Seorang seniman tatung (semacam debus di Banten, Jawa Barat) melakukan atraksi menusuk badan dengan benda tajam pada perayaan Cap Go Meh di Kelenteng Ho Keng Tong, Kelurahan Talang Jauh, Kecamatan Pasar, Kota Jambi, 22 Februari 2016. (Suara Pembaruan/Radesman Saragih) |
Jambipos Online, Jambi-Perayaan Cap Go
Meh atau hari ke-15 setelah perayaan tahun baru Tionghoa, Imlek 2567,
layak dijadikan agenda wisata di Kota Jambi. Cap Go Meh bisa masuk paket
wisata tetap di kota itu karena kini bukan lagi hanya warga Tionghoa
yang ikut menyaksikan perayaan Cap Go Meh. Masyarakat Jambi dari
berbagai etnis, agama dan kelompok masyarat juga semakin antusias
menyaksikan atraksi kesenian tradisional Tionghoa, seperti yang digelar
pada perayaan Cap Go Meh, Senin (22/2) malam.
Perayaan Cap Go Meh disemarakan dengan berbagai atraksi menarik yang layak menjadi tontonan wisata berkualitas, seperti atraksi barongsai, tatung, pesta lampion, kembang api dan penyalaan seribu lilin. Atraksi-atraksi ini mendapat sambutan dan antusiasme masyarakat Jambi.
“Kami mengusulkan agar warga Tionghoa Jambi menyelenggarakan festival barongsai setiap perayaan Cap Go Meh dan acara tersebut dimasukkan jadi agenda wisata tetap,” kata Gubernur Jambi Zumi Zola pada perayaan Cap Go Meh di Kelenteng Ho Keng Tong, Kota Jambi, Senin (22/2) malam.
Perayaan Cap Go Meh yang dipusatkan di Kelenteng Ho Keng Tong, Kelurahan Talang Jauh, Kecamatan Pasar, Kota Jambi memang sangat meriah. Perayaan diisi dengan kegiatan sembahyang, pawai di sepanjan Jalan Pangeran Diponegoro, atraksi 12 tim barongsai, 10 orang pemain tatung (semacam seni budaya debus Banten, Jawa Barat), penyalaan seribu lilin, pelepasan ratusan lampion ke udara, dan pesta kembang api.
Turut hadir pada perayaan Cap Go Meh tersebut, Wali Kota Jambi, Syarif Fasha dan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) Jambi. Perayaan Cap Go Meh di kota itu dihadiri sedikitnya 10.000 warga Tionghoa dan warga masyarakat Jambi. Ratusan warga Tionghoa dari Pekanbaru, Riau dan Palembang, Sumatera Selatan juga turut hadir pada perayaan Cap Go Meh tersebut.
Menurut Gubernur Jambi, kehadiran masyarakat dari berbagai kalangan pada perayaan Cap Go Meh di Kota Jambi menunjukkan bertumbuhnya rasa solidaritas dan semakin adanya pembauran antara warga keturunan Tionghoa dengan warga Indonesia. Rasa solidaritas dan pembauran tersebut perlu terus dipupuk untuk menciptakan kerukunan hidup masyarakat.
Sementara itu, Ketua Mejelis Tinggi Agama Khonghucu (Matakin) Jambi, Darman Wijaya pada kesempatan tersebut mengaku terharu menyaksikan sambutan warga Jambi terhadap berbagai kegiatan tahun baru Imlek hingga perayaan Cap Go Meh tahun ini. Perayaan Imlek dan Cap Go Meh juga berjalan lancar, aman dan tertib tanpa ada gangguan. Kondisi tersebut tercipta berkat adanya saling toleransi di tengah kehidupan masyarakat Jambi.
“Kami terharu melihat antusiasme seluruh komponen masyarakat Jambi menyaksikan perayaan Cap Go Meh hari ini, Senin (22/2). Perayaan ini tidak hanya dihadiri warga keturunan Tionghoa, tetapi juga warga Jambi di luar etnis Tionghoa. Mudah-mudahan suasana kondusif seperti ini tetap terjaga dalam kehidupan masyarakat Jambi,” katanya.
Menurut Darman Wijaya, pihaknya sudah beberapa kali mendapat usulan mengenai penyelenggaraan festival barongsai pada parayaan Cap Go Meh di Jambi. Namun pelaksanaan festival barongsai tersebut belum bisa dilaksanakan karena membutuhkan persiapan yang sangat matang, baik itu persiapan personel, lokasi dan dana.
Perayaan Cap Go Meh disemarakan dengan berbagai atraksi menarik yang layak menjadi tontonan wisata berkualitas, seperti atraksi barongsai, tatung, pesta lampion, kembang api dan penyalaan seribu lilin. Atraksi-atraksi ini mendapat sambutan dan antusiasme masyarakat Jambi.
“Kami mengusulkan agar warga Tionghoa Jambi menyelenggarakan festival barongsai setiap perayaan Cap Go Meh dan acara tersebut dimasukkan jadi agenda wisata tetap,” kata Gubernur Jambi Zumi Zola pada perayaan Cap Go Meh di Kelenteng Ho Keng Tong, Kota Jambi, Senin (22/2) malam.
Perayaan Cap Go Meh yang dipusatkan di Kelenteng Ho Keng Tong, Kelurahan Talang Jauh, Kecamatan Pasar, Kota Jambi memang sangat meriah. Perayaan diisi dengan kegiatan sembahyang, pawai di sepanjan Jalan Pangeran Diponegoro, atraksi 12 tim barongsai, 10 orang pemain tatung (semacam seni budaya debus Banten, Jawa Barat), penyalaan seribu lilin, pelepasan ratusan lampion ke udara, dan pesta kembang api.
Turut hadir pada perayaan Cap Go Meh tersebut, Wali Kota Jambi, Syarif Fasha dan unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkompinda) Jambi. Perayaan Cap Go Meh di kota itu dihadiri sedikitnya 10.000 warga Tionghoa dan warga masyarakat Jambi. Ratusan warga Tionghoa dari Pekanbaru, Riau dan Palembang, Sumatera Selatan juga turut hadir pada perayaan Cap Go Meh tersebut.
Menurut Gubernur Jambi, kehadiran masyarakat dari berbagai kalangan pada perayaan Cap Go Meh di Kota Jambi menunjukkan bertumbuhnya rasa solidaritas dan semakin adanya pembauran antara warga keturunan Tionghoa dengan warga Indonesia. Rasa solidaritas dan pembauran tersebut perlu terus dipupuk untuk menciptakan kerukunan hidup masyarakat.
Sementara itu, Ketua Mejelis Tinggi Agama Khonghucu (Matakin) Jambi, Darman Wijaya pada kesempatan tersebut mengaku terharu menyaksikan sambutan warga Jambi terhadap berbagai kegiatan tahun baru Imlek hingga perayaan Cap Go Meh tahun ini. Perayaan Imlek dan Cap Go Meh juga berjalan lancar, aman dan tertib tanpa ada gangguan. Kondisi tersebut tercipta berkat adanya saling toleransi di tengah kehidupan masyarakat Jambi.
“Kami terharu melihat antusiasme seluruh komponen masyarakat Jambi menyaksikan perayaan Cap Go Meh hari ini, Senin (22/2). Perayaan ini tidak hanya dihadiri warga keturunan Tionghoa, tetapi juga warga Jambi di luar etnis Tionghoa. Mudah-mudahan suasana kondusif seperti ini tetap terjaga dalam kehidupan masyarakat Jambi,” katanya.
Menurut Darman Wijaya, pihaknya sudah beberapa kali mendapat usulan mengenai penyelenggaraan festival barongsai pada parayaan Cap Go Meh di Jambi. Namun pelaksanaan festival barongsai tersebut belum bisa dilaksanakan karena membutuhkan persiapan yang sangat matang, baik itu persiapan personel, lokasi dan dana.
“Mudah – mudahan usulan Gubernur Jambi mengenai festival barongsai
bisa kami laksanakan di tahun mendatang. Kami akan mengkaji kemungkinan
penyelenggaraan festival barongsai tersebut,” katanya.(Beritasatu.com/Radesman Saragih/Jeis Montesori/JEM/Suara Pembaruan)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE