Masnah Busro dan Zoerman Manap. Ist www.imcnews.id |
Jambipos Online, Jambi-Kadar Politik Ketua Umum DPD I Partai Golkar Provinsi Jambi H Zoerman Manap kini diuji di Pemilihan Bupati Muarojambi 2017 mendatang. Terdepatknya kader Golkar Masnah Busro dari pencalonan, membuat kepiawaian Politik Zoerman Manap kini tengah diuji.
Golkar tak mengusung kader sendiri di Pilkada Muarojambi 2017, menjadi batu sandungan bagi partai berlambang pohon beringin itu. Bahkan Masnah Busro yang kini menjabat Anggota DPRD Provinsi Jambi dari Golkar, justru disebut-sebut telah hengkang ke Partai Demokrat.
Seperti dilansir Editorial www.imcnews.id Rabu (7/9/2016), "Politik Zoerman, Senjata Yang Makan Dirinya Sendiri". Sepandai-pandai tupai melompat, sesekali jatuh juga. Selicin-licin politisi, sesekali terpeleset juga. Itulah kiranya pribahasa yang tepat menggambarkan Golkar di Pilkada Muaro Jambi 2017.
Golkar, seperti partai lain, ogah berkeringat banyak di kontestasi
pilkada. Zoerman, sang ketua memilih mengusung kandidat yang
diperkirakan paling punya kans untuk menang. Kader, boleh dibuang.
Kebaktian seorang kader diuji justru ketika ia melepaskan kepentingan
pribadinya untuk maju demi memenangkan partai. Demikian kiranya
kebijakan partai beringin ini.
Namun, kali ini Zoerman kena batunya. Mengusung Ivan Wirata bukan
tanpa resiko. Ivan, memang populer. Tidak heran ia adalah mantan Kadis
PU yang pernah memiliki “kuasa” dan tanam budi di kabupaten-kabupaten,
termasuk Muaro Jambi. Ditambah sang istri adalah anak dari Bupati
pertama kabupaten ini Ahmad Ripin.
Namun kedekatan masyarakat muarojambi pada Ivan, dinilai tidak
bersifat ideologis. Bukan ikatan fanatisme yang tak mempan diuji badai
politik. Belakangan, peta dukungan masyarakat semakin tak terbaca dengan
masuknya Dodi Sularso sebagai wakil Ivan.
Kehadiran Dodi mengingatkan kita pada sosok Edi Purwanto, wakil HBA.
Masyarakat awampun mampu menilai bahwa Dodi, seperti Edi dipastikan
bukan faktor penambah suara, sebaliknya, Dodi justru berpotensi
menggerus suara dan kepercayaan masyarakat terhadap Ivan.
Sementara di sisi lain, Masnah lahir dari kekuatan akar rumput. Ia
dibesarkan dan menjadi bagian keseharian para ibu, anak-anak, tokoh
masyarakat dan masyarakat kebanyakan. Pilkada 2012 lalu menjadi bukti
mengakarnya Masnah di hati para pemilih.
Membuang Masnah adalah kesalahan pertama Golkar yang justru
mendatangkan emas bagi Demokrat. Partai Mercy ini tidak perlu
berkeringat dan menanam benih politik yang lama untuk mendapatkan figur
kuat. Demokrat memang tak punya kader mumpuni di Muaro Jambi.
Para
pengurus partai ini dikenal lemah (syahidan dan gerbongnya), juga
nepotis (gerbong mahir). Bergabungnya Masnah bukan dihitung satu, tapi
bersamanya turut gerbong besar keluarga dan para loyalis “Busro”.
Bagaimanapun bersatunya Demokrat dan PAN menggentarkan Zoerman dan
Golkar. Bersatunya dua partai ini di pilkada Muaro Jambi bukan mustahil
membuka peluang “koalisi” mutualisme lain di agenda-agenda politik
berikutnya. Kedepan, Golkar pun bisa ditinggalkan.
Tapi bukan Zoerman jika habis akal. Upaya pembusukanpun dilakukan.
Alih-alih dilukai, kini Zoerman meraung, pada media ia meradang. Meminta
mundur Masnah yang pada sebuah foto tersenyum simpul memamerkan KTA
Demokratnya.
Zoerman sekaligus bermaksud mendepak Masnah dari
kepengurusan Golkar dan statusnya sebagai anggota DPRD Provinsi dari
Partai Beringin ini.
Raungan Zoerman sebenarnya tidak perlu. UU Pilkada dengan sendirinya
mengharuskan Masnah mundur dari statusnya sebagai anggota Dewan, dan
kegandaan KTA partai akan otomatis menggugurkan status keanggotaan
Masnah di partai terdahulu (Golkar).
Kekuatan pasal dalam UU Pilkada tentu jauh lebih memaksa dan
berkekuatan hukum ketimbang raungan seorang pemimpin partai lokal
seperti Zoerman. Kali ini, politik Zoerman memakan dirinya sendiri.
(JP-04)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE