Anak-anak Orang Rimba atau Suku Anak Dalam di Sarolangun.Dok |
Anak-anak Orang Rimba atau Suku Anak Dalam di Sarolangun.Dok |
Jambipos Online, Jambi- Suasana duka mewarnai kehidupan komunitas adat terpencil, orang
rimba atau Suku Anak Dalam (SAD) Jambi pada peringatan Hari
Internasional Masyarakat Adat, Selasa (9/8). Bertepatan dengan hari
peningkatan perhatian untuk masyarakat adat tersebut, seorang anak Orang
Rimba, Merangkuan (5) meninggal dunia di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Raden Mattaher, Kota Jambi, Selasa (9/8) malam.
Anak Orang Rimba yang bermukim di kawasan Taman Nasional Bukit
Duabelas (TNBD), Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi itu meninggal akibat
komplikasi penyakit hepatitis, meningo encepaliti (radang otak) dan
anemia akut.
“Anak Orang Rimba, Marengkuan sempat dirawat beberapa hari di
puskesmas, dekat TNBD lalu dibawa ke RSUD Tebo, Minggu (7/8). Namun
karena kondisi kesehatannya semakin kritis, Marengkuan dilarikan ke RSUD
Raden Mattaher, Kota Jambi, empat jam perjalanan dari Tebo, Senin
(8/8).
Kendati sempat mendapatkan perawatan intensif selama dua hari,
akhirnya Marengkuan menghembuskan nafas terakhir di RSUD Raden Mattaher,
Selasa (9/8) malam,” kata Fasilitator Kesehatan Komunitas Konservasi
Indonesia (KKI) Warsi, Rusli kepada SP di Kota Jambi, Rabu (10/8) pagi.
Menurut Rusli, Marengkuan termasuk seorang anak Orang Rimba yang
menjadi korban miskinnya penyuluhan dan pelayanan kesehatan terhadap
komunitas adat terpencil di Jambi.
Marengkuan adalah seorang putra Orang
Rimba, Bedinding (40), anggota kelompok Orang Rimba Mangku Betangkai
dan Tumenggung Ngadap di Desa Kasang Panjang, Sako Tulang, Makekal Ilir,
TNBD Tebo, Provinsi Jambi. Beberapa orang anak Orang Rimba dari
kelompok Mangku Betangkai hingga kini rawan penyakit hepatitis, gizi
buruk dan berbagai penyakit menular lainnya.
“Kasus kematian dan penyakit menular di kalangan Orang Rimba di Jambi
memang masih tinggi. Hal tersebut disebabkan kekurangan gizi, tidak
adanya pelayanan kesehatan dan faktor lingkungan yang tidak sehat. Kasus
kematian yang menimpa Merangkuan kemungkinan besar akibat anemia akut
akibat kekurangan pasokan makanan dan faktor cacingan yang banyak
diderita Orang Rimba. Kondisi ini menyebabkan daya tahan tubuh sangat
rendah sehingga mudah tertular dengan penyakit lain seperti hepatitis
dan timbulnya peradangan pada otak,”ujarnya.
Sementara itu tim dokter RSUD Raden Mattaher mengatakan, nyawa
Marengkuan tidak terselamatkan karena kondisinya sudah sangat kritis.
Komplikasi berbagai penyakit yang diderita Marengkuan cukup lama membuat
korban lemah. Tubuh korban tidak lagi merespon berbagai pengobatan yang
dilakukan tim medis.
Rusli mengatakan, untuk menekan peningkatan kasus penyakit menular
dan mematikan di kalangan Orang Rimba, jajaran dinas kesehatan di Jambi
perlu meningkatkan pelayanan kesehatan kepada Orang Rimba.
Pelayanan
kesehatan langsung kepada kelompok-kelompok Orang Rimba di permukiman
mereka di kawasan TNBD perlu segera ditingkatkan. Pelayanan kesehatan
yang kini dibutuhkan Orang Rimba, yaitu pemberian pemberian vaksin
dasar, terutama kepada kelompok rentan penyakit seperti anak-anak dan
pengobatan massal.
Belum Direspon
Rusli mengatakan, KKI Warsi sudah sering menyampaikan kepada jajaran
Dinas Kesehatan Provinsi Jambi dan beberapa kabupaten agar memberikan
pelayanan kesehatan secara proaktif kepada Orang Rimba yang masih
bermukim di pinggiran-pinggiran hutan. Namun permintaan tersebut hingga
kini belum direspon dengan baik. Kondisi tersebut membuat berbagai
penyakit kronis masih mengancam Orang Rimba.
Berdasarkan studi yang dilakukan oleh Hasil studi Lembaga Biologi
Molekuler (LBM) Eijkman, dengan KKI Warsi, lanjut Rusli, prevalensi
hepatitis B di kalangan Orang Rimba di Jambi mencapai 33,9 pesen.
Sebanyak empat dari 10 orang anggota komunitas Orang Rimba mengidap
penyakit hepatitis B.
Dijelaskan, kondisi kesehatan Orang Rimba belakangan memang semakin
memburuk juga dipengaruhi semakin sempitnya ruang jelajah Orang Rimba.
Orang Rimba semakin sulit mencari makanan di hutan karena kerusakan
hutan semakin luas, sumber makanan Orang Rimba di hutan pun semakin
berkurang. Akhirnya Orang Rimba banyak yang hidup terlunta-lunta di
areal perkebunan sawit dan di jalan-jalan lintas Sumatera.
“Kami berharap pemerintah pusat dan daerah memperhatikan kondisi
kehidupan Orang Rimba di Jambi yang kian memprihatinkan ini. Presiden
Joko Widodo dan Gubernur Jambi, Zumi Zola sudah memberikan perhatian
kepada Orang Rimba dengan mengunjungi komunitas adat terpencil tersebut.
Namun perhatian tersebut belum sepenuhnya ditindaklanjuti jajaran
pemerintah dan dinas kesehatan di daerah,”katanya.(SP)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE