Jambipos Online, Jambi- Bencana banjir
yang melanda kota dan kabupaten di Jambi setiap tahunnya, tidak hanya
disebabkan tingginya curah hujan. Tapi faktor kerusakan hutan di kawasan
tangkapan air wilayah hulu Sungai Batanghari, telah diidentifikasi
sebagai penyebab utama sering terjadinya bencana banjir di daerah ini.
“Kerusakan hutan di kawasan tangkapan air tersebut juga menyebabkan meningkatnya pendangkalan Sungai Batanghari dan beberapa sungai di Jambi,” kata Manajer Komunikasi Komunitas Konservasi Indonsia (KKI) Warung Informasi Konservasi (Warsi) Jambi, Rudy Syaf kepada SP, Selasa (16/2) terkait banjir yang melanda Jambi satu bulan terakhir.
Menurut Rudy, kerusakan hutan di wilayah hulu Sungai Batanghari mulai dari Kabupaten Kerinci hingga Merangin menyebabkan banjir melanda Jambi setiap musim hujan. Belakangan ini bahkan banjir di Jambi tidak lagi terjadi sekali setahun seperti tahun delapan puluhan. Baniir di daerah itu bahkan bisa terjadi tiga kali setahun setiap curah hujan meningkat.
Seringnya banjir melanda Jambi banyak dipengaruhi kerusakan hutan di kawasan hulu Sungai Batanghari dan meningkatnya pendangkalan atau sedimentasi sungai. Rusaknya hutan membuat air hujan langsung mengalir ke sungai, sehingga banjir sering terjadi di Jambi.
“Kerusakan hutan juga menyebabkan sungai mengalami sedimentasi. Sedimentasi menyebabkan daya tampung sungai semakin berkurang, sehingga sungai sering meluap dan menyebabkan banjir,” kata Rudy.
Rudy mengatakan, kerusakan lingkungan, khususnya kerusakan hutan di Jambi disebabkan pembalakan liar yang terjadi selama ini. Kemudian kerusakan hutan juga banyak terjadi akibat kebakaran hutan, alih fungsi hutan menjadi kebun kelapa sawit, pertambangan batu bara dan penambangan emas liar.
“Kerusakan hutan tersebut banyak terjadi di wilayah hulu Sungai Batanghari, yakni Kabupaten Kerinci, Merangin, Bungo, Tebo dan beberapa kabupaten lain yang dilalui Sungai Batanghari. Pihak yang melakukan perusakan hutan tersebut, yaitu pengusaha, pembalak liar dan penambang liar,”katanya.
Dijelaskan, kerusakan hutan yang terjadi di Provinsi Jambi 10 tahun terakhir mencapai 934.000 hektare (ha). Luas kerusakan hutan tersebut mencapai 44,31 persen dari sekitar 2,1 juta ha hutan di Jambi.
Sedangkan luas hutan alam atau primer yang telah dikonversi atau beralih fungsi menjadi kawasan hutan sekunder, perkebunan dan HTI di daerah itu mencapai 883.000 ha. Sebagian besar kerusakan hutan tersebut berada di kawasan resapan air daerah aliran sungai (DAS) Batanghari, mulai dari kawasan hulu, Kabupaten Kerinci hingga hilir, Kabupaten Tanjungjabung Timur.
Menurut Rudy, jumlah desa yang rawan banjir di kawasan DAS Batanghari saat ini mencapai 244 desa. Kawasan pertanian dan pemukiman yang selalu terendam banjir di seluruh desa tersebut mencapai 180.305 ha. Sedangkan daerah rawan longsor di daerah hulu DAS Batanghari terdapat di Kerinci Kabupaten, Kota Sungaipenuh, Kabupaten Merangin dan Sarolangun.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, Arif Munandar mengatakan, kerugian akibat banjir di Jambi setiap tahun cukup besar. Kerugian tersebut terutama disebabkan kerusakan areal pertanian, rumah warga dan infrastruktur.
Tahun 2014 lalu misalnya, banjir di Jambi menimbulkan kerugian hingga Rp 4,5 miliar. Kemudian banjir yang melanda Jambi Desember 2015 – Februari 2016 diperkirakan menimbulkan kerugian hingga Rp 100 miliar. (Beritasatu.com/
“Kerusakan hutan di kawasan tangkapan air tersebut juga menyebabkan meningkatnya pendangkalan Sungai Batanghari dan beberapa sungai di Jambi,” kata Manajer Komunikasi Komunitas Konservasi Indonsia (KKI) Warung Informasi Konservasi (Warsi) Jambi, Rudy Syaf kepada SP, Selasa (16/2) terkait banjir yang melanda Jambi satu bulan terakhir.
Menurut Rudy, kerusakan hutan di wilayah hulu Sungai Batanghari mulai dari Kabupaten Kerinci hingga Merangin menyebabkan banjir melanda Jambi setiap musim hujan. Belakangan ini bahkan banjir di Jambi tidak lagi terjadi sekali setahun seperti tahun delapan puluhan. Baniir di daerah itu bahkan bisa terjadi tiga kali setahun setiap curah hujan meningkat.
Seringnya banjir melanda Jambi banyak dipengaruhi kerusakan hutan di kawasan hulu Sungai Batanghari dan meningkatnya pendangkalan atau sedimentasi sungai. Rusaknya hutan membuat air hujan langsung mengalir ke sungai, sehingga banjir sering terjadi di Jambi.
“Kerusakan hutan juga menyebabkan sungai mengalami sedimentasi. Sedimentasi menyebabkan daya tampung sungai semakin berkurang, sehingga sungai sering meluap dan menyebabkan banjir,” kata Rudy.
Rudy mengatakan, kerusakan lingkungan, khususnya kerusakan hutan di Jambi disebabkan pembalakan liar yang terjadi selama ini. Kemudian kerusakan hutan juga banyak terjadi akibat kebakaran hutan, alih fungsi hutan menjadi kebun kelapa sawit, pertambangan batu bara dan penambangan emas liar.
“Kerusakan hutan tersebut banyak terjadi di wilayah hulu Sungai Batanghari, yakni Kabupaten Kerinci, Merangin, Bungo, Tebo dan beberapa kabupaten lain yang dilalui Sungai Batanghari. Pihak yang melakukan perusakan hutan tersebut, yaitu pengusaha, pembalak liar dan penambang liar,”katanya.
Dijelaskan, kerusakan hutan yang terjadi di Provinsi Jambi 10 tahun terakhir mencapai 934.000 hektare (ha). Luas kerusakan hutan tersebut mencapai 44,31 persen dari sekitar 2,1 juta ha hutan di Jambi.
Sedangkan luas hutan alam atau primer yang telah dikonversi atau beralih fungsi menjadi kawasan hutan sekunder, perkebunan dan HTI di daerah itu mencapai 883.000 ha. Sebagian besar kerusakan hutan tersebut berada di kawasan resapan air daerah aliran sungai (DAS) Batanghari, mulai dari kawasan hulu, Kabupaten Kerinci hingga hilir, Kabupaten Tanjungjabung Timur.
Menurut Rudy, jumlah desa yang rawan banjir di kawasan DAS Batanghari saat ini mencapai 244 desa. Kawasan pertanian dan pemukiman yang selalu terendam banjir di seluruh desa tersebut mencapai 180.305 ha. Sedangkan daerah rawan longsor di daerah hulu DAS Batanghari terdapat di Kerinci Kabupaten, Kota Sungaipenuh, Kabupaten Merangin dan Sarolangun.
Sementara itu Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi, Arif Munandar mengatakan, kerugian akibat banjir di Jambi setiap tahun cukup besar. Kerugian tersebut terutama disebabkan kerusakan areal pertanian, rumah warga dan infrastruktur.
Tahun 2014 lalu misalnya, banjir di Jambi menimbulkan kerugian hingga Rp 4,5 miliar. Kemudian banjir yang melanda Jambi Desember 2015 – Februari 2016 diperkirakan menimbulkan kerugian hingga Rp 100 miliar. (Beritasatu.com/
Radesman Saragih/Jeis Montesori/JEM/Suara Pembaruan)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE