Anak-anak Suku Anak Dalam (Orang Rimba-Jambi). |
Jambipos Online, Jambi - Tindak kekerasan terhadap anak dan
perempuan di Provinsi Jambi satu tahun terakhir masih cukup tinggi. Pengaduan
tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan di daerah itu tahun 2016 mencapai
112 kasus atau meningkat 46,42 % dibanding tahun 2015 sekitar 60 kasus. Tindak
kekerasan terhadap anak dan perempuan tersebut didominasi pelecehan atau kekerasan
seksual dan penganiayaan.
Demikian dikatakan Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat,
Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga (BPMPPK) Provinsi Jambi, Eni Harriyati pada
kampanye Pencegahan dan Penghentian Kekerasan terhadap Anak dan Perempuan
se-Provinsi Jambi di lapangan kantor Gubernur Jambi, Jumat (25/11).
Kampanye tersebut bertajuk 3Ends, End Violence Againts
Woman anda Children (akhiri kekerasan terhadap perempuan dan anak), End Human
Trafficing (akhiri perdagangan orang) dan End Barries to Economic Justisce
(akhiri kesenjangan ekonomi terhadap anak dan perempuan).
Menurut Eni Harriyati, ini tidak lepas dari semakin
bertambahnya kesadaran warga masyarakat dalam pencegahan maupun penanggulangan
kekerasan terhadap anak dan perempuan.
“Selama ini banyak kasus tindak kekerasan terhadap anak dan
perempuan tidak dilaporkan atau didiampan keluarga serta warga masyarakat.
Akibaynya tindak kekerasan anak dan perempuan sering berulang. Namun belakangan
ini kesadaran warga masyarakat melaporkan tindak kekerasan anak dan perempuan
meningkat. Selama Januari – November ini, pengaduan mengenai tindak kekerasan
anak dan perempuan rata-rata satu kasus dalam dua hari,” katanya.
Dijelaskan, meningkatnya tindak kekerasan terhadap anak dan
perempuan di Provinsi Jambi dipengaruhi kurangnya pengawasan warga masyarakat
terhadap kasus-kasus kekerasan anak dan perempuan di lingkungannya. Warga
masyarakat di Jambi masih banyak yang kurang memperhatikan kehidupan
tetangganya, sehingga tindak kekerasan anak dan perempuan di sekitar mereka
sering tidak diketahui.
“Pelaku tindak kekerasan di Jambi banyak dilakukan anggota
keluarga terdekat. Tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan tersebut sering
kurang terpantau karena warga kurang memperhatikan tetangganya. Tindak
kekerasan terhadap anak dan perempuan baru terungkap setelah muncul pengaduan,”
ujarnya.
Menurut Eni, tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan
di Provinsi Jambi banyak terjadi di daerah pedesaan. Kecenderungan tersebut
terjadi karena pengawasan terhadap tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan
masih relatif kurang. Kemudian kondisi permukiman warga masyarakat di pedesaan
berjauhan.
Sementara itu Sekretaris Daerah (Sekda)Pemerintah Provinsi
(Pemprov) Jambi, Ridham Priskap pada kesempatan tersebut mengakui, pencegahan
dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap anak dan perempuan di Jambi masih
sulit dilakukan. Persoalannya, kesadaran warga masyarakat untuk mengawasi
kehidupan warga sekitarnya masih relatif kurang, terutama di daerah pedesaan
yang rumah warga banyak berjauhan.
“Namun demikian upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan
tindak kekerasan terhadapanak dan perempuan harus terus ditingkatkan. Kampanye
terhadap pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan terhadap anak dan
perempuan juga perlu terus diperluas kepada segenap lapisan masyarakat,”
tambahnya. (JP-03)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE