Donasi Para Netizen Untuk Ibu Saenih Mencapai Rp 265.534.758. |
Jambipos Online, Jambi-Tiba-tiba wajah Saenih menyeruak ke wilayah
public. Dengan muka melongo dan tidak percaya ketika dagangannya diambil
paksa dan kemudian “disorongkan” ke wadah plastic dan mencampurkan
sehingga tidak bisa dimakan memantik dukungan public. Dan Sang Perampas
kemudian “cerita” di depan blitz lampu kamera sembari bertutur tentang
“urusan moral”. Ingat. Urusan Moral. (Berita Terkait: Ibu Ini Menangis saat Dagangannya Disita karena Berjualan Siang Hari di Bulan Ramadhan)
Ya. Berita tentang Saenih
seorang pedagang makanan yang terkena razia satpol PP Serang kemudian
menimbulkan wacana cukup serius. Wajah melongo Saenih tidak bisa
ditafsirkan sebagai wajah “kepolosan” dan ataupun wajah tidak berdosa.
Tidak seperti itu lagi.
Ya. Wajah Saenih kemudian memantik
dukungan public. Wajah Saenih kemudian menggambarkan “beragama” yang
kemudian ditafsirkan berbeda dari sudut pandang yang berbeda-beda pula.
Hampir sepekan, media kemudian menyoroti wajah Saenih. Tidak terbayang
sebelumnya di pagi hari oleh Saenih, kemudian wajah Saenih kemudian
menghiasi berbagai media massa dan membuat pembicaraan public terhenti
setelah melihat twitter “meloy” mantan petinggi negeri tentang puasa.
Wajah Saenih mampu “menarik perhatian public” di tengah arus deras
peristiwa Ahok dan Reklamasi, menenggelamkan berita tentang Sepakbola
Eropa bahkan menenggelamkan berita komunisme sekalipun.
Wajah
Saenih kemudian berhasil menarik rating tertinggi mengalahkan berita
artis yang terlibat entah urusan “entertainment” ataupun urusan
“ranjang” di berbagai media social. Wajahnya kemudian menampakkan wajah
“agama” sebenarnya.
Wajah Saenih adalah wajah kaum
“terpinggirkan”, tidak berdaya menghadapi “kekuasaan yang angkuh” dan
menerapkan “himbauan” tanpa memberikan kesempatan kepada Saenih untuk
bertanya. Wajah Saenih adalah kaum terpinggirkan yang tidak berdaya
“diangkut makanannya” yang sejak semalaman disiapkan. Wajah Saenih
adalah potret di tengah “restoran mahal” tetap beroperasi tanpa “merasa
dikhawatirkan” didatangi, dirazia apalagi diangkut makanannya.
Wajah Saenih adalah potret beragama yang mengaku “toleransi” namun tetap menggunakan kekuasaan untuk memaksa arti “toleransi”.
Wajah Saenih adalah potret portrait yang “memaksa” agama menjadi urusan
Negara. Negara kemudian menjadi “urusan moral” yang menutupi
kewajibannya “memastikan hak untuk mendapatkan penghasilan” secara
halal.
Wajah Saenih adalah wajah Negara “gagal” menciptakan
pekerjaan, namun dengan wajah yang sama kemudian Negara “angkuh”
menggunakan baju seragam “merampas” pekerjaan yang kau ciptakan sendiri.
Wajah Saenih adalah potret kegagalan Negara yang angkuh menjalankan
fungsinya “memberikan perlindungan” termasuk tumpah darah kepada
rakyatnya.
Selamat kepada Saenih. Di Wajahmu, kami kemudian
mengenal wajah Negara dari sudut yang sederhana. Wajah yang kemudian
menjadikan urusan dosa, urusan moral, urusan agama menjadi urusan
Negara. Selamat datang Negara “urusan moral”.(Musri Nauli)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE