Jambipos Online, Jambi-Gubernur
Jambi, H. Zumi Zola Zulkifli (Z3) S.TP, MA dianugerahi Kawastara Pawitra,
yakni penghargaan bagi kepala daerah yang berintegritas dalam penyiapan
calon kepala sekolah, yang diberikan oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, Prof. Dr. Muhajir, M.Si, bertempat di
Kota Surakarta (Solo), Provinsi Jawa Tengah, Sabtu (15/10/2016).
"Harus dibangun di atas pondasi karakter, maka sekolah harus bertanggung jawab menanamkan karakter. SD dan SMP harus lebih menekankan pada karakter. Namun, karakter tidak bisa diseragamkan, ada kearifan lokal yang tentunya berbeda-beda, yang harus dilestarikan," ujar Muhajir.
Zola: Ini Penghargaan untuk Seluruh Masyarakat Provinsi Jambi
Penganugerahan Kawastara Pawitra merupakan pemberian
penghargaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kepada
Provinsi/Kabupaten/Kota/ Yayasan yang telah mengimplementasikan Permendiknas Nomor 28 Tahun 2010.
Zola menjadi satu-satunya gubernur di Indonesia yang
dianugerahi penghargaan tersebut oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia.
Usai acara, dalam sesi wawancara, menanggapi penganugerahan
Kawastara Pawitra oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI, Zola
menyatakan,"Alhamdulillah, ini suatu penghargaan bagi kita semua,
masyarakat Provinsi Jambi, tetapi penghargaan ini haruslah menjadi
penambah motivasi kita, baik Pemda, maupun semua kepala sekolah, semua
guru, juga semua masyarakat, untuk lebih memperhatikan sektor
pendidikan," ujar Zola.
"Ini untuk anak-anak kita, untuk SDM (Sumber Daya Manusia)
kita, kalau kita bersaing, SDM lah yang akan menentukan unggul tidaknya
daya saing kita. Jadi, tolong jadikan ini pemicu semangat untuk kita
semua," tutur Zola.
Menanggapi salah satu permasalahan pendidikan yang sangat
penting di Indonesia, yakni ketimpangan pendidikan, Zola menjelaskan, di
Provinsi Jambi, Pemerintah Provinsi Jambi juga sudah menginventarisir
permasalahan yang berkaitan dengan ketimpangan tersebut, baik dari sisi
jumlah guru dan fasilitas, dan dengan segala keterbatasan, akan
diupayakan jalan keluarnya.
"Jumlah kelas dan fasilitas memang harus ditingkatkan,
butuh sekitar 1.500 (ruang kelas) hanya untuk SMA/SMK yang harus
dibangun. Saya sudah keliling (kabupaten/kota) se Provinsi Jambi,
kondisinya sangat banyak yang membutuhkan gedung kelas baru, banyak
anak-anak SMA/SMK yang menggunakan laboratorium sebagai ruang kelas, ada
juga yang menggunakan perpustakaan. Tentu ini tidak ideal kondisi
seperti ini," ungkap Zola.
"Oleh sebab itu, setiap sekolah itu saya katakan untuk
menyampaikan apa yang dibutuhkan, tetapi kebutuhan dasar dulu, apa yang
menjadi prioritas, kebanyakan memang lokal. Saya tanyakan Kepala Dinas
Pendidikan Provinsi Jambi, 1.500 kurang lebih," jelas Zola.
"Dan, tadi sudah saya sampaikan juga ke Pak Menteri, Pak
Sekjen, dan Pak Dirjen, bahwa Provinsi Jambi butuh itu, sudah saya
sampaikan kondisinya," tambah Zola.
"Begitu juga dengan masalah gurunya, ada yang satu sekolah
itu menumpuk, ada yang satu sekolah lain malah kurang, sehingga untuk
melakukan proses belajar mengajar, harusnya direkrut yang non PNS,
karena kondisinya seperti itu. Ada juga beberapa sekolah yang jumlah
guru PNS-nya jauh lebih sedikit dibanding jumlah guru non PNS. Ini
menjadi suatu masalah tersendiri. Jadi memang kuncinya kalau kita ingin
meratakan kualitas ini, mau tidak mau harus ada komitmen juga dari pihak
sekolahnya, kepala sekolahnya, para gurunya, pengawasnya juga," terang
Zola.
Selain itu, Zola menyatakan, berkaitan dengan pemerataan
jumlah guru, ada sertifikasi yang harus disertai dengan kewajiban jumlah
jam mengajar, yakni 24 jam, dan kalau misalnya dalam satu sekolah
jumlah guru PNS-nya berlebih, berarti, target 24 jam dalam seminggu
tidak akan terpenuhi, yang berimbas pada sertifikasi. "Jadi tolong bantu
kami, dan juga membantu guru masing-masing dengan ketika nanti
ditugaskan di satu sekolah, target tersebut dipenuhi," tegas Zola.
