Jambipos Online-Sejalan dengan perkiraan Bank Indonesia, tekanan
terhadap Indeks Harga Konsumen (IHK) mereda pasca Idul Fitri dan mencatat
deflasi sebesar 0,02% (mtm) di bulan Agustus 2016.
Deflasi tersebut lebih
rendah dari perkembangan harga pada periode pasca Idul Fitri dalam lima tahun
terakhir, yang biasanya masih mencatat inflasi. Dengan perkembangan tersebut,
inflasi IHK secara year to date (ytd) dan tahunan (yoy) masing-masing
mencapai 1,74% (ytd) dan 2,79% (yoy).
Deflasi IHK pada bulan Agustus 2016 terutama bersumber
dari deflasi komponen volatile foods (VF) dan komponen administered prices
(AP), seiring dengan koreksi harga pasca Idul Fitri.
Kelompok VF mencatat
deflasi sebesar 0,80% (mtm) atau secara tahunan mencatat inflasi sebesar 5,28%
(yoy). Penurunan harga secara bulanan tersebut terutama bersumber dari koreksi
harga komoditas daging ayam ras, wortel, bawang merah, beras, dan daging sapi.
Kelompok AP mencatat deflasi sebesar 0,52% (mtm), atau secara tahunan deflasi
sebesar 0,91% (yoy). Deflasi pada kelompok AP tersebut disebabkan oleh koreksi
pada tarif angkutan antar kota, tarif angkutan udara, dan tarif kereta
api.
Sementara itu, inflasi inti tercatat cukup rendah, yaitu sebesar 0,36%
(mtm) atau 3,32% (yoy). Perkembangan inflasi inti tersebut terutama akibat dari
masih terbatasnya permintaan domestik, terkendalinya ekspektasi inflasi dan
relatif stabilnya nilai tukar rupiah.
Ke depan, inflasi diperkirakan semakin terkendali dan
berada pada sasaran inflasi 2016, yaitu 4%±1% (yoy). Koordinasi kebijakan
Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus dilakukan,
khususnya mewaspadai tekanan inflasi VF akibat dampak fenomena La Nina.
Koordinasi Pemerintah dan Bank Indonesia akan difokuskan pada upaya menjamin
pasokan dan distribusi, khususnya berbagai bahan kebutuhan pokok, dan menjaga
ekspektasi inflasi. (Rel)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE