Oleh : Musri Nauli SH
Jambipos Online-Sebelum saya menuliskan tradisi Ramadhan yang
rutin digelar di berbagai daerah di Jambi, Entah berapa kali saya
harus menuliskan kesalahan penggunaan kalimat menjelang memasuki bulan
Ramadhan. Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, ucapan tahun ini tidak
begitu banyak. Pemerintah daerah cuma memasang di tempat-tempat
tertentu.
Ucapan “selamat memasuki bulan Ramadhan” pada tahun-tahun sebelumnya ramai sekali. Apalagi hendak memasuki Pemilu. Wuih.
Di setiap persimpangan jalan, setiap tiang bahkan mampu menampung 7
spanduk tulisan tersebut. Tentu saja tidak lupa “wajah senyum” mirip
iklan pepsodent. Sang pengendara cuma “nyengir” melihat spanduk yang
bertebaran mengganggu pemandangan indah kota Jambi.
Tahun 2016
tentu saja tidak begitu banyak tulisan. Selain tidak berkaitan dengan
pemilu dan pilkada yang sudah usai digelar, kepentingan konsestan
candidate juga tidak berkeinginan mengucapkan doa ikhlas memasuki
ramadhan.
Jadi. Jelas. Bulan puasa “Tetap” dijadikan ajang politik.
Mengucapkan dengan pamrih.
Namun entah “teledor” atau “memang
tidak tahu”, ucapan memasuki bulan ramadhan masih menyisakan persoalan
dari tujuan dan makna ‘sang pemberi” ucapan. Masih latah kita temukan
kalimat “Selamat memasuki Bulan Puasa tahun … Hijriah”.
Secara
sekilas, tulisan itu tidak menjadi masalah. Namun apabila kita memaknai
Puasa, maka di bulan Ramadhan banyak kegiatan keagamaan yang merupakan
rangkaian dari ibadah di bulan ramadhan.
Ucapan “memasuki bulan
puasa” dapat diartikan sebagai bulan ramadhan cuma “berpuasa”. Apakah
betul di bulan ramadhan cuma “Berpuasa” ?
Padahal di bulan
ramadhan, rangkaian kegiatan agama cukup banyak. Kegiatan bahkan dimulai
sebelum subuh seperti arak-arakan anak kampong keliling rumah untuk
membangunkan sahur.
Mereka berkeliling sambil membawa panci, kaleng,
bahkan beduk kecil yang didorong pakai gerobak. Sambil berkeliling
mengitari perkampungan, mereka “berzanzi”, mengucapkan kalimat “allah hu
akbar”. Bahkan sambil iseng, mereka juga menggedor rumah apabila sudah
keliling kampong namun lampu rumah juga belum dihidupkan.
Perjalanan mengeliling kampong juga sembari “mengambil buah mangga” yang
terletak didepan rumah. Keisengan anak-anak merupakan salah satu
kenikmatan dunia anak-anak sembari mengeliling kampong.
Setelah
makan sahur di rumah, mereka kemudian berlari ke masjid untuk
“membunyikan speaker” mengingatkan orang kampong waktu imsa (Waktu
menjelang sahur). Setelah itu berebutan “memukul bedug” subuh.
Setelah subuh, biasanya dilanjutkan dengna kultum (kuliah tujuh menit)
ceramah tentang puasa dan keimanan. Biasanya kesempatan ini sering
dipergunakan “anak-anak pesantren” memenuni tugas dari sekolah. Mereka
berkeliling untuk “kultum”.
Kegiatan setelah subuh juga sering
digunakan untuk pendidikan “pesantren kilat” sebulan penuh. Sehingga
kegiatan anak-anak tetap terkendali dan mematangkan keagamaan.
Sore hari hari menjelang bedug magrib, anak-anak berlari ke masjid untuk
“berebutan” memukul bedug. Setelah memukul bedug, mereka membatalkan
puasa dan sholat magrib di masjid.
Dari magrib hingga habis
sholat tarawih, rangkaian kegiatan tidak bisa dipisahkan dari masjid.
Sehingga setelah sholat tarawih, anak-anak sudah kecapean dan tidur
hingga menjelang memasuki waktu imsa.
Nah. Dari berbagai
rangkaian kegiatan di bulan ramadhan tidak salah kemudian di bulan
Ramadhan kegiatan tidak cuma “berpuasa”. Sehingga kalimat “selamat
memasuki bulan puasa” menjadi tepat. Kalimat yang tepat seharusnya
“selamat memasuki bulan ramadhan”.
Bagaimana ?(Penulis : Direktur Eksekutif Walhi-Jambi)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE