabung Timur. Terdapat pula dua
rencana pembangunan pelabuhan yakni Pelabuhan Muarsabak dan Ujung Jabung.
“Dua pelabuhan itu merupakan pendukung bagaimana dua
wilayah tersebut menjadi kawasan strategis untuk meningkatkan perekonomian di
Jambi,” ujarnya.
Disebutkan, tujuan pembentukan RTR KSP Pantai Timur Jambi
ini agar pengembangan kawasan yang akan kita dorong menjadi KEK lebih terarah
dan terukur. Makanya nanti akan ada mapping tata ruang wilayah, seperti
penyesuaian kawasan industri dan letak pelabuhan. Serta posisi kawasan
permukiman.
“Terkait pengembangan kawasan strategis tersebut, tidak hanya menggunakan APBD Pemprov Jambi
saja, namun ada bantuan dari Pemerintah Pusat. Kalau menggunakan anggaran kita
saja itu tidak akan cukup. Nanti kita upayakan bagaimana ada bantuan dari
APBN," katanya.
Terpisah, Wakil Gubernur Jambi Fachrori Umar menambahkan, bahwa
Pemerintah Provinsi Jambi tetap mendorong pembentukan kawasan ekonomi khusus di
wilayah pantai timur tersebut.
Dikatakan, terbentuknya kawasan ekonomi khusus tersebut, Pemprov
Jambi mengupayakan melalui kerja sama secara intensif dengan Kementerian
Perhubungan untuk percepatan penyelesaian pembangunan Pelabuhan Ujung Jabung
dan Muarasabak.
“Secara simultan Pemprov Jambi juga berupaya melakukan
percepatan pembangunan akses jalan menuju Pelabuhan Ujung Jabung yang
dilaksanakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Urusan jalan
tersebut telah menjadi kewenangan pemerintah pusat,” katanya.
Sedangkan untuk pembentukan kawasan industri di wilayah
timur Provinsi Jambi, pihaknya sedang melakukan studi kelayakan pengembangan
kawasan industri seluas kurang lebih 198 hektare yang lahannya merupakan milik
pemprov ini, yang berbatasan dengan areal kawasan Pelabuhan Muarasabak milik
Pelindo II.
Dari hasil studi kelayakan tersebut diharapkan dapat
rekomendasi yang realistis terkait dengan rencana pengembangan kawasan ekonomi
pada lokasi tersebut. Sementara untuk meningkatkan konektivitas dengan kawasan
Pelabuhan Ujung Jabung, Pemprov Jambi juga telah menganggarkan LARAP dan amdal
pembangunan rel kereta api penghubung `railway` Sumatera, dengan jalur rel
kereta api menuju kawasan Ujung Jabung.
Ranperda KEK
Disebutkan, Pemprov Jambi dan DPRD Provinsi Jambi pada 2015
telah mengesahkan Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2015 tentang Kawasan Strategis
Ujung Jabung. Dengan ditambahnya Raperda tentang Kawasan Strategis Pantai Timur
Provinsi Jambi ini, sejumlah anggota DPRD Provinsi setempat mengapresiasi
dengan kebijakan tersebut. Namun ada beberapa poin yang saat ini masih
diperdebatkan dalam penyusunan Raperda ini.
Anggota DPRD Provinsi Jambi dari Fraksi Gerindra M Khairil
kepada wartawan mengatakan, Raperda ini belum memuat dan mengatur zona risiko
bencana yang berada di wilayah pesisir timur Provinsi Jambi.
Disebutkan, pengaturan zona ini menjadi penting mengingat
Provinsi Jambi berdasarkan analisa risiko bencana memiliki potensi bencana alam
yang berbeda-beda. Selain itu, pembagian zonasi pada Raperda KSP Pantai Timur
belum sepenuhnya memperlihatkan rangkaian tata kelola pembangunan dari kawasan
pantai timur menuju kawasan strategis Ujung Jabung.
Kata Khairil, DPRD Provinsi Jambi juga belum mengetahui
bagaimana pola mekanisme kerja sama pemerintah dengan pihak swasta yang mungkin
dilakukan dalam rencana pengembangan kawasan.
Beberapa anggota DPRD Provinsi Jambi juga mempertanyakan
bagaimana proses mekanisme lainnya seperti status hak atas tanah adat dan tanah
negara nantinya, kemudian bagaimana proses kajian ilmiah yang dilakukan oleh
Pemprov Jambi dalam menentukan wilayah strategis menuju kawasan ekonomi khusus
tersebut.
Sementara Gubernur Jambi H Zumi Zola mengatakan, percepatan
infrastruktur penunjang KSP Timur Jambi sebagai KEK, saat ini Provinsi Jambi
butuh pembangunan pelabuhan yang cepat sebagai upaya meningkatkan perekonomian
masyarakat dan menjadikan wilayah timur sebagai kawasan ekonomi khusus.
Saat ini Pelindo II punya lahan 200 hektare dan pondasi
untuk pelabuhan di Muara Sabak, Kabupaten Tanjung Jabung Timur. Pembangunan
Pelabuhan Muara Sabak itu sudah ada sejak zaman Gubernur Zulkifli Nurdin yang
tak lain adalah ayah kandung Zumi Zola. Namun pembangunan pelabuhan pada masa
kepimpinan Zulkifli tidak selesai.
“Ini kan aset, kalau tidak digunakan mubazir, lokasinya
cukup bagus. Saya sudah bicarakan dengan pihak Pelindo II tentang bagi-bagi
tugas membangunnya," katanya.
Kata Zola, rencananya Pelindo membangun di atas lahan 200
hektare itu, sedangkan Pemprov Jambi membangun jalan menuju pelabuhan sepanjang
60 kilometer. “Kami sedang mendorong ke Kementerian Pekerjaan Umum (PU) karena
jalan ini untuk pelabuhan, membutuhkan biaya besar. Jadi kita bagi-bagi
kewenangan," katanya.
Sedangkan Pelabuhan Samudera Ujung Jabung di Kecamatan
Sadu, Kabupaten Tanjung Jabung Timur, juga tetap didorong pembangunannya. Namun
kata Zola jangan sampai Jambi kalah waktu hanya karena menunggu pembangunan
Ujung Jabung selesai.
"Ujung Jabung tetap dilakukan pembangunannya, tetapi
biayanya tidak sedikit, ada 4.200 hektare lahan. Artinya waktunya pun tidak
akan singkat untuk membangun, sedangkan sekarang MEA sudah berlangsung. Kalau
kita menunggu Ujung Jabung maka kita akan kalah waktu," katanya.
Dia mencontohkan, Kota Sungaipenuh dan Kabupaten Kerinci
yang merupakan penghasil Kayu Manis bahkan sudah ekspor ke Eropa, namun
kewalahan ini mengirim hasil produksi karena Jambi belum memiliki (hilirisasi)
pelabuhan yang representatif.
“Kayu Manis itu sekarang dikirim melalui pelabuhan di
provinsi tetangga, dampaknya provinsi tetangga mengklaim itu hasil produksi
mereka. Jadi kita rugi banyak, petani rugi Pemprov Jambi juga rugi,"
ujarnya.
Sebab itu, kata Zola, dirinya sangat mendorong mana
pelabuhan yang pembangunannya bisa lebih cepat dari Ujung Jabung yang
ditargetkan selesai pada 2020 itu.
Zumi Zola berharap pembangunan Pelabuhan Muara Sabak cepat
teralisasi agar bisa mendukung Pelabuhan Talang Duku di Kabupaten Muarojambi
yang sudah ada, serta Pembangunan Ujung Jabung yang masuk poros maritim itu
juga bisa berjalan.
“Pemprov Jambi terus berupaya mendatangkan investor untuk
berinvestasi di Jambi dengan meyakinkan investor bahwa yang ditawarkan Jambi
dari segi bisnis sangatlah menguntungkan. Pemerintah semangatnya tidak lain
tidak bukan, hanya untuk mensejahterakan masyarakat di Jambi," katanya.
Jalan Pelabuhan
Terpisah, Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum
Provinsi Jambi H Arfan, mengatakan bahwa saat ini pihaknya tengah melakukan
pembangunan jalan di kawasan Pelabuhan Muarasabak menuju Pelabuhan Ujung Jabung
sepanjang 42 kilometer.
“Dari Kota Jambi-Muara Sabak itu didanai APBN. Namun dari
Muara Sabak-Ujung Jabung kita lakukan pembangunan dengan APBD. Sekarang kita
sudah bebaskan 22 kilometer, sisanya 20 kilometer lagi akan dilakukan pada
2017," kata Arfan.
Kemudian, pada 2017 juga akan mulai dilakukan pembangunan
jembatan di Sungai Rambut sepanjang satu kilometer dengan dana sebesar Rp300
miliar.
“Ini masuk skala prioritas kita. Harapan kita di sini skema
APBN bisa masuk. Karena memang dana kita terbatas dan dimungkinkan dari APBN
bisa dikerjakan disebabkan jalan yang ada di kawasan itu belum ada
statusnya," ujarnya.
Dengan ditetapkannya kawasan strategis Pantai Timur, dan
selesainya pembangunan dua pelabuhan di daerah itu diharapkan wilayah Jambi
bagian timur bisa menjadi kawasan ekonomi khusus dalam meningkatkan
perekonomian daerah ini ke depan.
Tiga Bandara
Sebagai upaya peningkatan perekonomian di Provinsi Jambi,
keberadaan tiga bandar udara (bandara) di Provinsi Jambi merupakan suatu pintu
atau gerbang akses yang memadai. Selain pengembangan Kawasan Strategis Pantai
(KSP) Timur Jambi, sebagai pendukung pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), Pemprov
Jambi juga akan fokus mengembangkan tiga bandar udara (airport) pada 2017 dalam
upaya meningkatkan perekonomian daerah dan pariwisata.
Tiga bandara di Provinsi Jambi yang akan dikembangkan itu
yakni Bandara Sultan Thaha di Kota Jambi, Bandara Depati Parbo di Kabupaten
Kerinci dan Bandara Bungo di Kabupaten Bungo. Bandara Sultan Thaha Jambi akan
diupayakan bertaraf internasional sedangkan Bandara Bungo akan ditingkatkan
fasilitas pendukungnya.
Sementara Bandara Depati Parbo Kerinci dikembangkan dalam
upaya menunjang kabupaten itu sebagai pencitraan pariwisata Jambi. "Presiden
sangat peduli sekali dengan pariwisata, apalagi Kerinci sudah menjadi
`branding` pariwisata Jambi. Tentu untuk meningkatkan pariwisata Kerinci
pengembangan infrastruktur yang paling tepat adalah bandara," kata Zumi
Zola dalam suatu kesempatan.
Gubernur Jambi mengatakan bahwa dirinya sudah menghadap
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, guna berkoordinasi terkait pengembangan
Sektor Perhubungan Jambi ke depan.
Dari pertemuan itu Zola mengatakan Jambi dipandang sangat
potensial sekali untuk pengembangan perekonomian secara khusus pada sektor
Perhubungan. “Pertemuan dengan Menteri Perhubungan itu menindaklanjuti
pembicaraan dengan bapak Presiden beberapa waktu lalu terkait keingginannya
mengembangkan bandara-bandara kecil, khususnya di Jambi," kata Zola.
Zola menjelaskan, untuk Bandara Sultan Thaha Jambi
diupayakan bertaraf internasional. Itu terlihat dari rencana pembangunan dua
terminal di Bandara Sulthan Thaha yang seharusnya dilakukan pada 2019,
dimajukan pembangunannya tahun 2017 dan 2018 kembali dibangun lagi dua
terminal. Landasan pacu (runway) dari 2.220 meter juga akan diperpanjang
menjadi 2.600 meter.
“Ini langkah awal untuk menunjang Bandara Sultan Thaha
Jambi menjadi bandara internasional, kita harus lengkapi persyaratannya. Di
samping itu Jambi harus ada tujuan yang diinginkan para wisatawan yaitu wisata
Kerinci. Dan untuk menunjang itu fasilitas bandara di sana harus
dibenahi," ujarnya.
Di samping itu, sudah banyak maskapai yang bersedia terbang
dari dan ke Jambi via Bandara Sultan Thaha jika semua fasilitas disiapkan. “Kita
rencananya buka penerbangan Jambi-Solo, Jambi-Bandung dan Jambi-Padang. Sebab
itu ini perlu dikembangkan," tegasnya.
Selain itu diupayakan adanya frekuensi penerbangan
internasional, mengingat banyaknya penduduk provinsi itu berpergian ke luar
negeri. Yakni ke Singapura dan Malaysia, namun selama ini melalui Bandara Batam
atau Bandara Soekarno Hatta.
Zumi Zola mengatakan transportasi udara sangat berpengaruh
terhadap perkembangan dan kemajuan perekonomian daerah. Sebab itu dirinya
berharap agar penerbangan dari dan ke Jambi semakin meningkat, baik dari sisi
penambahan rute maupun dari sisi penambahan frekuensi penerbangan dari yang tersedia
saat ini.
GM Angkasa Pura II Jambi Achmad Syahir, mengatakan saat ini
pihaknya masih terus mengkaji untuk menjadikan Bandara Jambi sebagai Bandara
Internasional. Namun jika untuk penambahan rute, saat ini Sultan Thaha-Surabaya
dan Kualanamu-Sultan Thaha sangat potensial.
Dijelaskan, saat ini secara fasilitas dan regulasi, Bandara
Sultan Thaha belum memenuhi untuk menjadi Bandara Internasional. Salah satunya
belum adanya area khusus ruang tunggu internasional, dan area untuk perangkat
imigrasi dan Bea Cukai.
“Rencananya 2017 ada pengembangan terminal. Kalau
terminalnya sekarang hanya 12.000 m2 dan akan ada tambahan 10.000 m2 lagi.
Dengan pengembangan terminal tersebut memungkinkan akan dibuka untuk
penerbangan internasional," katanya.
Setelah dibangun tambahan terminal baru nanti, tinggal
pihak maskapai menyampaikan pangsa pasarnya dan membuka rute serta poses
lainnya. Angkasa Pura yang mengurus segala perizinan dan regulasinya.
Terkait lonjakan penumpang, Achmad mengatakan Jambi sangat
bagus, dengan asumsi pada akhir 2016 ini mencapai 1,6 juta penumpang.
Dukung 'Branding' Pariwisata Gubernur Jambi Zumi Zola
mengatakan bahwa pengembangan Bandara Depati Parbo di Kabupaten Kerinci harus
segera dilaksanakan untuk meningkatkan akses disektor pariwisata karena Kerinci
sudah ditetapkan sebagai 'branding' pariwisata Jambi.
“Pengembangan bandara tersebut harus segera dilakukan dalam
mendukung pariwisata dan ekonomi Kabupaten Kerinci," katanya saat
berkunjung ke Kerinci, belum lama ini. Dalam kunjungan kerjanya ke Kerinci itu,
Gubernur Jambi meninjau langsung kondisi Bandara Depati Parbo yang
kewenangannya di bawah Kementerian Perhubungan.
Anggota Komisi V DPR RI Dapil Provinsi Jambi H Bakri (paling kanan) saat meninjau Bandara Depati Parbo Kerinci baru-baru ini. |
Bandara Depati Parbo Kerinci itu tinggal proses di daerah
untuk perluasan landasan pacu (runway). Selanjutnya sudah jadi komitmen
Kementerian Perhubungan untuk fasilitas pendukungnya. Bahkan Presiden Jokowi,
kata Zola, sudah menyampaikan bahwa dirinya akan siap berkunjung ke Kerinci dan
meresmikan Bandara Depati Parbo.
“Kita lihat kondisi riil dan waktu pengembangannya ke mana
dan kapan, mengingat waktu dan kondisi saat ini anggaran perubahan sudah masuk.
Kita inginkan pengembangan bandara ini tetap diproses, diantaranya terminal
penumpang dan fasiilitas penunjang lainnya. Karena keberadaan bandara ini sangat
representatif," katanya.
Bandara Depati Parbo yang saat ini memiliki landasan pacu
sepanjang 1.800 meter itu sudah bisa didarati pesawat jenis ATR 72. Menurut Zumi
Zola, landasan pacu dengan panjang tersebut sudah cukup, hanya saja yang perlu
ditambah yakni maskapai yang membuka frekuensi penerbangan ke daerah itu.
“Tinggal maskapainya yang perlu ditambah, kalau bisa harus
ada dua atau sampai tiga maskapai yang membuka rute penerbangan ke Kerinci. Ke
depan Pemprov Jambi akan mencari maskapai penerbangan agar mau mengembangkan
bisnisnya dengan membuka rute penerbangan ke Kabupaten Kerinci,” sebutnya.
Karena daerah Kerinci itu mempunyai potensi wisata yang
luar biasa dan juga sudah ditetapkan sebagai ikonnya pariwisata Jambi, nanti
saya akan mencari maskapai supaya melayani penerbangan ke Kerinci.
Bupati Kerinci Adirozal mengatakan, Pemkab Kerinci siap
melakukan upaya pembebasan lahan jika Kementerian Perhubungan komitmen dalam
pengembangan bandara tersebut. “Jajaran kami siap dalam pembebasan lahan untuk
pengembangan bandara, jika memang itu diminta kita akan duduk bersama. Artinya
dalam pembebasan lahan itu nantinya jangan sampai ada yang dirugikan,"
kata Adirozal.
Bandara Depati Parbo saat ini kata Bupati menjelaskan, baru
ada satu maskapai penerbangan yakni Susi Air yang membuka rute penerbangan
Jambi-Kerinci dan sebaliknya, dalam satu pekan hanya ada dua jadwal penerbangan
yakni Selasa dan Kamis.
Karena daerah itu mempunyai potensi pariwisata dan ditambah
lagi dengan kondisi yang hanya ada satu maskapai itu membuat penumpang yang
akan menggunakan moda transportasi udara belum terlayani dengan baik.
"Sebelumnya memang ada maskapai Lion Group yang akan
membuka rute penerbangan, namun saat ini belum terealisasi karena masih ada
kajian yang belum selesai. Saat ini misalnya ada penumpang yang mau menggunakan
jalur udara harus memesan jauh-jauh hari, karena itu kami berharap ada maskapai
lagi yang mau membuka rute penerbangan ke Kerinci," katanya.
Sementara bandara di Kabupaten Bungo sebagai bandara
perintis dengan panjang runwat 1.800 meter itu, juga diupayakan ada penambahan
frekuensi penerbangan dari empat kali menjadi tujuh kali penerbangan dalam satu
minggu atau setiap hari.
Penambahan frekuensi penerbangan Bandara Bungo-Jakarta
didasarkan laporan bupati Bungo tentang potensi penumpang dari Bungo ke Jakarta
dan sebaliknya.
Wakil Bupati Bungo, Apri mengatakan, respon masyarakat
sangat positif sekali untuk dilakukan penambahan penerbangan Muara
Bungo-Jakarta yang saat ini hanya empat kali dalam seminggu melalui maskapai
Sriwijaya.
Disebutkannya, pertumbuhan penumpang pada bulan Agustus
2016, rata-rata jumlah penumpang datang adalah 102 orang atau 87,50 persen dari
jumlah seat maksimum, dan rata-rata jumlah penumpang berangkat adalah 104 orang
atau 86,67 persen dari jumlah maksimum seat.
Dengan dikembangkannya pengembangan Kawasan Strategis
Pantai (KSP) Timur Jambi, sebagai pendukung pembentukan Kawasan Ekonomi Khusus
(KEK) serta tiga bandara di Jambi pada 2017 diharapkan ke depan sektor
perekonomian dan pariwisata Jambi dapat meningkat sehingga berdampak pada
kesejahteraan masyarakat. Semoga. (Asenk Lee Saragih)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE