Kran City Gas Sudah Karatan Terancam Mubajir. |
Kran City Gas Hingga Kini Belum Bisa Difungsikan. |
Terbengkalai hingga Januari 2016. |
Proyek Rongsokan “City Gas” |
Jambipos Online, Jambi-Kejaksaan Tinggi (Kejati) jambi diminta untuk mengusut
kembali proyek City Gas senilai Rp 50 Miliar yang kini instalasinya sudah jadi
rongsokan. Padahal proyek City Gas yang bernilai Rp 50 miliar di Kota Jambi
sudah dimulai tahun 2012 lalu. Bahkan instalasi city gas ini kini jadi barang
rongsokan. Namun realisasi dari program tersebut hingga Januari 2016 belum dirasakan masyarakat Jambi
manfaatnya. namun demikian ada juga rencana penambahan jaringan gas itu tahun 2016.
Penyidik Kejaksaan tinggi (Kejati) Jambi berencana
memanggil sembilan orang saksi untuk mengungkap kasus dugaan korupsi proyek
"city gas" pada dua kelurahan di Kota Jambi senilai Rp 50 miliar
tahun 2012.
Kasi Penyidikan Kejati Jambi Imran Yusuf, di Jambi, mengatakan
kesembilan saksi April 2015 lalu sudah diperiksa untuk memberikan keterangannya.
Selama sepekan para saksi diperiksa.
Saat ini tim penyidik Kejaksaan Tinggi Jambi terus
melakukan pengumpulan data terkait dugaan penyimpangan anggaran proyek 'city
gas' di Kelurahan Handil Jaya dan Kelurahan Thehok, Kota Jambi yang menelan
dana Rp 50 milyar.
Dalam rangka proses pengumpulan data tersebut, pihak Kejaksaan
Tinggi Jambi (Kejati) Jambi telah berkoordinasi dengan Dinas Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jambi.
Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Jambi, Erbindo Saragih SH
MH diminta mengoptimalkan tim Satuan Tugas Khusus (Satgasus) untuk
mengoptimalkan penanganan kasus-kasus korupsi di Jambi, salah satunya adalah
proyek city gas.
Satgasus bentukan Kajati Jambi ini beranggotakan 10 orang
penyidik terpilih dari Kejati dan Kejari-Kejari di Provinsi Jambi. Pembentukan
Satgasus ini salah satunya adalah untuk optimalisasi penanganan kasus yang ada
di Jambi dan di daerah-daerah yang menonjol dan mendapat perhatian masyarakat.
Janji Palsu
Janji Kepala Dinas Energi, Sumber Daya dan Mineral (ESDM)
Provinsi Jambi Gamal Husien Provinsi Jambi yang menyatakan instalasi City Gas di
Kota Jambi bakal difungsikan pada Desember 2014 lalu, hanya wacana belaka.
Faktanya
hingga pertengahan Oktober 2015 ujicoba
program "city gas" di 200 rumah warga di Kota Jambi belum juga
diwujudkan. Proyek intlelasi pipa gas mengalirkan gas bahan bakar kebutuhan
rumah tangga itu ke rumah-rumah warga telah berjalan sejak tahun 2012 lalu.
Ketua DPD IPI Provinsi Jambi, Amrizal Ali Munir kepada Jambipos Online baru-baru ini mengatakan,
program “City Gas Kota Jambi" bekerjasama dengan Direktorat Minyak &
Gas Bumi Kementrian ESDM Tahun 2012 lalu hingga kini masih terbengkalai.
Dia juga mempertanyakan kenapa hingga sekarang
"GAS" nya tak pernah mengalir Sedangkan jaringan pipanisasinya sudah
mulai 'berkarat' di dapur rumah warga Kota Jambi seperti di Kelurahan Handil
Jaya dan Kelurahan Thehok Jambi.
Sementara konvensi minyak tanah ke gas
elpiji telah digagas pemerintah sejak lama. Namun kelangkaan gas elpiji kerap
terjadi pada ukuran 12 kilogram. Kelangkaan terjadi di pasaran elpiji tiga
kilogram, akibat kenaikan elpiji 12 kilogram ini.
Kondisi ini cukup membingungkan masyarakat. Masyarakat juga
bertanya, atas apa sebenarnya yang diinginkan pemerintah dengan mengkonvensi
minyak tanah ke gas, yang kemudian sempat menaikkan harga gas elpiji 12
kilogram.
Ketika kelangkaan gas terjadi, masyarakat mulai teringat
dengan proyek-proyek penanaman pipa
jaringan gas untuk kebutuhan rumah tangga di Kelurahan Handil Jaya dan Thehok
Kota Jambi. Pipa jaringan gas itu merupakan pipa yang akan dialirkan gas bumi
untuk ke rumah-rumah sebagai bahan bakar memasak.
Pipa yang ditanam sejak tahun 2012 ini ternyata membawa
sempat membawa dampak negatif terhadap masyarakat karena jalan-jalan berlobang
akibat galian saluran gas tersebut.
Proyek ini bernama City Gas, yakni dengan membuat instalasi
aliran gas ke rumah-rumah warga seperti instalasi air bersih milik PDAM.
Sehingga, masyarakat tidak perlu lagi membeli gas elpiji kemasan tabung lagi.
Ini merupakan proyek nasional yang digagas oleh Kementerian Energi dan Sumber
Daya Mineral (ESDM), untuk mengurangi ketergantungan masyarakat dengan elpiji
tabung.
Selain itu, ini merupakan wujud serius pemerintah dalam
mewujudkan gagasan tentang konvensi minyak tanah ke gas elpiji. Proyek nasional
ini melibatkan Provinsi Jambi. Yang dalam hal ini, Kota Jambi yang mendapatkan
jatah proyek nasional sebagai percontohan.
Tidak semua warga mendapatkan sentuhan progam ini. Hanya
mereka yang berada di dua kelurahan saja yang mendapatkan sentuhan proyek ini,
yaitu Kelurahan Thehok dan Kelurahan Handil Jaya.
Tampak programnya maju, tapi hingga kini masih
terkatung-katung. Seolah tidak ada tindak lanjut dari pemasangan pipa-pipa besar
dan instalasi yang telah dilakukan di rumah-rumah.
“Pemasangan intalasi pipa gas hingga meteran sudah
terpasang sejak tahun 2012 lalu. Namun hingga kini belum juga terealisasi.
Jangan-jangan material proyek ini jadi barang rongsokan sebelum dimanfaatkan,”
ujar Jery, warga Perumnas Jelutung Kota Jambi.
Proyek yang dimulai sejak tahun 2012 dan instalasi yang
dilakukan ke rumah-rumah itu, ternyata belum juga dapat dinikmati warga.
Pipa-pipa dan meteran itu pun belum berfungsi hingga kini. Gardu-gardu yang
terpasang di titik-titik tertentu juga belum berfungsi.
Hal ini menimbulkan pertanyaan di masyarakat, apakah
program ini akan terus atau hanya sebatas pemasangan instalasi ini saja. Isu
tentang proyek gagal, proyek main-main bahkan sampai isu kontraktor lari pun
terdengar di masyarakat.
“Belum lagi rumah kami yang dipasang instalasi ini sudah
sedikit rusak, karena pipa besi yang di tanam di dalam tembok-tembok rumah.
Yang sedikitnya telah merusak keindahan rumah sendiri,” ujar Rudi Ansori, salah
seorang warga Handil Jaya yang rumahnya mendapat program City Gas ini.
Menurut Rudi, dirinya telah mengisi formulir untuk
pemasangan dan persetujuan itu sejak tahun 2012. Namun hingga saat ini, iapun
belum merasakan wujud dari program tersebut.
“Kebetulan waktu itu kabarnya rumah kami kebagian jatah
untuk program city gas. Namun belum juga dapat kami nikmati sampai Oktober 2015
ini,” ujarnya.
Menurutnya, instalasi yang dilakukan oleh pihak kontraktor
tersebut sebenarnya telah selesai di akhir tahun 2012. Namun city gas belum
juga terealisasi.
“Meterannya sudah dipasang sejak lama, tapi sampai sekarang
belum juga ada realisasinya. Bahkan saya pernah uji coba untuk melihat kondisi
pipa yang terpasang apakah bocor atau tidak. Tapi sampai sekarang belum ada
pihak mereka datang lagi untuk ngecek ataupun untuk sosialisasi sebagainya,”
ujarnya.
Gagal Diresmikan
Sementara Kepala Dinas Energi, Sumber Daya dan Mineral
(ESDM) Provinsi Jambi Gamal Husien baru-baru ini kepada wartawan mengatakan,
Provinsi Jambi pada Desember 2014 lalu akan melakukan ujicoba program
"city gas" di 200 rumah warga di Kota Jambi, namun gagal.
Ujicoba pemakaian city gas ini sekaligus untuk mengetahui
sejauh mana tingkat kelemahan jaringan gas untuk masyarakat tersebut. “Sebenarnya
Desember 2014 lalu akan ujicoba di 200 rumah, namun gagal karena masalah amdal,”
ujarnya.
Terkait ujicoba ini, pihak Provinsi Jambi, kata Gamal akan
mengadakan pertemuan dengan Pemkot Jambi, sebab Dinas ESDM Provinsi Jambi sudah
menerima surat dari Kementrian ESDM, surat itu menegaskan agar proyek tersebut
segera diselesaikan.
“Ini masih gambaran ya, masalah city gas ini kita juga akan
diundang ke Jakarta untuk membahas lebih lanjut tentang perda gas dan city gas
ini," kata Gamal.
Kepastian membahas perda gas masih dalam wacana dan belum
final, namun Menteri ESDM sudah meminta city gas untuk masyarakat Jambi jangan
ditunda-tunda lagi.
Sebagai salah satu daerah percontohan program city gas, ada
dua kecamatan di Kota Jambi yang menerima program ini, yakni Kecamatan Jambi
Selatan yang lokasinya berada di Kelurahan Thehok serta Kecamatan Jelutung yang
lokasinya berada di Kelurahan Handil Jaya.
Sekitar empat ribu warga Kota Jambi rencananya akan
menerima pasokan gas langsung ke rumah layaknya layanan air. Direncanakan
program ini bisa dinikmati Maret 2013 lalu, namun hingga Oktober 2015 belum
bisa dinikmati warga.
Harga gas dalam program city gas tersebut sangat murah,
yakni rata-rata hanya Rp 20 ribu/bulan, sehingga tentunya akan membantu warga
kota Jambi dalam berhemat.
“Sempat direncanakan tentang launching city gas bulan
Desember 2012 lalu. Namun karena ada beberapa kendala jadi belum bisa
dilaksanakan. Kendala-kendala yang terjadi merupakan kendala teknis. Baik dari
pihak pengelola gas, pemilik pipa primer dan tersier maupun dari masyarakat
sendiri. Karena yang kita alirkan ini gas, maka kita harus benar-benar teliti
dalam mengerjakan ini. Bisa-bisa bocor dan membahayakan masyarakat. Selain
itu, juga belum ada pembicaraan tentang
siapa yang menjadi operator dan siapa yang bertanggung jawab tentang pipa
primer dan tersier,” katanya.
Gamal memaparkan, program ini merupakan salah satu wujud
serius dalam program konvensi minyak tanah ke gas elpiji. Selain itu, program
ini untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap elpiji tabung.
“Dengan program ini, dapat menghemat penggunaan gas elpiji.
Karena penggunaannya dibatasi. Secara nominal, batasnya nanti sekitar Rp 48
ribu atau senilai tiga tabung gas elpiji tiga kilogram. Itu yang disubsidi
pemerintah, lewat dari patokan itu maka akan ada penambahan biaya dan harga
sudah tidak subsidi lagi. Makanya, gas ini dikatakan dapat menghemat kebutuhan
gas nasional juga,” ujarnya.
Dikatakan, sangat beruntung warga yang mendapatkan program
ini, karena hanya terbatas oleh dua kelurahan dengan 4000 unit
pemasangan.
“Sangat beruntung sebenarnya masyarakat yang terjamah
program ini. Karena nilai instalasi sebenarnya adalah sekitar Rp 10 juta, untuk
satu unit instalasinya,” sebutnya.
Soal keamanan, Gamal mengatakan gas ini sangat aman karena
tekanannya sangat rendah. “Tekanannya sekitar 35 -50 milibar. Sehingga
cepat menguap dari gas lainnya. Bahkan, tekanan gas pada korek api gas lebih
tinggi dari pada gas pada proyek city gas ini. Jadi seperti air mengalir saja.
Namun tetap harus diantisipasi keamanannya,” ujarnya.
“Kita tidak akan mengurangi pasokan dan kuota gas elpiji,
tetap 86 ribu per bulannya untuk Kota Jambi. Hanya saja pergeseran pengguna
terjadi. Dari yang awalnya menggunakan elpiji tiga kilogram sebanyak 4000
pengguna bergeser ke city gas dan 4000 unit ini dapat dialihkan kepada mereka
yang belum menggunakan elpiji tiga kilogram,” jelasnya.
Namun, Gamal mengatakan untuk daerah-daerah yang tidak
padat penduduk belum akan diterapkan program ini, mengingat biaya yang
dikeluarkan sangatlah besar untuk ini. “Rp 50 miliar saja hanya dapat
4000 unit. Program ini butuh dana yang besar dan garapan yang sangat serius,”
ujarnya. (Asenk Lee)
0 Komentar
Komentar Dilarang Melanggar UU ITE