"Arahan dari Pak Menteri sudah jelas seperti itu, dan harus
kami lakukan sosialisasi ke lapangan, dan hanya bisa berhasil kalau
didukung oleh semua pihak, termasuk oleh semua tenaga pengajar," pungkas
Zola.
Sebelumnya, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia, Prof. Dr. Muhajir, M.Si mengapresiasi upaya kepala sekolah
untuk meningkatkan pendidikan sekolah dengan pengembangan kapasitas
pribadi dan kapasitas managerial.
Muhajir menyatakan, Kawastara Pawitra yang diselenggarakan
oleh LPPKS (Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala Sekolah)
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, merupakan
salah satu upaya pembangunan pendidikan dengan meningkatkan kemampuan
kepala sekolah dalam me-manage sekolah.
Muhajir berpesan bahwa mindset kepala sekolah harus
berubah, kepala sekolah bukan hanya sebagai guru, tetapi sebagai manajer
sekolah, kepala sekolah harus punya visi untuk mengembangkan dan
memajukan sekolah, namun tetap berintegritas, dan untuk itu kepala
sekolah harus bisa berpikir out of the box.
Muhajir mengemukakan platform kerjanya, sesuai dengan visi
Presiden Indonesia, Joko Widodo, adalah membangun pondasi yang kokoh
dalam bidang pendidikan, dengan penekanan pada pendidikan karakter.
Muhajir menganalogikan pendidikan dengan membangun sebuah
rumah, jenjang PAUD sebagai tanahnya, jenjang SD dan SMP sebagai
pondasi, jenjang SMA sebagai bangunan, dan jenjang perguruan tinggi
sebagai atapnya, dimana pondasinya (SD dan SMP) harus diprioritaskan
pendidikan karakter.
"Harus dibangun di atas pondasi karakter, maka sekolah harus bertanggung jawab menanamkan karakter. SD dan SMP harus lebih menekankan pada karakter. Namun, karakter tidak bisa diseragamkan, ada kearifan lokal yang tentunya berbeda-beda, yang harus dilestarikan," ujar Muhajir.
Muhajir menuturkan, ada 6 komponen pembentuk karakter,
yaitu 1.Read (membaca), 2.Write (menulis), 3.Aritmatika (berhitung),
4.Etika, 5.Estetika (seni), dan 6.Kinestetika (latihan otot, berolah
raga).
Muhajir mengungkapkan dua hal yang harus ditangani dalam
pembangunan pendidikan, yakni kesenjangan (ketimpangan), dan menyiapkan
tenaga kerja.
Selanjutnya, Muhajir menghimbau seluruh kepala daerah,
seluruh sekolah, dan seluruh guru, serta seluruh pemangku kepentingan
pendidikan, untuk bersatu padu memajukan pendidikan Indonesia.
Kepala LPPKS (Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Kepala
Sekolah) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Prof.
Dr. Siswandari, dalam laporannya menyampaikan, 113 orang kepala daerah
yang dianugerahi Kawastara Pawitra.
Siswandari menjelaskan, kawastara artinya kelebihan atau
kentara, pawitra artinya bersih, jernih. "Jadi ruhnya seleksi akademik
dengan praktek yang bersih," tutur Siswandari.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Sekolah SMK Negeri 8
Surakarta (Solo), Dra.Destiansi,MM dan Bupati Sijunjung Provinsi
Sumatera Barat, Drs.H.Yuswir Arifin, memberikan testimoni tentang upaya
kepala sekolah memajukan sekolah, dan upaya Pemerintah Daerah dalam
seleksi kepala sekolah, menyiapkan kepala sekolah yang handal.
Kepala Sekolah SMK N 8 Surakarta menyatakan, banyak manfaat
yang didapatkan dari LPPKS, sedangkan Bupati Sijunjung menekankan agar
dalam belajar mengajar, kepala sekolah betul-betul yang mampu, siap,
bertanggung jawab, dan berinovasi mengikuti perkembangan.
Bupati Sijunjung menyatakan, saat ini, 84% kepala sekolah
di Kabupaten Sijunjung dari proses LPPKS, dan pada tahun 2017 diharapkan
100% kepala sekolah kabupaten yang dipimpinnya alumni dari LPPKS.
Dari Provinsi Jambi, selain Zola, ada 3 kepala daerah yang
juga dianugerahi Kawastara Pawitra tersebut, yakni Walikota Jambi yang
diwakili oleh Sekda Kota Jambi, Daru Pratomo, Bupati Batanghari, dan
Bupati Tanjung Jabung Barat.
Persembahan tarian budaya Solo dari siswa sisiwi SMK N 8
Surakarta dan Sinden dari masyarakat Solo turut memeriahkan acara
tersebut. (Mustar Hutapea)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE