Kanal dengan kedalaman 5 meter di kawasan gambut di HTI PT WKS di Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi. Foto Asenk Lee/Jampos Online. |
Jambipos Online, Jambi-Pembangunan kanal-kanal di lahan
gambut bakal memperparah kebakaran gambut memasuki bulan kemarai. Semakin dalam
debit air dalam kanan, akan semakin memperbesar peluang akan kebakaran gambat
yang cukup lama. Keberadaan kanal di areal gambut di lokasi Hutan Tanaman
Industri (HTI) dan perkebunan sawit justru memperparah dampak akan resiko
kebakaran dimusim kemarau tiba.
Dalam skala nasional menurut Rudi, harus diwaspadai adanya
upaya-upaya untuk melemahkan pemulihan gambut atas dasar kepentingan kapitalis.
Saat ini tengah berlangsung pembahasan revisi Peraturan Pemerintah No 71 Tahun
2014 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Gambut.
Muncul usulan untuk melemahkan PP ini dengan usulan tinggi
muka air gambut yang sebelumnya diizinkan 40 cm, kini diwacanakan untuk
diturunkan menjadi 80 cm. Jika draf revisi PP ini disetujui, ini memperlihatkan
lemahnya pemerintah terhadap keinginan pemilik korporasi dan akan sangat berpotensi
untuk pemulihan gambut. Untuk itu mari bersama kita kawal dengan tetap
menyuarakannya. Kita juga meminta Badan Restorasi Gambut (BRG) yang dibentuk
Presiden Joko Widodo tahun 2015 lalu bisa bekerja maksimal.
Demikian dijelaskan Maneger Komunikasi Komunitas Konservasi
Indonesia (KKI) Warsi, Rudi Syaf kepada Jambipos Online, Senin (6/6/2016) di
Kantor Warsi Jambi.
Menurut dia, memasuki kemarau di tahun 2016, kemungkinan lahan
gambut akan kembali terbakar. Berdasarkan analisis yang dilakukan unit GIS
Warsi kawasan hutan alam pada kawasan gambut di Provinsi Jambi hanya tersisa
178.963 hektare (ha) dari 621.089 ha gambu di Jambi.
Kawasan hutan gambut ini berada di kawasan konservasi yaitu
Taman Nasional Berbak, Hutan Lindung Bram Hitam dan Hutan Lindung Sungai Buluh.
“Kerusakan utama kawasan gambut disebabkan oleh sistem kanal yang dibangun di
dalam kawasan gambut,” kata Rudi Syaf.
Disebutkan, kanal-kanal perusahaan di sekitar hutan alam
tersisa di lahan gambut sangat mempengaruhi hutan alam. Hal ini disebabkan
adanya kanal yang juga masuk ke arah kawasan hutan alam sebagai sambungan dari
kanal yang dibangun perusahaan.
“Jika tidak ada perlakuan khusus pada kawasan
hutan alam tersisa sangat mungkin kawasan hutan alam ini, akan dilanda
kebakaran di usim kemarau dan Jambi akan kembali sebagai pengasil asap,”
ujarnya.
Menurut Rudi, perlu adanya perbaikan kanal yang sudah ada. ‘Kami
sudah lakukan ini di kawasan Hutan Lindung Sungai Buluh yang kini dikelola
masyarakat Sungai Beras dan Sinar Wajo dengan skema hutan desa. Dalam kawasan
yang terpengarus kanal perusahaan dan kanal untuk desa, dibangun kanal sekat
yang akan menghambat hilangnya air gambut di musim kemarau,” sebut Rudi. (Asenk
Lee Saragih).
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE