Sekolah
Lapangan Iklim Membantu Petani Beradaptasi dengan Alam
Jambipos Online, Jambi-Pemanfaatan
teknologi prakiraan cuaca sangat mendukung penyesuaian musim tanam bagi petani
dalam meningkatkan produktifitas pertanian. Keberadaan Sekolah Lapangan Iklim
(SLI) yang dibentuk Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) salah
satu solusi dalam mensukseskan petani di Provinsi Jambi.
Dalam
menyambut Hari Tani Nasional (HTN) yang jatuh pada 24 September mendatang,
Pemerintah Provinsi Jambi terus melakukan upaya dalam peningkatan produktifitas
pertanian di Jambi. Bahkan pihak BMKG Jambi juga berpartisipasi aktif dalam
melakukan metode-metode prakiraan cuaca dalam mendukung petani.
Kunjungan Gubernur
Jambi, H.Zumi Zola,S.TP,MA ke Desa
Pasar Terusan, Kecamatan Muara Bulian, Kabupaten Batanghari, Kamis (22/9) siang
dalam penutupan Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Tahap III, bertempat di tengah
hamparan 840 Ha sawah masyarakat, menjadi salah satu bukti nyata dalam
peningkatan pertanian di Jambi.
Zumi Zola juga
mengapresiasi upaya yang dilakukan oleh BMKG untuk menyukseskan pertanian. BMKG
melakukan Sekolah Lapangan Iklim (SLI)
guna menyesuaikan musim tanam dan musim panen para petani padi sawah dengan
kondisi iklim.
Hal itu
dikemukakan Zumi Zola dalam Penutupan Sekolah Lapangan Iklim (SLI) Tahap III,
bertempat di tengah hamparan 840 Ha sawah masyarakat di Desa Pasar Terusan, Kecamatan
Muara Bulian, Kabupaten Batnghari, Kamis (22/9) siang.
Sekolah
Lapangan Iklim tersebut diselenggarakan oleh BMKG melalui Stasiun Klimatologi
Jambi, yakni menyesuaikan musim tanam dan musim panen para petani padi sawah
dengan kondisi iklim.
Zola menyatakan,
penyelenggaraan Sekolah Lapangan Iklim sangat dibutuhkan oleh para petani, yang
dalam melakukan kegiatan pertaniannya sangat tergantung pada kondisi iklim, dan
SLI tersebut merupakan salah satu kontribusi BMKG terhadap upaya percepatan
pembangunan pertanian di Provinsi Jambi.
Zola berharap,
para petani dapat semakin memahami informasi iklim BMKG, sehingga kerugian
akibat dampak iklim ekstrim yang dipicu oleh perubahan iklim dapat
diminimaisir. “Sekolah Lapangan Iklim sangat membantu petani untuk beradaptasi
dengan alam” ujar alumni Fakultas Teknologi Pertanian Jurusan Teknologi Pangan
Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.
Zola
menjelaskan, sektor pertanian merupakan salah satu sektor penggerak utama
perekonomian Provinsi Jambi, selain kontribusnya yang masih cukup besar
terhadap PDRB Provinsi Jambi (lebih dari 40%), juga karena sebagian besar
masyarakat masih menjadikan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian
utama.
Besarnya peran
sektor pertanian, kata Zola, tentunya didasarkan pada karakteristik wilayah
Provinsi Jambi, yang sebagain besar sangat baik dan cocok untuk pertanian, baik
pertanian lahan basah maupun pertanian lahan kering. Dan, secara kultural,
masyarakat Provinsi Jambi juga termasuk masyarakat agraris.
Zola
mengemukakan, dalam upaya mendukung pencapaian target swasembada komoditas
kedaulatan pangan, Pemerintah Provinsi Jambi akan mendorong dan mengintensifkan
kegiatan-kegiatan yang diharapkan mampu meningkatkan produktivitas.
“Untuk
produktivitas tanaman pangan diharapkan dapat ditingkatkan 2 sampai 3% per
tahun, sementara untuk tanaman hortikultura diharapkan dapat ditingkatkan
sebesar 1,5 sampai 2% per tahun. Sebagai gambaran, produksi beras Provinsi
Jambi pada tahun 2015 mencapat 561.542 ton Gabah Kering Giling (GKG), jagung sebesar
50.588 ton, dan kedelai sebesar 7.105 ton,” tutur Zola.
Disebutkan, beberapa
tahun terakhir terjadi pemanasan global yang berimbas pada perubahan iklim yang
cukup ekstrim, yang selanjutnya berpengaruh pada hampir seluruh aktivitas
manusia, termasuk aktivitas pertanian, yang sangat bergantung pada alam.
“Perubahan
iklim akan berdampak pada pergeseran musim, yakni semakin singkatnya musim
hujan namun dengan curah hujan yang lebih besar, sehingga pola tanam juga akan
mengalami pergeseran. Disamping itu, kerusakan tanaman terjadi karena
intensitas curah hujan yang tinggi yang berdampak pada banjir dan tanah longsor
serta angin,” ungkap Zola.
Zola
mengatakan, semua pihak termasuk petani dalam melakukn aktivitas pertaanian
harus beradaptasi dengan alam, dan Sekolah Lapangan Iklim ini merupakan salah
satu upaya untuk melakukan aktivitas pertanian yang beradaptasi dengan alam,
dengan tujuan agar produktivitas pertanian baik.
“Pertanian
pangan merupakan salah satu prioritas pembangunan Provinsi Jambi. Kita ingin
Provinsi Jambi mandiri pangan, kita tentukan nasib kita sendiri,” ungkap Zola,
sembari menghimbau masyarakat untuk tetap mempertahan sawah seluas 840 Ha di Desa
Pasar Terusan.
Kepala BMKG
(Pusat), Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng menyatakan, perubahan iklim tidak bisa
dihindari, dan untuk itulah BMKG melakukan Sekolah Lapangan Iklim. Andi Eka
Sakya juga menyatakan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh BMKG tidak berhenti
disini, namun BMKG senantiasa membuka diri terhadap permasalahan yang dihadapi
oleh para petani, dalam kaitannya dengan iklim. “Kalau ada permasalahan
berkaitan dengan iklim, silahkan datang,” ujar Andi Eka.
Kepala Badan
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Batanghari, Wasi Riyanto menyampaikan hasil
ubinan padi Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian Kabupaten Batanghari,
varietas unggul Padi Ciherang tanggal 19 September 2016, rata-rata untuk Pasar
Terusan 6,960 ton Gabah Kering Panen (GKP) per Ha setara dengan 5,92 ton Gabah
Kering Giling (GKG) per Ha.
Kepala Stasiun
Klimatologi Provinsi Jambi selaku Ketua Panitia Sekolah Lapangan Iklim,
Syafrinal dalam laporannya menyampaikan, SLI diselenggarakan utuk melaksanakan
instruksi presiden dalam menghadapi kondisi iklim ekstrim untuk pengamanan
produksi beras nasional, dimana tujuan SLI adalah untuk meningkatkan pemahaman
petani tentang informasi ikim BMKG, sehingga kerugian akibat iklim ekstrim yang
dipicu oleh perubahan iklim dapat dikurangi.
Syafrinal
mengatakan, peserta SLI Tahap III 26 oang, perwakilan dari 7 kelompok tani yang
ada di Desa Pasar Terusan, yang didampingi oleh pendamping dan pemadu, yaitu
dari Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman, Balai Proteksi Tanaman Pangan dan
Hortikultura Provinsi Jambi, Penyuluh Pertanian Lapangan Kabupaten Batanghari,
Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Batanghari, Dinas
Pertanian Kabupaten Batanghari, dan Stasiun Klimatologi Jambi.
Syafrial
menjelaskan aspek iklim dalam SLI tersebut, yaitu: menanam padi di musim
kemarau periode Juni-Juli-Agustus-September 2016, dengan asumsi tahun 2016 ini
merupakan kemarau basah, dimana prakiraan curah hujan bulanan pada periode Juni
Juli Agustus September berkisar antara normal – atas normal.
Kemudian menggunakan
bibit unggul varietas Ciherang yang berumur pendek (116 sampai 125 hari), untuk
mengantisipasi kemungkinan banjir akibat La Nina di akhir tahun 2016, sekaligus
upaya mengubah kebiassaan petani setempat yang lebih suka menanam padi lokal
yang berumur panjang sehingga rentan terhadap penyakit.
Syafrial
menambahkan, penanaman padi menggunakan Pola Jajar Legowo 2:1, yang merupakan
salah satu teknik penanaman padi yang dapat menghasilkan produksi yang lebih
tinggi serta memberikan kemudahan dalam aplikasi pupuk dan pengendalian
organisme pengganggu tanaman.
Pada
kesempatan tersebut, Gubernur Jambi, Zumi Zola didampingi oleh Bupati
Batanghari, H.Syhirsah, Kepala BMKG, Kepala Stasiun Klimatologi Jambi, kepala
BPS Batanghari, perwakilan dari Polda Jambi, dan perwakilan dari Korem
042/Garuda Putih Jambi melakukan panen padi dengan menggunakan sabit di areal
persawahan Pasar Terusan. Setelah itu, Zola melakukan panen padi dengan
menggunakan mesin pemanen padi, didampingi oleh petani Desa Pasar Terusan. (JP-03)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE